Integrasi Pelabuhan, Mengantarkan Semanggi Merebut Cuan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Seperti kumpulan semut, para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melemparkan mimpi setinggi langit untuk menguasai pasar dunia. Mereka tak pernah gentar untuk mendulang pundi-pundi rezeki, dan kini jalan mereka untuk membanjiri pasar internasional terbentang lebar melalui intergrasi pelabuhan di Indonesia.
Usia Aminah tak lagi belia ketika dirinya memutuskan untuk mengubah jalan warisan kuliner keluarganya. Jual beli semanggi yang sejak zaman sebelum kemerdekaan sudah dilakukan buyutnya. Makanan khas Surabaya yang hanya bisa tumbuh di antara pematang rawa yang kini mulai dibawanya naik kelas.
Sore yang hangat, ibu dua anak ini menunjukan produknya pada perwakilan negara-negara asing di Kota Surabaya. Sebuah kotak berukuran 15x20 cm warna putih dengan ujung karton hijau di tiap sisinya. Gambar daun semanggi gagah di depan dengan tampilan sajian yang menggugah selera, lengkap dengan sambal kacang dan krupuk puli pelengkap hidangan.
Kotak dengan kemasan rapi itu ditarik ke bawah dan membuka tiga plastik rapi yang bersandar di tiap sisi. Ada potongan daun semanggi kering, bumbu kacang dan rempah, serta lima buah kerupuk beras berwarna kuning yang siap mengembang, memenuhi sajian. "Ini tanpa ada bahan pengawet, semua bisa dikirim ke berbagai negara, saya sudah melakukan ekspor," ujar Aminah, Minggu (19/9/2021).
Perempuan kelahiran Surabaya, 18 Januari 1978 ini mulai mengubah pakem semanggi yang lazim dijual keliling di tiap kampung dengan gendongan di belakang punggung. Sama seperti yang sejak lama dilakukan ibunya, neneknya dan buyutnya dulu. Menyusuri jalanan Surabaya, keriuhan kampung-kampung dan harapan bertahan hidup dengan berdagang.
Namun, ia tak lagi melakukan itu lagi. Anak pasangan Tuji dan Anteng ini ingin menyebar Semangginya ke kampung-kampung yang ada di luar negeri. Di jalanan ramai Singapura, dapur-dapur di Belanda, trotoar yang dingin di Jepang sampai restoran-restoran mewah di Swiss.
Aminah menekuni usaha kuliner legendaris ini secara turun temurun. Ia adalah generasi ketiga pedagang semanggi. Di kampungnya yang berada di wilayah paling Barat Surabaya yakni di Kelurahan Sambikerep semua dimulai, di lokasi yang bisa ditumbuhi daun semanggi sebagai berkah.
Semanggi sendiri hanya ada di Surabaya. Makanan khas Kota Pahlawan ini sepintas mirip dengan pecel. Namun sambalnya lebih gurih dan berani. Sayur utamanya adalah daun Semanggi dengan lalap berupa kerupuk puli yang terbuat dari beras yang khas berwarna kuning. Makanan ini biasa ditemukan di penjual keliling dengan bakul besar diangkat dipunggung serta penjual perempuan yang berusia senja.
Aminah yang juga pernah pengalaman berjualan bersama ibunya. Keliling kampung untuk menjajakan Semanggi. Hingga pada titik tertentu ia mulai menemukan inovasi dengan membuat semanggi instan yang bisa dinikmati semua orang di seluruh dunia.
"Sejak dulu penjual semanggi harus kuat bertahan di jalan. Saya lihat sendiri betapa kerasnya perjuangan nenek dan ibu saya. Mereka melakukannya sendiri, mulai dari membuat sambal dan memetik semanggi untuk dijual keliling ke tengah kota. Makanya saya pun tergugah membuat jualan yang tidak perlu keliling tapi dikenal," imbuhnya.
