New Normal, Pesantren: Kami Siap Adaptasi Dalam Situasi Apapun
loading...
A
A
A
SEMARANG - Pandemi COVID-19 hingga kini masih mewabah secara masif di Tanah Air. Berbagai elemen masyarakat masih merasa khawatir dengan wabah virus corona yang belum diketahui kapan akan berakhir ini.
Institusi pendidikan termasuk salah satu yang paling terdampak dengan situasi pandemi COVID-19 ini, salah satunya adalah pondok pesantren (ponpes). Bagaimanapun, sistem pendidikan di ponpes masih terbilang rawan terjadinya penyebaran COVID-19.(Baca juga : Satu Lagi Santri Ponpes Temboro asal Sleman Positif COVID-19 )
Menyikapi New Normal yang digaungkan pemerintah, pimpinan Pesantren Entrepreneuer Al Mawaddah Kudus, KH Sofiyan Hadi mengatakan bahwa Pesantren itu NU (Nahdlatul Ulama) kecil, NU itu pesantren besar. Karena itu karakternya sama. Sehingga mudah adaptasi terhadap situasi dan kondisi apapun.
“Pesantren bisa membedakan secara tegas mana ghayah (tujuan), mana wasilah (sarana). Dalam menghadapi pandemi kali inipun pesantren nyaris tak menghadapi banyak kendala. Belajar di rumah tetap enjoy, para kiai, ustadz mengajarnya online,” ungkap Sofiyan Hadi kepada SINDOnews, Jumat (29/5/2020).
“Jika situasi sudah membaik, pesantren dengan senang hati menghadapi new normal. Karena tradisi talaqqi (ngaji dihadapan guru langsung) itu khas pesantren yang membawa keberkahan,” ungkapnya. (Baca juga : Jangan Jadikan Anak Kami Percobaan )
Dia merasa yakin komunitas pesantren, melalui figur kiai bisa menjadi model masyarakat yang tertib, kontributif dan penuh empati. “Sekarang saatnya mempraktekkan bab at Thaharah (bersuci) yang menjadi tema dasar kajian fiqih. Termasuk aplikasi fiqih al bi'ah (lingkungan),” ujar alumnus Universitas Al-Azhar Mesir ini.
Menurutnya, hablum minallah dan hablum minannas harus disempurnakan dengan hablum minal kaun (hubungan dengan lingkungan). “Mulai dari sumber daya air, udara, tanah/ bumi termasuk ketahanan pangan,” sebutnya.(Baca juga : Waduh, Dua Pedagang dan Satu Kuli Pasar Terpapar Corona )
Institusi pendidikan termasuk salah satu yang paling terdampak dengan situasi pandemi COVID-19 ini, salah satunya adalah pondok pesantren (ponpes). Bagaimanapun, sistem pendidikan di ponpes masih terbilang rawan terjadinya penyebaran COVID-19.(Baca juga : Satu Lagi Santri Ponpes Temboro asal Sleman Positif COVID-19 )
Menyikapi New Normal yang digaungkan pemerintah, pimpinan Pesantren Entrepreneuer Al Mawaddah Kudus, KH Sofiyan Hadi mengatakan bahwa Pesantren itu NU (Nahdlatul Ulama) kecil, NU itu pesantren besar. Karena itu karakternya sama. Sehingga mudah adaptasi terhadap situasi dan kondisi apapun.
“Pesantren bisa membedakan secara tegas mana ghayah (tujuan), mana wasilah (sarana). Dalam menghadapi pandemi kali inipun pesantren nyaris tak menghadapi banyak kendala. Belajar di rumah tetap enjoy, para kiai, ustadz mengajarnya online,” ungkap Sofiyan Hadi kepada SINDOnews, Jumat (29/5/2020).
“Jika situasi sudah membaik, pesantren dengan senang hati menghadapi new normal. Karena tradisi talaqqi (ngaji dihadapan guru langsung) itu khas pesantren yang membawa keberkahan,” ungkapnya. (Baca juga : Jangan Jadikan Anak Kami Percobaan )
Dia merasa yakin komunitas pesantren, melalui figur kiai bisa menjadi model masyarakat yang tertib, kontributif dan penuh empati. “Sekarang saatnya mempraktekkan bab at Thaharah (bersuci) yang menjadi tema dasar kajian fiqih. Termasuk aplikasi fiqih al bi'ah (lingkungan),” ujar alumnus Universitas Al-Azhar Mesir ini.
Menurutnya, hablum minallah dan hablum minannas harus disempurnakan dengan hablum minal kaun (hubungan dengan lingkungan). “Mulai dari sumber daya air, udara, tanah/ bumi termasuk ketahanan pangan,” sebutnya.(Baca juga : Waduh, Dua Pedagang dan Satu Kuli Pasar Terpapar Corona )
(nun)