Kekebalan Kelompok di Makassar Ditarget Tercapai Akhir Oktober
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Upaya percepatan vaksinasi Covid-19 di Kota Makassar terus digenjot. Kekebalan kelompok atau herd immunity ditarget bisa tercapai pada akhir Oktober 2021 ini.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar mencatat, capaian vaksinasi untuk dosis pertama di Kota Makassar sudah 63,91% dari target 1.102.330 (70% total penduduk), sementara dosis kedua mencapai 42,02%.
"Kita sudah di 63,91%, mudah-mudahan bulan 10 ini. Akhir bulan 10 kita target bisa mencapai herd immunity," kata Plt Kepala Dinkes Kota Makassar, Nursaidah Sirajuddin.
Dia melanjutkan, vaksinasi selama dua pekan terakhir meningkat secara signifikan, diperkuat dengan tersedianya suplai vaksin. "Peningkatannya lumayan bagus, karena cepat sekali mi sasaran ini bisa ada. Ini sedikit lagi," jelasnya.
Selain itu, Ida sapaan akrabnya, mengatakan akan fokus pada vaksinasi remaja 13 hingga 19 tahun menyusul ujicoba pembelajaran tatap muka (PTM) yang mulai digelar Pemkot Makassar .
Meski ditarget bisa rampung akhir Oktober, masyarakat diharapkan tetap mematuhi prokes, pasalnya masih ada bahaya varian baru yang disebut resisten terhadap antivirus.
"Kita harus tetap hati-hati. Upaya pengendalian dilaksanakan terus ini, tidak boleh lengah," pungkasnya.
Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar , Wahyudi Muchsin mengatakan capaian herd immunity tidak boleh menjadi tolak ukur utama untuk pelonggaran protokol kesehatan.
Capaian kekebalan kelompok hanya menjadi salah satu upaya dalam menekan laju kasus Covid-19 . Pelonggaran dianggap menjadi hal yang fatal, kasus yang terjadi di sejumlah negara yang sudah merampungkan vaksinasi tapi kasus tetap meningkat tajam.
"Negara maju seperti Amerika, Australia, Singapura mereka vaksinnya sudah maksimal, tapi setelah itu meningkat lagi," terangnya.
Herd immunity, kata dia, hanya sekadar fase dalam menghentikan Covid-19 secara bertahap, mengurangi jumlah penularan dengan bertambahnya jumlah masyarakat yang imun. Sehingga tidak bisa jadi tolak ukur, terlebih ada antisipasi mutasi atau varian baru.
"Jadi kita kan maunya ekonomi, pendidikan dan sebagainya itu dilonggarkan, tapi protab jangan. Ini kita bersahabat dengan Covid-19 dengan cara seperti itu, karena mau tidak mau kita harus hidup berdampingan," terangnya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar mencatat, capaian vaksinasi untuk dosis pertama di Kota Makassar sudah 63,91% dari target 1.102.330 (70% total penduduk), sementara dosis kedua mencapai 42,02%.
"Kita sudah di 63,91%, mudah-mudahan bulan 10 ini. Akhir bulan 10 kita target bisa mencapai herd immunity," kata Plt Kepala Dinkes Kota Makassar, Nursaidah Sirajuddin.
Dia melanjutkan, vaksinasi selama dua pekan terakhir meningkat secara signifikan, diperkuat dengan tersedianya suplai vaksin. "Peningkatannya lumayan bagus, karena cepat sekali mi sasaran ini bisa ada. Ini sedikit lagi," jelasnya.
Selain itu, Ida sapaan akrabnya, mengatakan akan fokus pada vaksinasi remaja 13 hingga 19 tahun menyusul ujicoba pembelajaran tatap muka (PTM) yang mulai digelar Pemkot Makassar .
Meski ditarget bisa rampung akhir Oktober, masyarakat diharapkan tetap mematuhi prokes, pasalnya masih ada bahaya varian baru yang disebut resisten terhadap antivirus.
"Kita harus tetap hati-hati. Upaya pengendalian dilaksanakan terus ini, tidak boleh lengah," pungkasnya.
Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar , Wahyudi Muchsin mengatakan capaian herd immunity tidak boleh menjadi tolak ukur utama untuk pelonggaran protokol kesehatan.
Capaian kekebalan kelompok hanya menjadi salah satu upaya dalam menekan laju kasus Covid-19 . Pelonggaran dianggap menjadi hal yang fatal, kasus yang terjadi di sejumlah negara yang sudah merampungkan vaksinasi tapi kasus tetap meningkat tajam.
"Negara maju seperti Amerika, Australia, Singapura mereka vaksinnya sudah maksimal, tapi setelah itu meningkat lagi," terangnya.
Herd immunity, kata dia, hanya sekadar fase dalam menghentikan Covid-19 secara bertahap, mengurangi jumlah penularan dengan bertambahnya jumlah masyarakat yang imun. Sehingga tidak bisa jadi tolak ukur, terlebih ada antisipasi mutasi atau varian baru.
"Jadi kita kan maunya ekonomi, pendidikan dan sebagainya itu dilonggarkan, tapi protab jangan. Ini kita bersahabat dengan Covid-19 dengan cara seperti itu, karena mau tidak mau kita harus hidup berdampingan," terangnya.
(agn)