Jalan pun mulai terbentang. Perjumpaannya pada teknologi pada 2011 memunculkan banyak ide baru. Caranya, dengan membawa semanggi untuk bisa dijadikan makanan oleh-oleh dan bisa diakses banyak orang.
Aminah yang jago membuat sambal semanggi ini pun diajari bagaimana mengeringkan sambal dan daun semanggi. Setelah dikeringkan, semua sajian bahan semanggi itu bisa bertahan hingga dua sampai tiga bulan tanpa bahan pengawet secuil pun.
Kalau mau menyantap makanan khas yang tersohor dari Surabaya ini cukup menyeduh air panas dan mendidih sehingga sambal dan daun bisa dimakan. Proses itu tidak mengurangi gurihnya masakan dan berkurangnya kandungan zat pada bahan semanggi yang legendaris itu.
Bahan tidak hanya pada jenis makanan sehingga awet dan praktis. Namun Aminah kembali ditunjukkan jalan agar makanan legendaris itu tampil dengan kemasan yang menggoda. Ia dipertemukan dengan anak-anak muda yang menjadi kreator kemasan (packaging) kota ini, mereka pun merekomendasikan kemasan selendang semanggi yang bisa menaikkan nilai jualnya sampai di luar negeri.
Ia pun berkolaborasi dengan kelompok muda yang membantu membuatkan packaging semangginya. Hingga, muncul nama yang akhirnya dipatenkan olehnya dengan nama selendang semanggi.
Tiap bulan, omzet yang diperolehnya bisa tembus puluhan juta rupiah. Ia pun mampu mempekerjakan para tetangganya serta memberikan angin segar bagi penanam Semanggi yang ada di Surabaya Barat. Berkah bagi para petani, penjual sampai pengepul semanggi yang dulunya terpinggirkan.
Derasnya pesanan semanggi memberikan banyak harapan bagi masyarakat Surabaya. Saat banyak order dan pesanan, Aminah yang juga pendiri UKM Bina Makmur Sambikerep ini berkolaborasi dengan pembuat semanggi yang lain di Sambikerep. Penjualan secara online mengangkat pesanan yang cukup pesat.
Aminah pun mengakui kalau kualitas dan rasa semanggi Sambikerep itu sudah dikenal dunia. Sejumlah warga Belanda, Swiss, Jepang, Singapura maupun negara lainnya yang pernah merasakan semanggi ketagihan.
"Kalau biaya ekspor lebih murah dan bersaing, saya yakin produk dari UMKM kecil ini bisa menguasai pasar di luar negeri. Pelayanan pelabuhan bisa lebih cepat dan integrasi bisa menjadi harapan kami," jelasnya.
Aminah merupakan satu diantara ribuan UMKM yang memiliki keinginan sama untuk bisa menguasai pasar luar negeri. Mereka pun cukup potensial untuk bisa mengerakan perekonomian warga. Menyerap banyak tenaga kerja dan mendulang rupiah dan dolar dari tiap bilik rumahnya.
Sampai saat ini di Kota Surabaya, ada sekitar 2.500 UMKM yang dibina oleh pemerintah Kota Surabaya. Dari jumlah tersebut ada UMKM yang produknya sudah diekspor, tetapi bagi UMKM yang masih belum berhasil akan terus-menerus dibina melalui pelatihan-pelatihan bagaimana cara pembuatan produk, pengemasan, distribusi barang, manajemen keuangan, pemasaran dan perizinan serta sertifikasi internasional.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menuturkan, integrasi di pelabuhan bisa menjadi pemantik sekaligus menjadi momentum kebangkitan UMKM Surabaya dan langsung membidik pasar mancanegara.
Bahkan, pihaknya juga tahun ini membuat Surabaya Fashion Craft and Culinary Expo 2021 ini untuk memasarkan produk UMKM Surabaya ke tingkat dunia, makanya semua sister city Surabaya diundang untuk mengikuti acara pembukaan itu. "Kita ingin sebagai pemerintah jadi marketing dan fasilitator supaya UMKM di Kota Surabaya ini terus bergerak dan bisa menggerakkan ekonomi Kota Surabaya," kata Eri.
