Kemah Budaya Hadirkan Tujuh Permainan Tradisional Sulsel
loading...
A
A
A
MAROS - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, bersama Lembaga Adat dan Budaya Masyarakat Salenrang menggelar Maudu Ada' dan Kemah Budaya, di Dermaga Dua Rammang-rammang Desa Salenrang, (20-21/11/2021).
Kegiatan tersebut, dirangkaikan dengan seminar budaya dan literasi , lomba permainan tradisional, serta pentas musik tutur dan akustik.
Ketua Panitia, Muhammad Ikhwan Dento, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya. Seperti halnya permainan tradisional yang sengaja digelar saat itu. Menurutnya, permainan tradisional itu perlu direkonstruksi kembali agar tidak tergusur dengan permainan gawai yang marak di kalangan anak-anak.
"Kami melihat, ketika anak anak pulang kerumahnya yang mereka maini adalah gadget . Tapi itu bukan salah anak-anak sepenuhnya. Sebab sebagai orang tua kita tidak mewariskan alternatif permainan lain kepada anak anak, " jelasnya.
Makanya kata dia, melalui kegiatan kemah budaya ini, mereka menghadirkan tujuh permainan tradisional yang diperlombakan. "Khusus untuk anak anak ada lomba asing-asing, santo-santo, cangke, dende-dende, dan lambasenang. Untuk kategori dewasa ada lomba Attaru-taru dan Arripi," jelasnya.
Dia mengakui, kegiatan ini diikuti lebih dari 100 peserta, yang berasal dari SD, SMP, dan satu rumah belajar yang ada di Desa Salenrang. Iwan menjelaskan, ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh anak anak dari permainan tradisional.
"Pentingnya permainan tradisional itu ada banyak, ada usaha dan proses yang dilakukan anak anak sebelum melakukan permainan, serta skil, keterampilan bahkan juga ada kerja kerja timnya, " ucapnya.
Ada banyak hal yang didapatkan para peserta jika berhasil menjadi juara. Bahkan hadiahnya pun berhubungan dengan lingkungan.
Kegiatan tersebut, dirangkaikan dengan seminar budaya dan literasi , lomba permainan tradisional, serta pentas musik tutur dan akustik.
Ketua Panitia, Muhammad Ikhwan Dento, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya. Seperti halnya permainan tradisional yang sengaja digelar saat itu. Menurutnya, permainan tradisional itu perlu direkonstruksi kembali agar tidak tergusur dengan permainan gawai yang marak di kalangan anak-anak.
"Kami melihat, ketika anak anak pulang kerumahnya yang mereka maini adalah gadget . Tapi itu bukan salah anak-anak sepenuhnya. Sebab sebagai orang tua kita tidak mewariskan alternatif permainan lain kepada anak anak, " jelasnya.
Makanya kata dia, melalui kegiatan kemah budaya ini, mereka menghadirkan tujuh permainan tradisional yang diperlombakan. "Khusus untuk anak anak ada lomba asing-asing, santo-santo, cangke, dende-dende, dan lambasenang. Untuk kategori dewasa ada lomba Attaru-taru dan Arripi," jelasnya.
Dia mengakui, kegiatan ini diikuti lebih dari 100 peserta, yang berasal dari SD, SMP, dan satu rumah belajar yang ada di Desa Salenrang. Iwan menjelaskan, ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh anak anak dari permainan tradisional.
"Pentingnya permainan tradisional itu ada banyak, ada usaha dan proses yang dilakukan anak anak sebelum melakukan permainan, serta skil, keterampilan bahkan juga ada kerja kerja timnya, " ucapnya.
Ada banyak hal yang didapatkan para peserta jika berhasil menjadi juara. Bahkan hadiahnya pun berhubungan dengan lingkungan.