Menyedihkan, Pasutri Aktivis Kemanusiaan Meninggal Dunia Terpapar COVID-19
loading...
A
A
A
LAMONGAN - Kisah haru biru menandai kepergian pasangan suami istri Amirul Mu’minin - Indah Soraya, aktivis kemanusiaan asal Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Keduanya meninggal dunia di hari yang sama setelah berjuang melawan Covid-19. Pasangan ini meninggal dunia di Rumah Sakit Muhammaddiyah Lamongan, Sabtu (31/7/2021).
Pukul 05.30 WIB, Indah Soraya yang juga anak kandung KH Muhtar Mastur dinyatakan meninggal dunia setelah dirawat sejak 25 Juli 2021. Sementara pukul 20.10 WIB, Amirul Mu’minin aktivis kemanusiaan yang akrab dipanggil Gus Amir juga menyusul istrinya menghadap Ilahi. Gus Amir juga terkonfirmasi positif Covid-19 sejak masuk rumah sakit bersamaan dengan istrinya.
”Belum sempat seminggu dirawat di rumah sakit. Masuk rumah sakit hampir bersamaan, begitu juga dengan meninggalnya. Mbak Indah masuk rumah sakit pagi hari, sementara Gus Amir siang hari. Wafatnya juga beriringan, Mbak Indah pagi hari, Gus Amir malam hari,” ungkap Dzulkifli, adik kandung Indah Soraya.
Baca juga: Bantu Warga Terdampak COVID-19, Fraksi Demokrat Salurkan Sembako di Jatim
Tentu saja, kabar meninggalnya pasangan yang aktif dalam kegiatan kemanusiaan ini menjadi duka mendalam, khususnya di kalangan Pondok Pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Terlebih, Gus Amir merupakan salah satu putra kiai ternama di Lamongan, yakni Abdullah Muchtar. Gus Amir dimakamkan di makan Desa/Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, tadi malam.
Gus Amir dikenal sebagai sosok kiai dan aktivis kemanusiaan. Ia telah banyak mendirikan rumah tamping bagi penyandang masalah sosial, mulai dari anak jalanan hingga anak yatim. Ia juga konsen di dunia pendidikan dan menjadi salah satu pemilik lembaga Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur.
Beberapa aktivitas sosialnya, ia pernah menjadi penggagas gerakan penyelamatan korban Tsunami di Aceh tahun 2004 silam. Sebelumnya, ia juga telah mendirikan pondok sadar bagi kalangan anak jalanan di 13 kabupaten dan kota di Jawa Timur. Gus Amir juga menjadi pendiri dan pelopor panti yatim dan lansia di Vila Durian Yatim Sejahtera Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Tak hanya itu, Gus Amir juga selalu konsen untuk ikut menyelesaikan konflik-konflik sosial. Diantaranya kejadian konflik suku Dayak dan Madura di Sambas, Kalimantan Barat. ”Gus Amir ikut melakukan pemulangan suku Madura dan penyelamatan korban konflik ini,” terang Muhammad Mukhiddin, pengasuh pondok yatim Vila Durian Yartim Sejahtera, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Dikatakan, sebagai salah satu putra kiai ternama di Kabupaten Lamongan, Gus Amir selalu menampakkan sikap kesederhanaan. Bahkan, ia selalu berupa mendekatkan diri dengan kelompok masyarakat dengan masalah sosial. ”Tak jarang beliau mbecak (mengayuh becak) untuk lebih dekat dengan tukang becak. Dari sana, beliau bisa membaca masalah sosialnya dan bergerak untuk menangani,” kenang Gus Mukhiddin, sapaan akrab Muhammad Mukhiddin.
Selama hidup, lanjut Mukhiddin, Gus Amir selalu berpikir kemanusiaan. Lantaran itu, ia tak pernah Lelah mendirikan rumah tampung bagi masyarakat yang berada dalam masalah sosial, seperti anak yatim dan lansia yang tak memiliki keluarga. ”Anak bermasalah dengan hukum juga menjadi konsen penanganan. Atas itulah kami juga kerap menerima anak-anak yang berhadapan dengan hukum,” tandasnya.
Pasangan Amirul Mu’minin - Indah Soraya memang dikenal sebagai putra-putri kiai di kalangan pesantren yang aktif dalam misi kemanusiaan. Pasangan ini meninggalkan tiga putra yang salah satunya mengelola lembaga pendidikan Bahasa Inggris di Pare, Kediri, Jawa Timur.
