Rawat Kebhinekaan, Kemenag Gelar Kemah Moderasi Beragama
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kementerian Agama ( Kemenag ) menggelar Kemah Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama, mulai Minggu (28/8/2022) hingga Rabu (31/8/2022) di Ubaya Training center (UTC) Trawas Mojokerto.
Kemah diikuti ribuan penggerak moderasi beragama se-Jawa Bali yang terdiri dari penyuluh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan lembaga serta organisasi keagamaan atau kepemudaan.
"Kemah ini akan memberikan penguatan moderasi beragama bagi para penyuluh agama, yang langsung dipraktekkan dalam kemah tersebut," kata Kepala Kanwil Kemenag Jawa Timur (Jatim), Husnul Maram, Senin (29/8/2022).
Baca juga: Kabag Umum Sekretariat DPRD Jombang Tewas Dalam Mobil di Tepi Jalan Raya
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin menambahkan, Kemah Moderasi bertujuan membangun komitmen dan fundamental dalam menjaga dan merawat kebhinekaan. "Moderasi Beragama menjadi komitmen bersama untuk menjaga keberagamaan, menjaga NKRI, Pancasila dan UUD 1945," katanya.
Dia menegaskan, sebagai umat muslim dengan keyakinan muslim dirinya tidak akan terganggu dengan agama lain. Moderasi beragama, kata dia, bukanlah pendangkalan akidah agar sebagian masyarakat tidak salah paham dengan makna Moderasi Beragama.
"Moderasi Beragama bukan bermaksud melemahkan akidah. Saya yakin dan percaya, agama Islam adalah terbaik, begitu juga dengan umat Hindu, Kristen, Katolik Buddha dan Khonghucu yang memiliki keyakinan bahwa agamanya yang paling benar dan menghantarkan menuju surga bertemu Tuhan," jelasnya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menjelaskan tentang lokasi perkemahan yang berada di wilayah bumi Mojopahit. Bumi Mojopahit terkenal dengan Sumpah Palapa yang berisi janji Gajah Mada untuk tidak akan memakan buah palapa bila belum berhasil menguasai Nusantara.
"Saya berharap agar penyuluh agama mampu mengambil ruh semangat dari bumi Mojopahit dengan sumpah palapanya. Menyemai kasih damai, persatuan dan kesatuan Indonesia," ungkapnya.
Melalui perkemahan ini, Khofifah berharap akan muncul kesepahaman-kesepahaman baru dan membangun saling percaya antara satu dengan yang lainnya. Kegiatan ini juga untuk menjalin komunikasi antar pemeluk agama lain.
"Belum tentu ketua NU, ketua Muhammadiyah, dan ketua Sinode tahu nomor teleponnya. Betapa sebenarnya bentuk komunikasi yang sederhana itu seringkali tidak terbangun," ungkapnya.
Kemah diikuti ribuan penggerak moderasi beragama se-Jawa Bali yang terdiri dari penyuluh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan lembaga serta organisasi keagamaan atau kepemudaan.
"Kemah ini akan memberikan penguatan moderasi beragama bagi para penyuluh agama, yang langsung dipraktekkan dalam kemah tersebut," kata Kepala Kanwil Kemenag Jawa Timur (Jatim), Husnul Maram, Senin (29/8/2022).
Baca juga: Kabag Umum Sekretariat DPRD Jombang Tewas Dalam Mobil di Tepi Jalan Raya
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin menambahkan, Kemah Moderasi bertujuan membangun komitmen dan fundamental dalam menjaga dan merawat kebhinekaan. "Moderasi Beragama menjadi komitmen bersama untuk menjaga keberagamaan, menjaga NKRI, Pancasila dan UUD 1945," katanya.
Dia menegaskan, sebagai umat muslim dengan keyakinan muslim dirinya tidak akan terganggu dengan agama lain. Moderasi beragama, kata dia, bukanlah pendangkalan akidah agar sebagian masyarakat tidak salah paham dengan makna Moderasi Beragama.
"Moderasi Beragama bukan bermaksud melemahkan akidah. Saya yakin dan percaya, agama Islam adalah terbaik, begitu juga dengan umat Hindu, Kristen, Katolik Buddha dan Khonghucu yang memiliki keyakinan bahwa agamanya yang paling benar dan menghantarkan menuju surga bertemu Tuhan," jelasnya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menjelaskan tentang lokasi perkemahan yang berada di wilayah bumi Mojopahit. Bumi Mojopahit terkenal dengan Sumpah Palapa yang berisi janji Gajah Mada untuk tidak akan memakan buah palapa bila belum berhasil menguasai Nusantara.
"Saya berharap agar penyuluh agama mampu mengambil ruh semangat dari bumi Mojopahit dengan sumpah palapanya. Menyemai kasih damai, persatuan dan kesatuan Indonesia," ungkapnya.
Melalui perkemahan ini, Khofifah berharap akan muncul kesepahaman-kesepahaman baru dan membangun saling percaya antara satu dengan yang lainnya. Kegiatan ini juga untuk menjalin komunikasi antar pemeluk agama lain.
"Belum tentu ketua NU, ketua Muhammadiyah, dan ketua Sinode tahu nomor teleponnya. Betapa sebenarnya bentuk komunikasi yang sederhana itu seringkali tidak terbangun," ungkapnya.
(msd)