Uji Mobil Listrik di Bandung, 72 Km Perlu Konsumsi Daya Seharga Rp10.000

Minggu, 14 November 2021 - 19:29 WIB
loading...
Uji Mobil Listrik di Bandung, 72 Km Perlu Konsumsi Daya Seharga Rp10.000
PT PLN (Persero) berhasil melakukan uji jalan mobil listrik dengan hasil konsumsi daya listrik seharga Rp10.000 untuk jarak 72 kilometer.Foto/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - PT PLN (Persero) berhasil melakukan uji jalan mobil listrik dengan hasil konsumsi daya listrik seharga Rp10.000 untuk jarak 72 kilometer. Uji mobil listrik dilakukan melintasi sejumlah ruas jalan di Kota Bandung.

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyatakan, dari sisi penghematan pengendara mobil listrik hanya perlu merogoh kocek Rp10.000 untuk menempuh jarak 72 kilometer (km). "Hitungannya kan 1 kWh itu bisa dapat 10 kilometer ya. Kami sudah jajal 72 km. Artinya, pelanggan hanya perlu Rp 10.000 untuk menempuh 72 kilometer," ujar Darmawan dalam keterangan persnya, Minggu (14/11/2021).

Jika dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM), maka dengan jarak tempuh 72 kilometer, masyarakat harus merogoh kocek sekitar Rp 60.000 dengan asumsi harga BBM Rp 9.000 per liter.

Baca juga: Kebakaran Kilang Pertamina Cilacap Berhasil Dipadamkan

"Tarikannya ini lebih kencang ya daripada mobil biasa. Bahasa kerennya akselerasi mesinnya lebih bagus. Dan tidak bising. Tidak ada suara mobil listrik ini, senyap. Bagus sekali," ujar Darmawan.

Dia menjabarkan, bensin memiliki berat jenis sekitar 0,8, jadi 1 liter bensin beratnya 800 gram. Kandungan karbonnya 90 sekian persen, tapi bukan berarti total karbon yang dihasilkan 700 sekian gram.

"Juga ada namanya oksidasi karena kalau mobil internal combustion engine nanti ada yang namanya combustion 1 mol karbon ditambah 2 mol oksigen, coba hitung dari periodic table oksigennya butuh 1,6 kg, jadi ada 2,4 kg emisi CO2 untuk 1 liter bensin," paparnya.

Sedangkan dengan mobil listrik, per kwh listrik PLN hanya menghasilkan emisi karbon sebanyak 0,85 kilogram saja. "Artinya penggunaan mobil listrik lebih ramah lingkungan," tambah Darmawan.

Selain itu, penggunaan mobil listrik juga bahkan bisa mengurangi beban impor minyak mentah. Saat ini, kata dia kebutuhan BBM per hari mencapai 1,3 hingga 1,5 juta barel per hari. Padahal, produksi minyak nasional hanya 700 ribu barel per hari.

Penggunaan mobil listrik, lanjut Darmawan, pemerintah bisa mengurangi beban Current Account Deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan yang terus tergerus dengan impor minyak mentah. "Tingginya angka impor ini berdampak pada pengurangan pertumbuhan ekonomi kita. Maka, dengan penggunaan mobil listrik selain bisa menyeimbangkan CAD juga bisa mendorong pertumbuhan perekonomian kita," tambah Darmawan.

Saat ini, sudah ada 47 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang beroperasi di seluruh Indonesia. Hingga akhir tahun nanti, akan ada 67 unit SPKLU yang beroperasi lagi. "Ini merupakan dukungan aktif PLN dalam memasifkan kendaraan listrik di Indonesia," tambah Darmawan.

Hasil riset dari berbagai lembaga menunjukkan, pada 2020 penjualan mobil listrik naik 46 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan mobil konvensional yang justru penjualannya menurun hingga 14 persen.

Berdasarkan _roadmap_ yang disusun Kementerian ESDM, potensi jumlah kendaraan listrik di Indonesia pada 2030 mencapai 2,2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik dengan 31.859 unit SPKLU. Jumlah kendaraan listrik ini diharapkan bisa menekan impor BBM sekitar 6 juta kilo liter pada tahun tersebut.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0966 seconds (0.1#10.140)