Mukhiddin menyebut, pasangan ini kerap bersinergi untuk melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan dengan mengabaikan kepentingan keluarganya sendiri. ”Hidupnya sederhana, tapi selalu memikirkan orang lain. Bahkan Gus Amir dan istrinya tidak pernah berpikir kemewahan untuk keluarganya. Persis seperti yang dilakukan ayahnya, KH Abdullah Muchtar,” pungkasnya
Pukul 05.30 WIB, Indah Soraya yang juga anak kandung KH Muhtar Mastur dinyatakan meninggal dunia setelah dirawat sejak 25 Juli 2021. Sementara pukul 20.10 WIB, Amirul Mu’minin aktivis kemanusiaan yang akrab dipanggil Gus Amir juga menyusul istrinya menghadap Ilahi. Gus Amir juga terkonfirmasi positif Covid-19 sejak masuk rumah sakit bersamaan dengan istrinya.
”Belum sempat seminggu dirawat di rumah sakit. Masuk rumah sakit hampir bersamaan, begitu juga dengan meninggalnya. Mbak Indah masuk rumah sakit pagi hari, sementara Gus Amir siang hari. Wafatnya juga beriringan, Mbak Indah pagi hari, Gus Amir malam hari,” ungkap Dzulkifli, adik kandung Indah Soraya.
Baca juga: Bantu Warga Terdampak COVID-19, Fraksi Demokrat Salurkan Sembako di Jatim
Tentu saja, kabar meninggalnya pasangan yang aktif dalam kegiatan kemanusiaan ini menjadi duka mendalam, khususnya di kalangan Pondok Pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Terlebih, Gus Amir merupakan salah satu putra kiai ternama di Lamongan, yakni Abdullah Muchtar. Gus Amir dimakamkan di makan Desa/Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, tadi malam.
Gus Amir dikenal sebagai sosok kiai dan aktivis kemanusiaan. Ia telah banyak mendirikan rumah tamping bagi penyandang masalah sosial, mulai dari anak jalanan hingga anak yatim. Ia juga konsen di dunia pendidikan dan menjadi salah satu pemilik lembaga Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur.
Beberapa aktivitas sosialnya, ia pernah menjadi penggagas gerakan penyelamatan korban Tsunami di Aceh tahun 2004 silam. Sebelumnya, ia juga telah mendirikan pondok sadar bagi kalangan anak jalanan di 13 kabupaten dan kota di Jawa Timur. Gus Amir juga menjadi pendiri dan pelopor panti yatim dan lansia di Vila Durian Yatim Sejahtera Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Tak hanya itu, Gus Amir juga selalu konsen untuk ikut menyelesaikan konflik-konflik sosial. Diantaranya kejadian konflik suku Dayak dan Madura di Sambas, Kalimantan Barat. ”Gus Amir ikut melakukan pemulangan suku Madura dan penyelamatan korban konflik ini,” terang Muhammad Mukhiddin, pengasuh pondok yatim Vila Durian Yartim Sejahtera, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Dikatakan, sebagai salah satu putra kiai ternama di Kabupaten Lamongan, Gus Amir selalu menampakkan sikap kesederhanaan. Bahkan, ia selalu berupa mendekatkan diri dengan kelompok masyarakat dengan masalah sosial. ”Tak jarang beliau mbecak (mengayuh becak) untuk lebih dekat dengan tukang becak. Dari sana, beliau bisa membaca masalah sosialnya dan bergerak untuk menangani,” kenang Gus Mukhiddin, sapaan akrab Muhammad Mukhiddin.
Selama hidup, lanjut Mukhiddin, Gus Amir selalu berpikir kemanusiaan. Lantaran itu, ia tak pernah Lelah mendirikan rumah tampung bagi masyarakat yang berada dalam masalah sosial, seperti anak yatim dan lansia yang tak memiliki keluarga. ”Anak bermasalah dengan hukum juga menjadi konsen penanganan. Atas itulah kami juga kerap menerima anak-anak yang berhadapan dengan hukum,” tandasnya.
Pasangan Amirul Mu’minin - Indah Soraya memang dikenal sebagai putra-putri kiai di kalangan pesantren yang aktif dalam misi kemanusiaan. Pasangan ini meninggalkan tiga putra yang salah satunya mengelola lembaga pendidikan Bahasa Inggris di Pare, Kediri, Jawa Timur.
Mukhiddin menyebut, pasangan ini kerap bersinergi untuk melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan dengan mengabaikan kepentingan keluarganya sendiri. ”Hidupnya sederhana, tapi selalu memikirkan orang lain. Bahkan Gus Amir dan istrinya tidak pernah berpikir kemewahan untuk keluarganya. Persis seperti yang dilakukan ayahnya, KH Abdullah Muchtar,” pungkasnya
(msd)