Kisah Mualaf Inggris saat Ramadhan dan Idul Fitri di Tengah Lockdown
loading...
A
A
A
JAKARTA -
Kebijakan lockdown di Inggris membuat semua tempat ibadah ditutup untuk umum sejak akhir Maret. Situasi ini pun mesti dihadapi warga muslim di negara tersebut. Ivan Mathers, warga Inggris yang memeluk Islam tiga tahun lalu, merasakan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini sangat berbeda.
"Biasanya kami ke masjid, salat Tarawih berjamaah. Nuansa salat Tarawih [di masjid] tak mungkin dihadirkan di rumah. Saya merindukan salat berjamaah di masjid saat Ramadan. beribadah di masjid di bulan Ramadan memberikan rasa nikmat tersendiri," kata Mathers kepada wartawan BBC News Indonesia, Mohamad Susilo.
.
Namun di sisi lain, sebagai mualaf Mathers merasakan ada peluang lain baginya ketika ada kewajiban beribadah di rumah. Misalnya, sekarang ia makin punya banyak waktu mempelajari agama secara daring.
"Biasanya kami tak melaksanakan salat Tarawih berjamaah di rumah. saya menyadari bahwa ini juga adalah karunia yang sangat besar dari Allah," kata Mathers.
(Baca: Musim Nyekar, Waktunya Petani Bunga Selasih Untung Besar)
Ia mengatakan bahwa dalam Islam, hubungan Muslim dengan Allah tidak melalui imam atau tempat ibadah.
"Jadi, meskipun kita menjalani isolasi, kita tetap bisa mencapai koneksi spiritual," katanya.
"Pendek kata, spiritualitas Ramadan kali ini jelas berbeda [dari tahun-tahun sebelumnya] namun tentu saja tidak berkurang," kata Mathers.
Mathers menemukan Islam memalui sang istri, Muslimah kelahiran Malaysia.
Sebelum memutuskan untuk mengucapkan syahadah, Mathers banyak membaca literatur tentang Islam.
"Semakin dalam saya membaca, semakin kuat keyakinan di hati saya … saya semakin tenang, bahwa keputusan memeluk Islam adalah keputusan yang benar," kata Mathers.
Kebijakan lockdown di Inggris membuat semua tempat ibadah ditutup untuk umum sejak akhir Maret. Situasi ini pun mesti dihadapi warga muslim di negara tersebut. Ivan Mathers, warga Inggris yang memeluk Islam tiga tahun lalu, merasakan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini sangat berbeda.
"Biasanya kami ke masjid, salat Tarawih berjamaah. Nuansa salat Tarawih [di masjid] tak mungkin dihadirkan di rumah. Saya merindukan salat berjamaah di masjid saat Ramadan. beribadah di masjid di bulan Ramadan memberikan rasa nikmat tersendiri," kata Mathers kepada wartawan BBC News Indonesia, Mohamad Susilo.
.
Namun di sisi lain, sebagai mualaf Mathers merasakan ada peluang lain baginya ketika ada kewajiban beribadah di rumah. Misalnya, sekarang ia makin punya banyak waktu mempelajari agama secara daring.
"Biasanya kami tak melaksanakan salat Tarawih berjamaah di rumah. saya menyadari bahwa ini juga adalah karunia yang sangat besar dari Allah," kata Mathers.
(Baca: Musim Nyekar, Waktunya Petani Bunga Selasih Untung Besar)
Ia mengatakan bahwa dalam Islam, hubungan Muslim dengan Allah tidak melalui imam atau tempat ibadah.
"Jadi, meskipun kita menjalani isolasi, kita tetap bisa mencapai koneksi spiritual," katanya.
"Pendek kata, spiritualitas Ramadan kali ini jelas berbeda [dari tahun-tahun sebelumnya] namun tentu saja tidak berkurang," kata Mathers.
Mathers menemukan Islam memalui sang istri, Muslimah kelahiran Malaysia.
Sebelum memutuskan untuk mengucapkan syahadah, Mathers banyak membaca literatur tentang Islam.
"Semakin dalam saya membaca, semakin kuat keyakinan di hati saya … saya semakin tenang, bahwa keputusan memeluk Islam adalah keputusan yang benar," kata Mathers.