PDP dan OTG Sumbang Tingginya Kasus Positif COVID-19 di Jatim
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pada Kamis (21/5/2020), jumlah kasus positif COVID-19 di Jatim bertambah 502 orang. Sehingga, total kasus COVID-19 di provinsi ini jumlahnya mencapai 2.998 orang.
(Baca juga: Rekor! Hari Ini Tambahan Positif COVID-19 di Jatim Capai 502 Orang )
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim menyebutkan, tingginya angka kasus positif COVID-19 di Jatim mayoritas disumbang dari Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang jumlahnya mencapai 53,3 persen. Disusul Orang Tanpa Gejala (OTG) sebesar 34,2 persen dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) sebanyak 12,4 persen.
Ketua Gugus Tugas Kuratif COVID-19 Jatim, Joni Wahyuhadi mengatakan, yang patut diwaspadai adalah OTG. Pasalnya, mereka tidak memiliki gejala COVID-19. Akibatnya, mereka sering kemana-mana dan berinteraksi dengan banyak orang. Sehingga menularkan COVID-19.
"Ini serius. Penyakit ini sangat menular. Kuncinya disiplin. Kalau tidak disiplin, yang disiapkan itu ventilator sama peti mati," katanya di Gedung Negara Grahadi, Kamis (21/5/2020).
Untuk PDP, kata dia, cenderung tidak mengkhawatirkan karena mereka sudah mengisolasi diri. Baik di rumah sakit maupun di rumah secara mandiri. "Makanya selalu pakai masker setiap saat. Masker itu menutup mulut dan hidung. Karena virus itu paling banyak masuk lewat mulut dan hidung. Bisa juga masuk lewat mata. Makanya lebih baik pakai kacamata. Itu mengurangi masuknya virus ke tubuh kita. Selain itu juga harus rajin cuci tangan pakai sabun," jelasnya.
Direktur RSUD dr Soetomo ini juga menyinggung mobilitas masyarakat yang mulai tinggi. Khususnya setelah dibukanya jalur penerbangan. Kondisi itu memicu kerumunan di bandar udara (bandara).
"Di Bandara Internasional Juanda itu sekarang setiap hari ada sekitar 1.000-1.500 penumpang. Walapun ada screening, tetap ini menjadi faktor yang bisa menaikkan kasus COVID-19 di Jatim," terangnya.
Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas COVID-19 Jatim, Kohar Hari Santoso menyatakan, penambahan jumlah kasus COVID-19 di Jatim ini sebagian besar berasal dari klaster-klaster yang sudah ada. Namun, ada juga berasal dari klaster baru seperti dari tenaga medis.
Tenaga medis ini setelah dilacak, bukan tertular dari pasien COVID-19, melainkan dari aktivitas lain di luar rumah sakit. "Kami juga temukan ada yang berasal dari perjalanan luar negeri," imbuhnya.
(Baca juga: Rekor! Hari Ini Tambahan Positif COVID-19 di Jatim Capai 502 Orang )
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim menyebutkan, tingginya angka kasus positif COVID-19 di Jatim mayoritas disumbang dari Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang jumlahnya mencapai 53,3 persen. Disusul Orang Tanpa Gejala (OTG) sebesar 34,2 persen dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) sebanyak 12,4 persen.
Ketua Gugus Tugas Kuratif COVID-19 Jatim, Joni Wahyuhadi mengatakan, yang patut diwaspadai adalah OTG. Pasalnya, mereka tidak memiliki gejala COVID-19. Akibatnya, mereka sering kemana-mana dan berinteraksi dengan banyak orang. Sehingga menularkan COVID-19.
"Ini serius. Penyakit ini sangat menular. Kuncinya disiplin. Kalau tidak disiplin, yang disiapkan itu ventilator sama peti mati," katanya di Gedung Negara Grahadi, Kamis (21/5/2020).
Untuk PDP, kata dia, cenderung tidak mengkhawatirkan karena mereka sudah mengisolasi diri. Baik di rumah sakit maupun di rumah secara mandiri. "Makanya selalu pakai masker setiap saat. Masker itu menutup mulut dan hidung. Karena virus itu paling banyak masuk lewat mulut dan hidung. Bisa juga masuk lewat mata. Makanya lebih baik pakai kacamata. Itu mengurangi masuknya virus ke tubuh kita. Selain itu juga harus rajin cuci tangan pakai sabun," jelasnya.
Direktur RSUD dr Soetomo ini juga menyinggung mobilitas masyarakat yang mulai tinggi. Khususnya setelah dibukanya jalur penerbangan. Kondisi itu memicu kerumunan di bandar udara (bandara).
"Di Bandara Internasional Juanda itu sekarang setiap hari ada sekitar 1.000-1.500 penumpang. Walapun ada screening, tetap ini menjadi faktor yang bisa menaikkan kasus COVID-19 di Jatim," terangnya.
Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas COVID-19 Jatim, Kohar Hari Santoso menyatakan, penambahan jumlah kasus COVID-19 di Jatim ini sebagian besar berasal dari klaster-klaster yang sudah ada. Namun, ada juga berasal dari klaster baru seperti dari tenaga medis.
Tenaga medis ini setelah dilacak, bukan tertular dari pasien COVID-19, melainkan dari aktivitas lain di luar rumah sakit. "Kami juga temukan ada yang berasal dari perjalanan luar negeri," imbuhnya.
(eyt)