Ini Penjelasan Risma Tentang Penanganan COVID-19 di Surabaya
loading...
A
A
A
SURABAYA - Penanganan COVID-19 harus dilakukan dengan cepat dan terpadu. Dibutuhkan etos kerja yang mumpuni untuk bisa melawan pandemi yang terjadi hampir disemua negara.
(Baca juga: Kasus Terkonfirmasi di Surabaya Naik, Kepala BNPB: Hasil Kerja Keras )
Kerja keras itu disampikan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini ketika menerima kunjungan kerja Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto, bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo.
Risma bersama jajaran pun mengajak Menkes dan Kepala BNPB meninjau Hotel Asrama Haji, Sukolilo Surabaya. Di sana, rombongan sudah disambut puluhan warga yang telah dinyatakan sembuh dan negatif dari dua kali hasil Swab. Warga yang telah dinyatakan negatif swab itu, juga langsung dipulangkan ke rumah masing-masing, pada Selasa (2/6/2020).
Risma menuturkan, untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Kota Pahlawan dilakukan dengan masif melalui tracing dan pemetaan suatu wilayah. "Ketika pertama menerima data seseorang itu positif, kami selanjutnya mentracing. Jadi kami punya beberapa kluster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu dimana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma.
Dari hasil tracing itu, katanya, kemudian ditemukan ODR (orang dengan resiko). Dari dasar data itu, pihaknya kemudian mendetailkan siapa saja atau keluarga yang ada di situ.
Ia mencontohkan, misalnya dalam satu perusahaan setelah dilakukan test ditemukan satu orang positif. "Maka satu orang itu langsung kita ikuti (tracing) seluruh keluarganya, dan itu kita masukkan ODR," jelasnya.
Setelah itu, katanya, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dimasukan ke rumah sakit. Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi. Ia pun mengaku, ada beberapa yang tidak mau karena mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri rumah.
"Nah ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu, kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan tiga kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri. Kadang-kadang ada vitamin," ujarnya.
Saat ini, pihaknya terus gencar melakukan rapid test massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi. Untuk itu, ia mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Intelijen Negara (BIN), dan BNPB karena telah membantu kebutuhan alat pelindung diri (APD) hingga alat kesehatan kepada Pemkot Surabaya. Sebab, ketika di awal, ia mengaku sedikit kesulitan karena keterbatasan alat kesehatan itu.
(Baca juga: Kasus Terkonfirmasi di Surabaya Naik, Kepala BNPB: Hasil Kerja Keras )
Kerja keras itu disampikan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini ketika menerima kunjungan kerja Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto, bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo.
Risma bersama jajaran pun mengajak Menkes dan Kepala BNPB meninjau Hotel Asrama Haji, Sukolilo Surabaya. Di sana, rombongan sudah disambut puluhan warga yang telah dinyatakan sembuh dan negatif dari dua kali hasil Swab. Warga yang telah dinyatakan negatif swab itu, juga langsung dipulangkan ke rumah masing-masing, pada Selasa (2/6/2020).
Risma menuturkan, untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Kota Pahlawan dilakukan dengan masif melalui tracing dan pemetaan suatu wilayah. "Ketika pertama menerima data seseorang itu positif, kami selanjutnya mentracing. Jadi kami punya beberapa kluster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu dimana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma.
Dari hasil tracing itu, katanya, kemudian ditemukan ODR (orang dengan resiko). Dari dasar data itu, pihaknya kemudian mendetailkan siapa saja atau keluarga yang ada di situ.
Ia mencontohkan, misalnya dalam satu perusahaan setelah dilakukan test ditemukan satu orang positif. "Maka satu orang itu langsung kita ikuti (tracing) seluruh keluarganya, dan itu kita masukkan ODR," jelasnya.
Setelah itu, katanya, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dimasukan ke rumah sakit. Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi. Ia pun mengaku, ada beberapa yang tidak mau karena mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri rumah.
"Nah ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu, kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan tiga kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri. Kadang-kadang ada vitamin," ujarnya.
Saat ini, pihaknya terus gencar melakukan rapid test massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi. Untuk itu, ia mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Intelijen Negara (BIN), dan BNPB karena telah membantu kebutuhan alat pelindung diri (APD) hingga alat kesehatan kepada Pemkot Surabaya. Sebab, ketika di awal, ia mengaku sedikit kesulitan karena keterbatasan alat kesehatan itu.