Kisah Pilu TKI, Keinginan Gadis Majalengka Ini Bertahan di Dubai Berujung Petaka
loading...
A
A
A
MAJALENGKA - Kisah piludialami Nenah Arsinah, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Desa Ranjiwetan, Kasokandel, Majalengka, Jabar yang terancam hukuman mati karena dituduh membunuh.
Baca juga: Keluarga TKI Terancam Hukuman Mati di Dubai: Pak Presiden Jokowi, Tolong Kami
Sejak awal berangkat ke Dubai, Uni Emirat Arab pada 2011 lalu Nenah sudah mengeluhkan sikap majikan yang kasar dan galak. Namun ada alasan kuat mengapa dia tetap kekeuh bekerja di majikan yang sama.
Baca juga: Diculik 45 Hari, Bocah Sukabumi Dipaksa Keliling Memulung dan Tinggal di Becak
Kakak kandung Nenah, Nung Arminah mengatakan, sejak awal adiknya sudah mengeluhkan sikap majikan perempuannya. Sikap kasar jadi alasan Nenah mengeluh.
"Dari awal juga, sudah cerita kalau majikan perempuannya itu galak. Gaji aja nggak jelas. Dari 2011 sampai 2014 hanya bisa beli tanah harga Rp9 juta. Itu juga karena belinya di kakek sendiri. Sampai sekarang belum diapa-apain, bikin Pondasi juga belum," kata Nung saat berbincang dengan MNC Portal Indonesia (MPI) di rumahnya.
Kendati mengeluhkan sikap majikan perempuan, tetapi Nenah tidak mau pindah. Setelah seempat pulang pada 2014 lalu, dia kembali ke UEA ke majikan yang sama.
"Yang penting majikan laki-lakinya nggak cunihin (genit). Kebanyakan kan ada kasus yang mau diperkosa majikan laki-laki, ini mah nggak. Majikan laki-lakinya itu berangkat pagi-pagi," kata dia.
Sikap tidak bersahabat majikan perempuan itu tidak hanya kepada adiknya saja. Hal serupa juga dialami oleh rekan-rekan Nenah, termasuk sopir yang meninggal yang berujung dihukumnya Nenah.
Baca juga: Keluarga TKI Terancam Hukuman Mati di Dubai: Pak Presiden Jokowi, Tolong Kami
Sejak awal berangkat ke Dubai, Uni Emirat Arab pada 2011 lalu Nenah sudah mengeluhkan sikap majikan yang kasar dan galak. Namun ada alasan kuat mengapa dia tetap kekeuh bekerja di majikan yang sama.
Baca juga: Diculik 45 Hari, Bocah Sukabumi Dipaksa Keliling Memulung dan Tinggal di Becak
Kakak kandung Nenah, Nung Arminah mengatakan, sejak awal adiknya sudah mengeluhkan sikap majikan perempuannya. Sikap kasar jadi alasan Nenah mengeluh.
"Dari awal juga, sudah cerita kalau majikan perempuannya itu galak. Gaji aja nggak jelas. Dari 2011 sampai 2014 hanya bisa beli tanah harga Rp9 juta. Itu juga karena belinya di kakek sendiri. Sampai sekarang belum diapa-apain, bikin Pondasi juga belum," kata Nung saat berbincang dengan MNC Portal Indonesia (MPI) di rumahnya.
Kendati mengeluhkan sikap majikan perempuan, tetapi Nenah tidak mau pindah. Setelah seempat pulang pada 2014 lalu, dia kembali ke UEA ke majikan yang sama.
"Yang penting majikan laki-lakinya nggak cunihin (genit). Kebanyakan kan ada kasus yang mau diperkosa majikan laki-laki, ini mah nggak. Majikan laki-lakinya itu berangkat pagi-pagi," kata dia.
Sikap tidak bersahabat majikan perempuan itu tidak hanya kepada adiknya saja. Hal serupa juga dialami oleh rekan-rekan Nenah, termasuk sopir yang meninggal yang berujung dihukumnya Nenah.