Ia menambahkan, saat ini ada banyak jalan supaya produk-produk UMKM Surabaya bisa ekspor. Beberapa produk UMKM seperti Semanggi memang sudah ekspor dan kemudahan dalam integrasi di pelabuhan bisa melapangkan jalan UMKM itu di pasar internasional. "Jadi, targetnya memang semakin banyak lagi UMKM yang masuk platform digital, sehingga mereka bisa menembus pasar internasional," katanya.
Ketua Tim Sinergi dan Integrasi BUMN dalam Layanan Pelabuhan, Arif Suhartono menuturkan, integrasi akan menjadi kunci dalam pelayanan logistik. Termasuk barang-barang yang keluar negeri untuk ekspor.
Integrasi Pelindo I-IV, menurutnya menjadi langkah pelabuhan untuk membantu memperbaiki sektor logistik. "Nantinya kapal-kapal di dermaga akan semakin pendek waktunya, jadi punya opportunity pendapatan uang lebih banyak. Memperbaiki layanan di sektor logistik," jelasnya.
Makanya, ketika Pelindo I-IV menjadi satu akan menentukan percepatan yang luar biasa. Sehingga operasionalnya diklasterkan dalam empat subholding di bawah Pelindo Indonesia Sinergi. "Bisa lebih cepat pelayanan," sahutnya.
Klaster-klaster itu meliputi subhloding Pelindo Non Petikemas, Pelindo Marine, Pelindo Petikemas dan Equipment dan Pelindo Logistik. Permodelan pengelolaan untuk kegiatan yang sama beberapa pelabuhan cabang yang tadinya mengelola semua kegiatan dilebur dalam satu perusahaan.
Integrasi pelabuhan ini, katanya, memiliki efek domino pada efisiensi biaya logistik. Semua tahapan akan dilalui dan diarahkan ke sana dalam sisi efisiensi. Bahkan, dirinya memberikan contoh ketika nantinya satu pelabuhan dibawah Pelindo II saja setelah dilakukan transformasi waktu bongkar muat hanya satu hari dari sebelumnya sekitar 5-6 hari.
"Jadi kalau bicara pelabuhan logistik, kapal itu bicara network tidak bicara single port. Makanya kalau di satu sisi baik tapi di pairing port-nya kurang baik, secara network itu tidak optimal tidak maksimal. Integrasi Pelindo dibutuhkan dalam hal ini untuk kemajuan ke depan," katanya.
Direktur Utama PT Pelindo III Boy Robyanto juga optimis dengan integrasi menjadikan langkah cepat dalam penyamaan standar operasional di seluruh pelabuhan dan terciptanya efektifitas connectifity di Indonesia.
Saat ini, katanya, proses integrasi sejauh ini masih terus berjalan di semua lini. Semua pihak memberikan program terbaik mereka akan bisa bisa diaplikasikan di seluruh pelabuhan di Indonesia. "Saat ini masih menggunakan aturan di masing-masing Pelindo," ucapnya.
Makanya, merger pelabuhan yang rencananya dilakukan pada 1 Oktober 2021 menjadi angin segar bagi semua pihak di Indonesia. Bergabungnya keempat perusahaan BUMN ini tentu memiliki andil besar, utamanya dalam perekonomian Indonesia.
Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor kepelabuhanan, Pelindo berkaitan erat dengan kegiatan ekspor impor melalui laut. "Karena wilayah kerja Pelindo berkaitan dengan sektor kepelabuhanan, maka merger akan berpengaruh terhadap logistic cost di Indonesia," kata Pakar Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Airlangga, Nurul Istifadah.
Saat ini, lanjutnya, Indonesia memiliki tingkat logistic cost yang cukup tinggi dibanding negara ASEAN lainnya, yakni 23%. Hal ini menyebabkan produk asal Indonesia tidak kompetitif bila bersaing dalam perdagangan global. "Sehingga dapat saya katakan, seefisien apapun proses produksi kita kalau logistic cost begitu tinggi, maka cost untuk pergerakan barang akan sangat mahal," kata Nurul.
