Berumur 111 Tahun, Budaya Sidareja Purbalingga Pentas Perdana di Bali

Senin, 01 November 2021 - 16:11 WIB
loading...
Berumur 111 Tahun, Budaya...
Sejumlah seniman muda yang tergabung dalam pemuda seni Kie Art pentas perdana di Bali mengusung budaya Desa Sidareja, Purbalingga yang telah berumur 111 tahun. Foto/Ist
A A A
PURBALINGGA - Sejumlah seniman muda yang tergabung dalam pemuda seni Kie Art pentas perdana di Bali mengusung budaya Desa Sidareja, Kaligondang, Purbalingga, Jawa Tengah yang telah berumur 111 tahun.

Para pemuda seni Kie Art mendapatkan kesempatan melakukan pertunjukkan di Padma Resort Legian, Badung, Bali. "Warisan seni budaya dan tradisi leluhur semakin kita mempelajari , kembali mencintai dan melestarikannya maka kita akan dapat melesat dan melaju bersaing dengan negara lain," kata Slamet Sentosa Pegiat Kie Art, dikutip Senin (1/11/2021).



Kie Art merupakan sekolah kartun non profit di bekas kandang ayam yang dibuka pada 9 September 2020 lalu di Desa Sidareja Purbalingga untuk membangkitkan kecintaan generasi muda terhadap budaya Indonesia.

Pertunjukkan dengan konsep Eling (ingat) yang disusun oleh penggagas Kie Art, Gita Yohanna Thomdean dengan memperkenalkan Budaya Desa Sidareja 111 tahun yang lalu.

"Event kali ini juga merayakan Sumpah Pemuda untuk para pemuda Indonesia dibangkitkan kembali patriotisme dan cinta Tanah Air. Selain itu dia berharap kolaborasi ini akan terjalin dengan karya-karya seni lainnya," ujarnya.

Pentas menampilkan tarian ujungan yang dikonversikan dengan keadaan saat ini, di mana ujungan sudah bukan lagi sebagai olahraga ketangkasan tradisional untuk merebut suatu daerah.



Tetapi, lanjut dia, ujungan kini adalah untuk menghadapi keangkaramurkaan yang dimiliki oleh manusia, rasa iri, dengki yang seakan menjadi semakin memuncak hingga datangnya pandemi yang membuat manusia ingat kepada kebesaran Yang Maha Kuasa.

Adapun koreografi tari ini gubahan dari seorang putra daerah Purbalingga Desi Indah Fitria. Pertunjukkan ini diawali dengan tarian tunggal seorang wanita Jawa sebagai simbol dari ibu pertiwi yang sedang menangis dan berduka diiringi dengan sulukan dari seorang tetua desa. Suasana diawal menjadi sangat khidmat dengan suasana remang dan pembakaran arang sebagai ritual pembukaan.

Lagu pengiring tarian tersebut merupakan lagu yang diciptakan khusus oleh Kencoro, pemuda Desa Lintang mahasiswa ISI Surakarta. Kencoro merupakan guru dalam memperkenalkan karawitan kepada seluruh pemuda desa yang selama ini tidak pernah mengenal alat karawitan.

Alunan Karawitan yang dibawakan oleh pemuda desa Sidaerja ini mampu membawa penonton terhanyut di dalamnya. Pertunjukkan diakhiri flash mob ujungan yang dibangunkan dengan seorang pemuda seni terkecil memberikan setangkai bunga mawar putih diikuti oleh seluruh pemuda seni dengan mengajak seluruh hadirin melakukan gerakan tarian ujungan. Sambutan hangat pun terlihat dengan euphoria setiap pengunjung yang hadir.

Robby Permana Mannas, pemilik dan CEO Dua Lighting Collective yang membantu terlaksananya pementasan mengungkapkan antusiasme dan respons yang sangat baik dari para penonton dari berbagai kalangan. Bahkan beberapa orang menyatakan merencanakan keliling Nusantara.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2741 seconds (0.1#10.140)