Janda Korban COVID-19 Menangis Haru saat Kepala Kedua Anaknya Dielus Ganjar
loading...
A
A
A
Usai ditinggal suaminya akibat pandemi COVID-19, praktis semua kebutuhan hidup dan dua anaknya harus ia pikul sendiri.
"Setelah suami meninggal karena COVID-19, saya jadi kepala rumah tangga sekaligus ibu buat dua anak saya. Meski berat, tapi saya akan tetap berjuang untuk menyekolahkan anak-anak saya sampai setinggi mungkin. Sampai mereka sukses dan berhasil, tidak seperti saya," ucapnya sambil terisak.
Yamtini mengatakan, sehari-hari ia bekerja serabutan. Kerap kali, ia menjadi buruh cuci atau setrika di tetangganya.
Bayarannya tidak pasti. Kadang seminggu hanya mendapat uang Rp50.000. "Kadang kalau buruh cuci dan setrika nggak ada, saya jualan jajan kecil-kecilan. Meski begitu saya tetap semangat bekerja agar anak-anak sukses kedepannya," imbuhnya.
Yamtini berharap pemerintah lebih memperhatikan anak-anak yatim piatu yang orang tuanya meninggal akibat pandemi.
Sebab, banyak diantara mereka yang hidupnya kekurangan. "Harapannya anak-anak itu bisa diperhatikan pemerintah, supaya meringankan beban orang tua. Karena seperti saya, ditinggal kepala keluarga yang mencari nafkah itu berat sekali," ucapnya.
Ia juga berharap pemerintah memberikan lapangan pekerjaan bagi orangtua seperti dirinya.
Sebab, ia yang menjadi tumpuan keluarga, tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup hanya mengandalkan dari buruh cuci dan setrika.
"Harapannya dapat pekerjaan layak, tapi kalau saya mendaftar sendiri pasti tidak mungkin karena saya tidak sekolah," terangnya.
Meski begitu, Yamtini mengaku masih cukup beruntung, karena mendapat perhatian dari pemerintah. Baca: Rumah Wakil Ketua DPRD Riau Digeruduk Preman, Polisi Amankan 7 Orang.
"Setelah suami meninggal karena COVID-19, saya jadi kepala rumah tangga sekaligus ibu buat dua anak saya. Meski berat, tapi saya akan tetap berjuang untuk menyekolahkan anak-anak saya sampai setinggi mungkin. Sampai mereka sukses dan berhasil, tidak seperti saya," ucapnya sambil terisak.
Yamtini mengatakan, sehari-hari ia bekerja serabutan. Kerap kali, ia menjadi buruh cuci atau setrika di tetangganya.
Bayarannya tidak pasti. Kadang seminggu hanya mendapat uang Rp50.000. "Kadang kalau buruh cuci dan setrika nggak ada, saya jualan jajan kecil-kecilan. Meski begitu saya tetap semangat bekerja agar anak-anak sukses kedepannya," imbuhnya.
Yamtini berharap pemerintah lebih memperhatikan anak-anak yatim piatu yang orang tuanya meninggal akibat pandemi.
Sebab, banyak diantara mereka yang hidupnya kekurangan. "Harapannya anak-anak itu bisa diperhatikan pemerintah, supaya meringankan beban orang tua. Karena seperti saya, ditinggal kepala keluarga yang mencari nafkah itu berat sekali," ucapnya.
Ia juga berharap pemerintah memberikan lapangan pekerjaan bagi orangtua seperti dirinya.
Sebab, ia yang menjadi tumpuan keluarga, tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup hanya mengandalkan dari buruh cuci dan setrika.
"Harapannya dapat pekerjaan layak, tapi kalau saya mendaftar sendiri pasti tidak mungkin karena saya tidak sekolah," terangnya.
Meski begitu, Yamtini mengaku masih cukup beruntung, karena mendapat perhatian dari pemerintah. Baca: Rumah Wakil Ketua DPRD Riau Digeruduk Preman, Polisi Amankan 7 Orang.