Tak Punya Biaya, Bayi 15 Bulan Terus Kesakitan Akibat Pembengkakan Hati
loading...
A
A
A
MUNA - Nasib sedih harus dialami Aidan, balita berusia 15 bulan yang terus merintih kesakitan akibat penyakit pembengkakan hati yang dideritanya.
Kondisi ekonomi orang tua yang serba kekurangan, menambah penderitaan Aidan semakin menjadi. Aidan tinggal bersama kedua orang tuanya di Jalan Ronggowarsito, Kecamatan Katobu, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara .
Jakiri, ayah Aidan mengatakan, awalnya anaknya dalam keadaan normal. Namun pada Maret 2020, Aidan tiba-tiba mengalami panas dan perut kembung. Jakiri pun langsung memeriksakan Aidan di Puskesmas Katobu. (Baca juga: Kakek 75 Tahun di Boyolali Tewas Terbakar di Dalam Gudang)
Saat itu, perawat di puskemas mengatakan bahwa Aidan hanya masuk angin biasa, sehingga perutnya hanya digosok dengan minyak angin. Dua minggu kemudian, perut Aidan justru semakin membesar.
Jakiri kemudian membawa Aidan ke Puskesmas Sugi Laende. Karena keterbatasan alat medis, mereka diarahkan kembali ke Puskesmas Katobu. Namun, pihak Puskesmas Katobu angkat tangan dan merujuknya ke Rumah Sakit Kabupaten Muna.
Sama seperti sebelumnya RS Kabupaten Muna tak mampu menangani dan kemudian merujuknya ke RS Siloam Baubau untuk dilakukan USG guna memastikan penyakitnya.
Namun karena orang tua Aidan yang bekerja sebagai buruh serabutan itu tak memiliki uang, maka niat membawa Aidan ke RS Siloam pun batal. Kini, Aidan hanya dirawat di rumah dengan menggunakan obat kampung seadanya.
“Kami tak punya biaya. Kami hanya bisa pasrah saja. Semoga ada orang dermawan yang bisa membantu kami. Biaya untuk berobat cukup banyak, kami tidak sanggup,” ungkap Jakiri.
Kondisi ekonomi orang tua yang serba kekurangan, menambah penderitaan Aidan semakin menjadi. Aidan tinggal bersama kedua orang tuanya di Jalan Ronggowarsito, Kecamatan Katobu, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara .
Jakiri, ayah Aidan mengatakan, awalnya anaknya dalam keadaan normal. Namun pada Maret 2020, Aidan tiba-tiba mengalami panas dan perut kembung. Jakiri pun langsung memeriksakan Aidan di Puskesmas Katobu. (Baca juga: Kakek 75 Tahun di Boyolali Tewas Terbakar di Dalam Gudang)
Saat itu, perawat di puskemas mengatakan bahwa Aidan hanya masuk angin biasa, sehingga perutnya hanya digosok dengan minyak angin. Dua minggu kemudian, perut Aidan justru semakin membesar.
Jakiri kemudian membawa Aidan ke Puskesmas Sugi Laende. Karena keterbatasan alat medis, mereka diarahkan kembali ke Puskesmas Katobu. Namun, pihak Puskesmas Katobu angkat tangan dan merujuknya ke Rumah Sakit Kabupaten Muna.
Sama seperti sebelumnya RS Kabupaten Muna tak mampu menangani dan kemudian merujuknya ke RS Siloam Baubau untuk dilakukan USG guna memastikan penyakitnya.
Namun karena orang tua Aidan yang bekerja sebagai buruh serabutan itu tak memiliki uang, maka niat membawa Aidan ke RS Siloam pun batal. Kini, Aidan hanya dirawat di rumah dengan menggunakan obat kampung seadanya.
“Kami tak punya biaya. Kami hanya bisa pasrah saja. Semoga ada orang dermawan yang bisa membantu kami. Biaya untuk berobat cukup banyak, kami tidak sanggup,” ungkap Jakiri.
(nbs)