Atasi Semburan Gas Sumur Bor di Sumenep, Pemprov Jawa Timur Tutup Lubang Pengeboran
loading...
A
A
A
SUMENEP - Pemprov Jatim mengambil langkah cepat dalam mengatasi semburan gas di Kabupaten Sumenep akibat pengeboran sumur di Desa Mandala, Kecamatan Rubaru.
Lubang pengeboran yang mengakibatkan semburan gas dan menimbulkan gelembung serta nyala api kecil telah dikaji permasalahannya dan akan segera dilakukan penutupan dengan penyemenan.
Langkah penutupan dapat dilakukan setelah nyala api yang timbul akibat pengeboran telah padam. Dari kajian yang dilakukan tim Pemprov Jatim bersama para pakar, tekanan gas yang cukup kecil, diprediksi akan menghilang dalam waktu 3 - 6 hari ke depan.
Baca juga: Emak-emak di Mojokerto dan Jombang Tertipu Arisan Online, Kerugian Capai Rp2 Miliar
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jatim, Nurkholis meminta masyarakat agar tidak panik. Sebab, Pemprov telah menerjunkan tim untuk melakukan pengamanan di lokasi semburan. Pemprov bersama tim akan segera melakukan penelitian yang berkelanjutan terkait potensi gas rawa (shallow gas) yang terdapat di Sumenep sekaligus Kabupaten Pamekasan.
"Jenis gas methane yang keluar merupakan gas berbahaya karena mudah terbakar dan eksplosive pada konsentrasi dan tekanan tinggi. Namun, karena pada lokasi tersebut konsentrasinya kecil maka akan terdegradasi/netral oleh udara bebas. Meski demikian, lokasi semburan tetap harus dilokalisir dari aktivitas warga sebagai langkah mitigasi," katanya, Rabu (1/9/2021).
Nurkholis menjelaskan, dari kajian tim, semburan gas pada lubang bekas sumur bor pengairan tersebut akibat jebakan gas pada struktur batuan yang tertembus mata bor. Sehingga air mengalir keluar disertai gelembung-gelembung gas serta nyala api kecil. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi tekanan gas cukup kecil sehingga potensi cadangan gasnya juga sedikit.
"Semburan gas tersebut berasal dari hasil pengeboran sumur pada kedalaman 88 meter dengan litologi batuan lempung dan pasir," ujarnya.
Baca juga: Mayat Wanita dalam Karung dan Pria Tewas Tergantung Gemparkan Blitar
Jadi, kata dia, gas yang keluar berjenis gas rawa. Gas rawa ini berasal dari zat organik sisa tumbuh tumbuhan dan hewan yang tertimbun. Kemudian terfermentasi oleh mikroorganisme bakteri. Sehingga menghasilkan gas metana dan sedikit kandungan butane.
"Kabupaten Sumenep memang memiliki potensi yang kaya dengan minyak dan gas. Karena itu, diperlukan kajian yang komprehensif," tandasnya.
Sebab, imbuhnya, litologi batuan di Kabupaten Sumenep adalah lempung dan pasir yang merupakan letak potensial gas rawa sebagai pengganti LPG. Namun, lokasi pengeboran sendiri tidak termasuk dalam wilayah kerja Migas Jatim. "Sehingga, wilayah tersebut saat ini belum merupakan prospek migas," pungkasnya.
Seperti diketahui, peristiwa semburan gas di Kabupaten Sumenep terjadi setelah adanya pengeboran air untuk kegiatan pertanian menggunakan pipa casing berdiameter 4 inci dengan kedalaman 88 meter.
Pada semburan tersebut, terdapat tanda-tanda gelembung gas aktif dengan bau seperti minyak solar. Namun, setelah pipa casing bagian paling dalam pada kedalaman 88 meter dilepas, daya semburan maupun letupan api melemah. Saat ini, di dalam lubang sumur masih terpasang casing sepanjang 1 meter berukuran 3 dim dengan nyala api yang kecil.
