Kisah Mengharukan, Seorang Ayah Keliling Minta Seragam Bekas Buat Sekolah Anaknya
loading...
A
A
A
LEBAK - Seorang ayah di Lebak, Banten terpaksa berkeliling kampung memohon kepada warga untuk memberikannya seragam bekas buat anak-anaknya untuk sekolah atau belajar tatap muka.
Namun selama seharian mencari pakaian bekas, dirinya tak menemukan seragam bekas sehelai pun. Meski hidup di daerah kaya hasil bumi, namun warga miskin di daerah ini tetap menjamur.
Baca juga: Kisah Haru Pasutri di Madura Punya Momongan setelah 21 Tahun Sabar Menanti
Peribahasa kasih ayah sepanjang waktu, layak dsematkan pada Tanto Gunawan. Tanpa rasa malu, warga miskin yang tinggal di Desa Bayah Barat, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten ini rela berkeliling kampung meminta baju bekas kepada warga agar anaknya bisa bersekolah.
Sejak Senin (23/8/2021) lalu sekolah di Lebak, Banten mulai menerapkan belajar tatap muka. Namun karena tidak memiliki uang, Tanto tak mampu membelikan anaknya seragam sekolah.
Baca juga: BKSDA Temukan Sup Buaya di Lokasi TKA China Sembelih Satwa Dilindungi
Agar anak-anaknya tetap bisa bersekolah, dia rela mencari baju seragam bekas milik orang lain agar anak-anaknya tetap bisa bersekolah.
Tanto memiliki 6 orang anak, di mana tiga diantaranya masih bersekolah. Pria berusia 46 tahun itu ditinggal cerai sang istri yang diduga akibat dirinya miskin. Sang istri memilih pria lain dan hidup berumah tangga kembali. "Saya keliling cari baju bekas tapi gak ada yang punya," kata Tanto.
Dia menuturkan, terpaksa mencari baju bekas karena saat ini anaknya mulai belajar tatap muka di SMK Negeri 1 Bayah, Lebak, Banten. Namun anaknya tidak memiliki seragam sekolah/ hingga akhirnya dirinya meminta belas kasian warga untuk memberikan baju bekas.
Tanto yang bekerja serabutan dan menjadi seorang nelayan membuat penghasilanya tak menentu.
Relawan Respek Peduli Lebak, Delima Humairo menuturkan, Tanto merupakan binaannya. "Sudah enam tahun menjadi warga yang di bantu pihak Respek Peduli Lebak," ujarnya.
Selama enam tahun keluarga Tanto selalu dibantu secara ekonomi, hingga mendirikan sebuah rumah permanen. Bahkan para relawan sempat kehabisan uang hingga akhirnya mereka berutang ke pihak material akibat janji-janji dari para pejabat yang ingin membantu namun tak di kunjung ditepati.
Delima menyatakan, pihaknya berharap pemerintah daerah segera melanjutkan bantuan kepada keluarga miskin ini. Apalagi di daerah Bayah dikenal memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah seperti emas batubara dan adanya perusahaan-perusahaan raksasa yang mengolah hasil bumi lain di negeri Tanah Jawara, selatan Lebak ini.
Namun selama seharian mencari pakaian bekas, dirinya tak menemukan seragam bekas sehelai pun. Meski hidup di daerah kaya hasil bumi, namun warga miskin di daerah ini tetap menjamur.
Baca juga: Kisah Haru Pasutri di Madura Punya Momongan setelah 21 Tahun Sabar Menanti
Peribahasa kasih ayah sepanjang waktu, layak dsematkan pada Tanto Gunawan. Tanpa rasa malu, warga miskin yang tinggal di Desa Bayah Barat, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten ini rela berkeliling kampung meminta baju bekas kepada warga agar anaknya bisa bersekolah.
Sejak Senin (23/8/2021) lalu sekolah di Lebak, Banten mulai menerapkan belajar tatap muka. Namun karena tidak memiliki uang, Tanto tak mampu membelikan anaknya seragam sekolah.
Baca juga: BKSDA Temukan Sup Buaya di Lokasi TKA China Sembelih Satwa Dilindungi
Agar anak-anaknya tetap bisa bersekolah, dia rela mencari baju seragam bekas milik orang lain agar anak-anaknya tetap bisa bersekolah.
Tanto memiliki 6 orang anak, di mana tiga diantaranya masih bersekolah. Pria berusia 46 tahun itu ditinggal cerai sang istri yang diduga akibat dirinya miskin. Sang istri memilih pria lain dan hidup berumah tangga kembali. "Saya keliling cari baju bekas tapi gak ada yang punya," kata Tanto.
Dia menuturkan, terpaksa mencari baju bekas karena saat ini anaknya mulai belajar tatap muka di SMK Negeri 1 Bayah, Lebak, Banten. Namun anaknya tidak memiliki seragam sekolah/ hingga akhirnya dirinya meminta belas kasian warga untuk memberikan baju bekas.
Tanto yang bekerja serabutan dan menjadi seorang nelayan membuat penghasilanya tak menentu.
Relawan Respek Peduli Lebak, Delima Humairo menuturkan, Tanto merupakan binaannya. "Sudah enam tahun menjadi warga yang di bantu pihak Respek Peduli Lebak," ujarnya.
Selama enam tahun keluarga Tanto selalu dibantu secara ekonomi, hingga mendirikan sebuah rumah permanen. Bahkan para relawan sempat kehabisan uang hingga akhirnya mereka berutang ke pihak material akibat janji-janji dari para pejabat yang ingin membantu namun tak di kunjung ditepati.
Delima menyatakan, pihaknya berharap pemerintah daerah segera melanjutkan bantuan kepada keluarga miskin ini. Apalagi di daerah Bayah dikenal memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah seperti emas batubara dan adanya perusahaan-perusahaan raksasa yang mengolah hasil bumi lain di negeri Tanah Jawara, selatan Lebak ini.
(shf)