Biaya logistik yang cenderung mahal ini dapat berimbas terhadap beralihnya penggunaan jasa kepelabuhanan ke negara lain. "Pelaku usaha pada akhirnya akan memilih jasa pengiriman barang ke pelabuhan yang lebih efisien, misalnya di Singapura," tambahnya.
Berpalingnya produsen lokal berpotensi merugikan dan mempengaruhi catatan ekspor-impor di Indonesia. "Jadinya, catatan barang dalam Certificate Of Origin berasal dari Singapura, padahal sebenarnya produksi asal Indonesia," katanya.
Adanya merger Pelindo, katanya, artinya akan ada penggabungan sumber daya yang mengakibatkan memungkinkan penghematan dan efisiensi kerja. Ekspor barang dari Indonesia pun bisa semakin melejit.
" Penggabungan Pelindo akan berdampak baik terhadap logistic cost, dikarenakan adanya penghematan biaya, dan ada hal-hal yang bisa disatukan dan sharing bersama," jelas dosen Ekonomi Perkotaan dan Transportasi ini.
Tak hanya soal penentuan tarif logistik, nantinya Pelindo juga harus memperhatikan pengembangan di bidang pelayanan, efisiensi dan juga kecepatan dalam operasional. Salah satu contoh ketika negara lain sudah menerapkan sistem otomatisasi, sehingga menyebabkan dwelling time (waktu bongkar muat) menjadi lebih cepat dibanding Indonesia yang masih menerapkan sistem semi-otomatis.
"Tidak hanya efektifitas sumber daya yang memungkinkan adanya penurunan tarif logistik, Pelindo juga memiliki tugas berat untuk melakukan standarisasi pelayanan operasional, dan otomatisasi, sehingga dwelling time dan pelayanan kepelabuhanan dapat menjadi lebih efisien," jelasnya.
Pihaknya yakin, kini langkah tepat dan strategis dilakukan dengan pengabungan Pelindo ini. Semua ini membuka tabir dan kesempatan bagi produk dari Indonesia untuk melahap pasar internasional.
Usia Aminah tak lagi belia ketika dirinya memutuskan untuk mengubah jalan warisan kuliner keluarganya. Jual beli semanggi yang sejak zaman sebelum kemerdekaan sudah dilakukan buyutnya. Makanan khas Surabaya yang hanya bisa tumbuh di antara pematang rawa yang kini mulai dibawanya naik kelas.
Sore yang hangat, ibu dua anak ini menunjukan produknya pada perwakilan negara-negara asing di Kota Surabaya. Sebuah kotak berukuran 15x20 cm warna putih dengan ujung karton hijau di tiap sisinya. Gambar daun semanggi gagah di depan dengan tampilan sajian yang menggugah selera, lengkap dengan sambal kacang dan krupuk puli pelengkap hidangan.
Baca Juga
Kotak dengan kemasan rapi itu ditarik ke bawah dan membuka tiga plastik rapi yang bersandar di tiap sisi. Ada potongan daun semanggi kering, bumbu kacang dan rempah, serta lima buah kerupuk beras berwarna kuning yang siap mengembang, memenuhi sajian. "Ini tanpa ada bahan pengawet, semua bisa dikirim ke berbagai negara, saya sudah melakukan ekspor," ujar Aminah, Minggu (19/9/2021).
Perempuan kelahiran Surabaya, 18 Januari 1978 ini mulai mengubah pakem semanggi yang lazim dijual keliling di tiap kampung dengan gendongan di belakang punggung. Sama seperti yang sejak lama dilakukan ibunya, neneknya dan buyutnya dulu. Menyusuri jalanan Surabaya, keriuhan kampung-kampung dan harapan bertahan hidup dengan berdagang.
