Lama Tak Dipakai Sekolah Akibat Pandemi COVID-19, Atap 2 Sekolah di Cianjur Ambruk
loading...
A
A
A
CIANJUR - Dua atap ruang kelas SDN Salatri di Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ambruk. Bangunan sekolah tersebut, telah lama tidak digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar akibat pandemi COVID-19.
Sejumlah kayu pada bagian atap ruang kelas telah lapuk dimakan usia. Dua ruangan lainnya juga terancam ambruk, karena kondisi kayu penyangga gentengnya sudah lapuk dimakan usia dan diguyur hujan.
Tidak ada korban luka maupun korban jiwa dalam peristiwa tersebut, mengingat pada saat kejadian kondisi sekolah sedang tidak ada aktivitas kegiatan belajar tatap muka. Kerugian akibat ambruknya atap ruang kelas tersebut, diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah.
Menurut Kepala SDN Salatri, Ujang Sopiandi ambruknya atap ruang kelas tersebut terjadi sejak dua bulan terakhir, berawal adanya gempa bumi bermagnitudo 6,3 sehingga membuat kayu penyangga atap ruang kelas patah.
"Tak hanya itu, intensitas curah hujan yang masih tinggi, menyebabkan atap tersebut akhirnya roboh. Sekolah ini terakhir kali direhabilitasi bangunannya pada tahun 2006 silam," tuturnya.
Ambruknya atap ruang kelas ini sudah dilaporkan ke pihak terkait, namun hingga saat ini bangunan tersebut belum juga diperbaiki. Dia sangat berharap bagunan ruang kelas itu segera diperbaiki, sehingga apabila setiap saat ada pembelajaran tatap muka kondisinya sudah siap.
Sejumlah kayu pada bagian atap ruang kelas telah lapuk dimakan usia. Dua ruangan lainnya juga terancam ambruk, karena kondisi kayu penyangga gentengnya sudah lapuk dimakan usia dan diguyur hujan.
Tidak ada korban luka maupun korban jiwa dalam peristiwa tersebut, mengingat pada saat kejadian kondisi sekolah sedang tidak ada aktivitas kegiatan belajar tatap muka. Kerugian akibat ambruknya atap ruang kelas tersebut, diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah.
Menurut Kepala SDN Salatri, Ujang Sopiandi ambruknya atap ruang kelas tersebut terjadi sejak dua bulan terakhir, berawal adanya gempa bumi bermagnitudo 6,3 sehingga membuat kayu penyangga atap ruang kelas patah.
"Tak hanya itu, intensitas curah hujan yang masih tinggi, menyebabkan atap tersebut akhirnya roboh. Sekolah ini terakhir kali direhabilitasi bangunannya pada tahun 2006 silam," tuturnya.
Ambruknya atap ruang kelas ini sudah dilaporkan ke pihak terkait, namun hingga saat ini bangunan tersebut belum juga diperbaiki. Dia sangat berharap bagunan ruang kelas itu segera diperbaiki, sehingga apabila setiap saat ada pembelajaran tatap muka kondisinya sudah siap.
(eyt)