Waduh, Kualitas Udara Bandung Masuk Kategori Tak Sehat
loading...
A
A
A
BANDUNG - Kualitas udara di Bandung tercatat tidak sehat dibanding daerah lain di Indonesia setelah wilayah Jabodetabek. Kualitas Udara Bandung masuk pada kategori healthy for sensitive groups atau tidak sehat untuk kelompok sensitif.
Hal itu didasarkan pada laporan dari aplikasi Nafas. Pada aplikasi tersebut, tercatat rangking kualitas udara di beberapa titik di Indonesia terutama kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lainnya.
Pada rangking aplikasi Nafas, tercatat rangking tertinggi berada di Cikarang Selatan (Bekasi) dengan angka 161 pada pukul 09.26 WIB. Sementara di wilayah Bandung raya, tercatat angka polusi udara menggapai 151 dan 132.
Berdasarkan data skoring, angka udara bagus adalah 0 hingga 50. Kemudian 50 hingga 100 moderat, 100 hingga 150 tidak sehat untuk komunitas tertentu, dan 150 hingga 200 tidak sehat, 200 hingga 300 sangat tidak sehat. Berbeda dengan wilayah Surabaya, angka Nafas pada kisaran 100.
Dikutip dari Antara, Aplikasi pemantauan data kualitas udara lokal, Nafas resmi berekspansi jaringan sensor kualitas udara di Bandung dan Surabaya. Terdapat sembilan sensor yang ditempatkan di dua kota tersebut yakni lima sensor di Bandung dan sisanya di Surabaya. Baca: Jadi Otak Penodongan Penumpangnya, Sopir Angkot Ini Ditembak Polisi.
Di Bandung, sensor kualitas udara akan ditempatkan di wilayah Kayuambon, Sukamenak, Kertamulya, Manjahlega, dan Lagadar. Sementara di Surabaya, akan dioperasikan di Medokan Ayu, Kertajaya, Jemur Wonosari, dan Krembangan Selatan.
Dengan tambahan ini, jumlah sensor udara Nafas yang beroperasi termasuk di Jabodetabek, Bali dan D.I Yogyakarta sebanyak 130 sensor. Setiap sensor yang ditempatkan akan memberikan data kualitas udara secara real-time bagi pengguna melalui aplikasi. Baca Juga: Kisah Gadis Cantik Peraih Emas-Perunggu PON XX Papua Pulang ke Ciamis Naik Angkutan Umum.
"Merupakan misi Nafas sejak awal untuk terus berekspansi ke kota-kota besar di Indonesia untuk memastikan data kami dapat diakses dan memberikan manfaat untuk setiap individu di Indonesia," kata Co-Founder dan CEO Nafas, Nathan Roestandy, dalam siaran persnya.
Hal itu didasarkan pada laporan dari aplikasi Nafas. Pada aplikasi tersebut, tercatat rangking kualitas udara di beberapa titik di Indonesia terutama kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lainnya.
Pada rangking aplikasi Nafas, tercatat rangking tertinggi berada di Cikarang Selatan (Bekasi) dengan angka 161 pada pukul 09.26 WIB. Sementara di wilayah Bandung raya, tercatat angka polusi udara menggapai 151 dan 132.
Berdasarkan data skoring, angka udara bagus adalah 0 hingga 50. Kemudian 50 hingga 100 moderat, 100 hingga 150 tidak sehat untuk komunitas tertentu, dan 150 hingga 200 tidak sehat, 200 hingga 300 sangat tidak sehat. Berbeda dengan wilayah Surabaya, angka Nafas pada kisaran 100.
Dikutip dari Antara, Aplikasi pemantauan data kualitas udara lokal, Nafas resmi berekspansi jaringan sensor kualitas udara di Bandung dan Surabaya. Terdapat sembilan sensor yang ditempatkan di dua kota tersebut yakni lima sensor di Bandung dan sisanya di Surabaya. Baca: Jadi Otak Penodongan Penumpangnya, Sopir Angkot Ini Ditembak Polisi.
Di Bandung, sensor kualitas udara akan ditempatkan di wilayah Kayuambon, Sukamenak, Kertamulya, Manjahlega, dan Lagadar. Sementara di Surabaya, akan dioperasikan di Medokan Ayu, Kertajaya, Jemur Wonosari, dan Krembangan Selatan.
Dengan tambahan ini, jumlah sensor udara Nafas yang beroperasi termasuk di Jabodetabek, Bali dan D.I Yogyakarta sebanyak 130 sensor. Setiap sensor yang ditempatkan akan memberikan data kualitas udara secara real-time bagi pengguna melalui aplikasi. Baca Juga: Kisah Gadis Cantik Peraih Emas-Perunggu PON XX Papua Pulang ke Ciamis Naik Angkutan Umum.
"Merupakan misi Nafas sejak awal untuk terus berekspansi ke kota-kota besar di Indonesia untuk memastikan data kami dapat diakses dan memberikan manfaat untuk setiap individu di Indonesia," kata Co-Founder dan CEO Nafas, Nathan Roestandy, dalam siaran persnya.
(nag)