Namun, ia tak lagi melakukan itu lagi. Anak pasangan Tuji dan Anteng ini ingin menyebar Semangginya ke kampung-kampung yang ada di luar negeri. Di jalanan ramai Singapura, dapur-dapur di Belanda, trotoar yang dingin di Jepang sampai restoran-restoran mewah di Swiss.
Aminah menekuni usaha kuliner legendaris ini secara turun temurun. Ia adalah generasi ketiga pedagang semanggi. Di kampungnya yang berada di wilayah paling Barat Surabaya yakni di Kelurahan Sambikerep semua dimulai, di lokasi yang bisa ditumbuhi daun semanggi sebagai berkah.
Semanggi sendiri hanya ada di Surabaya. Makanan khas Kota Pahlawan ini sepintas mirip dengan pecel. Namun sambalnya lebih gurih dan berani. Sayur utamanya adalah daun Semanggi dengan lalap berupa kerupuk puli yang terbuat dari beras yang khas berwarna kuning. Makanan ini biasa ditemukan di penjual keliling dengan bakul besar diangkat dipunggung serta penjual perempuan yang berusia senja.
Aminah yang juga pernah pengalaman berjualan bersama ibunya. Keliling kampung untuk menjajakan Semanggi. Hingga pada titik tertentu ia mulai menemukan inovasi dengan membuat semanggi instan yang bisa dinikmati semua orang di seluruh dunia.
"Sejak dulu penjual semanggi harus kuat bertahan di jalan. Saya lihat sendiri betapa kerasnya perjuangan nenek dan ibu saya. Mereka melakukannya sendiri, mulai dari membuat sambal dan memetik semanggi untuk dijual keliling ke tengah kota. Makanya saya pun tergugah membuat jualan yang tidak perlu keliling tapi dikenal," imbuhnya.
Baca Juga
Jalan pun mulai terbentang. Perjumpaannya pada teknologi pada 2011 memunculkan banyak ide baru. Caranya, dengan membawa semanggi untuk bisa dijadikan makanan oleh-oleh dan bisa diakses banyak orang.
Aminah yang jago membuat sambal semanggi ini pun diajari bagaimana mengeringkan sambal dan daun semanggi. Setelah dikeringkan, semua sajian bahan semanggi itu bisa bertahan hingga dua sampai tiga bulan tanpa bahan pengawet secuil pun.
Kalau mau menyantap makanan khas yang tersohor dari Surabaya ini cukup menyeduh air panas dan mendidih sehingga sambal dan daun bisa dimakan. Proses itu tidak mengurangi gurihnya masakan dan berkurangnya kandungan zat pada bahan semanggi yang legendaris itu.
Bahan tidak hanya pada jenis makanan sehingga awet dan praktis. Namun Aminah kembali ditunjukkan jalan agar makanan legendaris itu tampil dengan kemasan yang menggoda. Ia dipertemukan dengan anak-anak muda yang menjadi kreator kemasan (packaging) kota ini, mereka pun merekomendasikan kemasan selendang semanggi yang bisa menaikkan nilai jualnya sampai di luar negeri.
Ia pun berkolaborasi dengan kelompok muda yang membantu membuatkan packaging semangginya. Hingga, muncul nama yang akhirnya dipatenkan olehnya dengan nama selendang semanggi.
Tiap bulan, omzet yang diperolehnya bisa tembus puluhan juta rupiah. Ia pun mampu mempekerjakan para tetangganya serta memberikan angin segar bagi penanam Semanggi yang ada di Surabaya Barat. Berkah bagi para petani, penjual sampai pengepul semanggi yang dulunya terpinggirkan.
Derasnya pesanan semanggi memberikan banyak harapan bagi masyarakat Surabaya. Saat banyak order dan pesanan, Aminah yang juga pendiri UKM Bina Makmur Sambikerep ini berkolaborasi dengan pembuat semanggi yang lain di Sambikerep. Penjualan secara online mengangkat pesanan yang cukup pesat.
Aminah pun mengakui kalau kualitas dan rasa semanggi Sambikerep itu sudah dikenal dunia. Sejumlah warga Belanda, Swiss, Jepang, Singapura maupun negara lainnya yang pernah merasakan semanggi ketagihan.
