Jeritan Hati Produsen Ketupat di Madiun, Larangan Mudik Sebabkan Omset Turun Hingga 50 Persen
loading...
A
A
A
MADIUN - Kebijakan larangan mudik lebaran berdampak langsung terhadap omset penjualan ketupat di Kota Madiun, Jawa Timur. Para pembuat ketupat saat ini hanya memproduksi 1.000 ketupat saja dalam sehari. Produksi ini turun 50 persen dari tahun-tahun sebelumnya.
Salah satunya dialami di salah satu sentra pembuat ketupat di Jalan Tapas Sari, Kelurahan Manisrejo, Kota Madiun. Di sentra ini, para perajin biasanya memproduksi 2.000 ketupat dalam sehari.
Baca juga: Pastikan Kelayakan Fasilitas Karantina PMI, Plh Sekdaprov-Pangdam V Brawijaya Tinjau Asrama Haji
"Namun pada lebaran kali ini hanya memproduksi 1.000 ketupat saja. Ini terjadi karena sepinya permintaan," ujar perajin ketupat, Totok Priyanto.
Menurutnya, tahun-tahun sebelumnya, setiap menjelang dan pasca lebaran mereka selalu kebanjiran order. Bahkan kewalahan memproduksinya. Kini, permintaan cenderung sepi dan order hanya datang dari sekitar Kota Madiun saja.
"Tak jarang yang memesan ya hanya tengkulak. Mereka akan menjualnya kembali untuk sekedar menambah penghasilan," terangnya. Kondisi seperti ini dirasakan sejak dua hari jelang Idul Fitri sampai sekarang.
Baca juga: Kisah Pilu Guru Cantik yang Dipecat dan Nyaris Bunuh Diri Diteror Debt Collector Pinjol
Totok menambahkan, biasanya pembeli berasal dari pemudik yang pulang ke kampung halaman. Tapi sekarang mudik dilarang, pembeli hanya datang dari warga sekitar. Satu buah ketupat matang dijual dengan harga Rp2000.
Diketahui, di Jalan Tapas Sari ini terdapat sejumlah perajin ketupat yang selalu memanfaatkan momen lebaran untuk meraup penghasilan. Selain ketupat, perajin juga memproduksi lepet, lontong dan sayur matang atau opor.
Lihat Juga: Riwayat Karier Kolonel Inf Rama Pratama, Danrem 081/Dirotsaha Jaya Madiun Lulusan Akmil 98
Salah satunya dialami di salah satu sentra pembuat ketupat di Jalan Tapas Sari, Kelurahan Manisrejo, Kota Madiun. Di sentra ini, para perajin biasanya memproduksi 2.000 ketupat dalam sehari.
Baca juga: Pastikan Kelayakan Fasilitas Karantina PMI, Plh Sekdaprov-Pangdam V Brawijaya Tinjau Asrama Haji
"Namun pada lebaran kali ini hanya memproduksi 1.000 ketupat saja. Ini terjadi karena sepinya permintaan," ujar perajin ketupat, Totok Priyanto.
Menurutnya, tahun-tahun sebelumnya, setiap menjelang dan pasca lebaran mereka selalu kebanjiran order. Bahkan kewalahan memproduksinya. Kini, permintaan cenderung sepi dan order hanya datang dari sekitar Kota Madiun saja.
"Tak jarang yang memesan ya hanya tengkulak. Mereka akan menjualnya kembali untuk sekedar menambah penghasilan," terangnya. Kondisi seperti ini dirasakan sejak dua hari jelang Idul Fitri sampai sekarang.
Baca juga: Kisah Pilu Guru Cantik yang Dipecat dan Nyaris Bunuh Diri Diteror Debt Collector Pinjol
Totok menambahkan, biasanya pembeli berasal dari pemudik yang pulang ke kampung halaman. Tapi sekarang mudik dilarang, pembeli hanya datang dari warga sekitar. Satu buah ketupat matang dijual dengan harga Rp2000.
Diketahui, di Jalan Tapas Sari ini terdapat sejumlah perajin ketupat yang selalu memanfaatkan momen lebaran untuk meraup penghasilan. Selain ketupat, perajin juga memproduksi lepet, lontong dan sayur matang atau opor.
Lihat Juga: Riwayat Karier Kolonel Inf Rama Pratama, Danrem 081/Dirotsaha Jaya Madiun Lulusan Akmil 98
(msd)