Lihat Juga: Berhasil Bangun Ketangguhan Bencana, IRB Jatim Konsisten Turun 36,23 Poin di Lima Tahun Terakhir
Lubang pengeboran yang mengakibatkan semburan gas dan menimbulkan gelembung serta nyala api kecil telah dikaji permasalahannya dan akan segera dilakukan penutupan dengan penyemenan.
Langkah penutupan dapat dilakukan setelah nyala api yang timbul akibat pengeboran telah padam. Dari kajian yang dilakukan tim Pemprov Jatim bersama para pakar, tekanan gas yang cukup kecil, diprediksi akan menghilang dalam waktu 3 - 6 hari ke depan.
Baca juga: Emak-emak di Mojokerto dan Jombang Tertipu Arisan Online, Kerugian Capai Rp2 Miliar
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jatim, Nurkholis meminta masyarakat agar tidak panik. Sebab, Pemprov telah menerjunkan tim untuk melakukan pengamanan di lokasi semburan. Pemprov bersama tim akan segera melakukan penelitian yang berkelanjutan terkait potensi gas rawa (shallow gas) yang terdapat di Sumenep sekaligus Kabupaten Pamekasan.
"Jenis gas methane yang keluar merupakan gas berbahaya karena mudah terbakar dan eksplosive pada konsentrasi dan tekanan tinggi. Namun, karena pada lokasi tersebut konsentrasinya kecil maka akan terdegradasi/netral oleh udara bebas. Meski demikian, lokasi semburan tetap harus dilokalisir dari aktivitas warga sebagai langkah mitigasi," katanya, Rabu (1/9/2021).
Nurkholis menjelaskan, dari kajian tim, semburan gas pada lubang bekas sumur bor pengairan tersebut akibat jebakan gas pada struktur batuan yang tertembus mata bor. Sehingga air mengalir keluar disertai gelembung-gelembung gas serta nyala api kecil. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi tekanan gas cukup kecil sehingga potensi cadangan gasnya juga sedikit.
"Semburan gas tersebut berasal dari hasil pengeboran sumur pada kedalaman 88 meter dengan litologi batuan lempung dan pasir," ujarnya.
Baca juga: Mayat Wanita dalam Karung dan Pria Tewas Tergantung Gemparkan Blitar
Jadi, kata dia, gas yang keluar berjenis gas rawa. Gas rawa ini berasal dari zat organik sisa tumbuh tumbuhan dan hewan yang tertimbun. Kemudian terfermentasi oleh mikroorganisme bakteri. Sehingga menghasilkan gas metana dan sedikit kandungan butane.
"Kabupaten Sumenep memang memiliki potensi yang kaya dengan minyak dan gas. Karena itu, diperlukan kajian yang komprehensif," tandasnya.
Sebab, imbuhnya, litologi batuan di Kabupaten Sumenep adalah lempung dan pasir yang merupakan letak potensial gas rawa sebagai pengganti LPG. Namun, lokasi pengeboran sendiri tidak termasuk dalam wilayah kerja Migas Jatim. "Sehingga, wilayah tersebut saat ini belum merupakan prospek migas," pungkasnya.
Seperti diketahui, peristiwa semburan gas di Kabupaten Sumenep terjadi setelah adanya pengeboran air untuk kegiatan pertanian menggunakan pipa casing berdiameter 4 inci dengan kedalaman 88 meter.
Pada semburan tersebut, terdapat tanda-tanda gelembung gas aktif dengan bau seperti minyak solar. Namun, setelah pipa casing bagian paling dalam pada kedalaman 88 meter dilepas, daya semburan maupun letupan api melemah. Saat ini, di dalam lubang sumur masih terpasang casing sepanjang 1 meter berukuran 3 dim dengan nyala api yang kecil.
Lihat Juga: Berhasil Bangun Ketangguhan Bencana, IRB Jatim Konsisten Turun 36,23 Poin di Lima Tahun Terakhir
(msd)