"Kalau biaya ekspor lebih murah dan bersaing, saya yakin produk dari UMKM kecil ini bisa menguasai pasar di luar negeri. Pelayanan pelabuhan bisa lebih cepat dan integrasi bisa menjadi harapan kami," jelasnya.
Aminah merupakan satu diantara ribuan UMKM yang memiliki keinginan sama untuk bisa menguasai pasar luar negeri. Mereka pun cukup potensial untuk bisa mengerakan perekonomian warga. Menyerap banyak tenaga kerja dan mendulang rupiah dan dolar dari tiap bilik rumahnya.
Sampai saat ini di Kota Surabaya, ada sekitar 2.500 UMKM yang dibina oleh pemerintah Kota Surabaya. Dari jumlah tersebut ada UMKM yang produknya sudah diekspor, tetapi bagi UMKM yang masih belum berhasil akan terus-menerus dibina melalui pelatihan-pelatihan bagaimana cara pembuatan produk, pengemasan, distribusi barang, manajemen keuangan, pemasaran dan perizinan serta sertifikasi internasional.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menuturkan, integrasi di pelabuhan bisa menjadi pemantik sekaligus menjadi momentum kebangkitan UMKM Surabaya dan langsung membidik pasar mancanegara.
Bahkan, pihaknya juga tahun ini membuat Surabaya Fashion Craft and Culinary Expo 2021 ini untuk memasarkan produk UMKM Surabaya ke tingkat dunia, makanya semua sister city Surabaya diundang untuk mengikuti acara pembukaan itu. "Kita ingin sebagai pemerintah jadi marketing dan fasilitator supaya UMKM di Kota Surabaya ini terus bergerak dan bisa menggerakkan ekonomi Kota Surabaya," kata Eri.
Ia menambahkan, saat ini ada banyak jalan supaya produk-produk UMKM Surabaya bisa ekspor. Beberapa produk UMKM seperti Semanggi memang sudah ekspor dan kemudahan dalam integrasi di pelabuhan bisa melapangkan jalan UMKM itu di pasar internasional. "Jadi, targetnya memang semakin banyak lagi UMKM yang masuk platform digital, sehingga mereka bisa menembus pasar internasional," katanya.
Ketua Tim Sinergi dan Integrasi BUMN dalam Layanan Pelabuhan, Arif Suhartono menuturkan, integrasi akan menjadi kunci dalam pelayanan logistik. Termasuk barang-barang yang keluar negeri untuk ekspor.
Integrasi Pelindo I-IV, menurutnya menjadi langkah pelabuhan untuk membantu memperbaiki sektor logistik. "Nantinya kapal-kapal di dermaga akan semakin pendek waktunya, jadi punya opportunity pendapatan uang lebih banyak. Memperbaiki layanan di sektor logistik," jelasnya.
Makanya, ketika Pelindo I-IV menjadi satu akan menentukan percepatan yang luar biasa. Sehingga operasionalnya diklasterkan dalam empat subholding di bawah Pelindo Indonesia Sinergi. "Bisa lebih cepat pelayanan," sahutnya.
Klaster-klaster itu meliputi subhloding Pelindo Non Petikemas, Pelindo Marine, Pelindo Petikemas dan Equipment dan Pelindo Logistik. Permodelan pengelolaan untuk kegiatan yang sama beberapa pelabuhan cabang yang tadinya mengelola semua kegiatan dilebur dalam satu perusahaan.
Integrasi pelabuhan ini, katanya, memiliki efek domino pada efisiensi biaya logistik. Semua tahapan akan dilalui dan diarahkan ke sana dalam sisi efisiensi. Bahkan, dirinya memberikan contoh ketika nantinya satu pelabuhan dibawah Pelindo II saja setelah dilakukan transformasi waktu bongkar muat hanya satu hari dari sebelumnya sekitar 5-6 hari.
"Jadi kalau bicara pelabuhan logistik, kapal itu bicara network tidak bicara single port. Makanya kalau di satu sisi baik tapi di pairing port-nya kurang baik, secara network itu tidak optimal tidak maksimal. Integrasi Pelindo dibutuhkan dalam hal ini untuk kemajuan ke depan," katanya.
Direktur Utama PT Pelindo III Boy Robyanto juga optimis dengan integrasi menjadikan langkah cepat dalam penyamaan standar operasional di seluruh pelabuhan dan terciptanya efektifitas connectifity di Indonesia.
Saat ini, katanya, proses integrasi sejauh ini masih terus berjalan di semua lini. Semua pihak memberikan program terbaik mereka akan bisa bisa diaplikasikan di seluruh pelabuhan di Indonesia. "Saat ini masih menggunakan aturan di masing-masing Pelindo," ucapnya.
Makanya, merger pelabuhan yang rencananya dilakukan pada 1 Oktober 2021 menjadi angin segar bagi semua pihak di Indonesia. Bergabungnya keempat perusahaan BUMN ini tentu memiliki andil besar, utamanya dalam perekonomian Indonesia.
Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor kepelabuhanan, Pelindo berkaitan erat dengan kegiatan ekspor impor melalui laut. "Karena wilayah kerja Pelindo berkaitan dengan sektor kepelabuhanan, maka merger akan berpengaruh terhadap logistic cost di Indonesia," kata Pakar Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Airlangga, Nurul Istifadah.
Saat ini, lanjutnya, Indonesia memiliki tingkat logistic cost yang cukup tinggi dibanding negara ASEAN lainnya, yakni 23%. Hal ini menyebabkan produk asal Indonesia tidak kompetitif bila bersaing dalam perdagangan global. "Sehingga dapat saya katakan, seefisien apapun proses produksi kita kalau logistic cost begitu tinggi, maka cost untuk pergerakan barang akan sangat mahal," kata Nurul.
Biaya logistik yang cenderung mahal ini dapat berimbas terhadap beralihnya penggunaan jasa kepelabuhanan ke negara lain. "Pelaku usaha pada akhirnya akan memilih jasa pengiriman barang ke pelabuhan yang lebih efisien, misalnya di Singapura," tambahnya.
Berpalingnya produsen lokal berpotensi merugikan dan mempengaruhi catatan ekspor-impor di Indonesia. "Jadinya, catatan barang dalam Certificate Of Origin berasal dari Singapura, padahal sebenarnya produksi asal Indonesia," katanya.
Adanya merger Pelindo, katanya, artinya akan ada penggabungan sumber daya yang mengakibatkan memungkinkan penghematan dan efisiensi kerja. Ekspor barang dari Indonesia pun bisa semakin melejit.
" Penggabungan Pelindo akan berdampak baik terhadap logistic cost, dikarenakan adanya penghematan biaya, dan ada hal-hal yang bisa disatukan dan sharing bersama," jelas dosen Ekonomi Perkotaan dan Transportasi ini.
Tak hanya soal penentuan tarif logistik, nantinya Pelindo juga harus memperhatikan pengembangan di bidang pelayanan, efisiensi dan juga kecepatan dalam operasional. Salah satu contoh ketika negara lain sudah menerapkan sistem otomatisasi, sehingga menyebabkan dwelling time (waktu bongkar muat) menjadi lebih cepat dibanding Indonesia yang masih menerapkan sistem semi-otomatis.
"Tidak hanya efektifitas sumber daya yang memungkinkan adanya penurunan tarif logistik, Pelindo juga memiliki tugas berat untuk melakukan standarisasi pelayanan operasional, dan otomatisasi, sehingga dwelling time dan pelayanan kepelabuhanan dapat menjadi lebih efisien," jelasnya.
Pihaknya yakin, kini langkah tepat dan strategis dilakukan dengan pengabungan Pelindo ini. Semua ini membuka tabir dan kesempatan bagi produk dari Indonesia untuk melahap pasar internasional.
(eyt)