Tips Kelola Dana THR Agar Lebaran 2021 Penuh Bahagia dan Rasa Syukur
loading...
A
A
A
BANDUNG - Tunjangan hari raya (THR) menjadi dana tambahan yang ditunggu-tunggu masyarakat menjelang perayaan hari raya seperti Hari Raya Lebaran 2021 mendatang.
Terlebih, pemerintah telah meminta seluruh perusahaan untuk membayar penuh THR Lebaran 2021 setelah THR lebaran tahun sebelumnya dicicil akibat pandemi COVID-19. Tentunya, hal itu patut disambut bahagia dan rasa syukur oleh masyarakat.
Meski begitu, alih-alih ingin bahagia dan bersyukur di hari lebaran, jangan sampai masyarakat malah dipusingkan oleh beban pengeluaran yang membengkak. Agar hal itu tidak terjadi, dana THR tentunya harus dikelola dengan baik.
Baca juga: Akal Cerdik Pemudik Hindari Cegatan Polisi, Rela Naik Motor dan Tinggalkan Pekerjaan demi Rindu
Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi, Mike Sutikno menuturkan, masyarakat sangat lumrah menunggu-nunggu datangnya THR Lebaran 2021. Namun, dia mengingatkan, agar masyarakat jangan salah langkah dalam mengelola dana THR.
Menurut Mike, selama ini, masyarakat kerap menganggap THR sebagai bonus atau gaji ke-13. Dia menilai anggapan tersebut salah kaprah karena dapat mengakibatkan pengeluaran yang membengkak.
Dengan adanya anggapan tersebut, masyarakat kerap menggunakan dana THR tanpa perencanaan yang baik. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang malah menggunakannya untuk berpesta.
"THR ini bukan rezeki nomplok. Berkaitan dengan kondisi sekarang, THR itu bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan tidak dihabiskan," tegas Mike dalam Webinar Cerdas Kelola Tunjangan Hari Raya yang diselenggarakan Kominfo dan KPCPEN, Rabu (21/4/2021).
Baca juga: Tak Terima Dipolisikan, Mantan Istri Bos Minyak Kayu Putih Tuntut Kepastian Hukum
Oleh karenanya, lanjut Mike, dana THR harus dikelola dengan cerdas dan bijak sesuai kebutuhan dan prioritas. Gunakan dana tambahan ini untuk sesuatu yang memang harus dibayar atau dibeli dan jangan sampai menggunakan THR untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif.
Dia mencontohkan, dana THR bisa digunakan untuk membayar utang, termasuk disisihkan untuk kebutuhan darurat. Terlebih, kata Mike, di tengah pandemi COVID-19, masyarakat sebaiknya memiliki 6x pengeluaran dari biasanya 3x pengeluaran.
"Dana darurat ini penting dikantongi karena pekerja tidak tahu apakah ke depannya perusahaan atau dirinya tetap sehat selama pandemi ini. Sebab, kalaupun bekerja di perusahaan yang sehat, bisa saja kitanya yang tidak sehat," jelasnya.
Mike menyarankan, agar masyarakat memotong di awal dana THR untuk keperluan bayar utang dan dana darurat saat THR diterima. Sehingga, masyarakat tidak akan lagi merasa dana THR hilang tak berbekas, bahkan nombok.
"Dengan dipotong di awal, dana THR tentunya bakal berbekas karena telah disisihkan lebih dulu," imbuhnya.
Sebagai wujud rasa syukur, lanjut Mike, masyarakat pun tentunya harus menyisihkan dana THR-nya untuk membayar zakat fitrah, termasuk untuk membayar zakat lainnya, seperti zakat profesi hingga infaq dan sedekah.
"Nah yang harus dihitung juga ada dana untuk angpau keponakan dan saudara. Ini juga biasanya harus diisiapkan," lanjutnya.
Mike pun menyoroti kebiasaan masyarakat yang kerap menyiapkan sajian lebaran, seperti kue dan berbagai sajian lainnya secara berlebihan. Menurutnya, jika dihitung, hal itu akan menyedot anggaran cukup besar.
"Termasuk membeli baju baru, ini harus diwaspadai. Lebaran tak harus identik dengan membeli baju baru. Kalaupun harus membeli (baju baru), sebaiknya dibatasi," katanya.
Sementara itu, Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin yang juga menjadi salah satu pembicara dalam webinar menyatakan, pihaknya berkomitmen memberikan THR secara penuh kepada karyawannya. Bahkan, kata dia, THR yang dibayarkan mencapai 1,4x gaji yang diterima karyawan setiap bulannya.
Tidak hanya THR, pihaknya juga memberikan berbagai dukungan bagi karyawan, mulai dari pemberian motivasi bekerja hingga cara mengelola keuangan, agar karyawan hidup sejahtera.
"Jadi, tidak hanya sekedar THT yang berbentuk uang, tapi kami juga memberikan dukungan kepada karyawan karena karyawan yang gembira itu meningkat produktivitasnya," katanya.
Terlebih, pemerintah telah meminta seluruh perusahaan untuk membayar penuh THR Lebaran 2021 setelah THR lebaran tahun sebelumnya dicicil akibat pandemi COVID-19. Tentunya, hal itu patut disambut bahagia dan rasa syukur oleh masyarakat.
Meski begitu, alih-alih ingin bahagia dan bersyukur di hari lebaran, jangan sampai masyarakat malah dipusingkan oleh beban pengeluaran yang membengkak. Agar hal itu tidak terjadi, dana THR tentunya harus dikelola dengan baik.
Baca juga: Akal Cerdik Pemudik Hindari Cegatan Polisi, Rela Naik Motor dan Tinggalkan Pekerjaan demi Rindu
Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi, Mike Sutikno menuturkan, masyarakat sangat lumrah menunggu-nunggu datangnya THR Lebaran 2021. Namun, dia mengingatkan, agar masyarakat jangan salah langkah dalam mengelola dana THR.
Menurut Mike, selama ini, masyarakat kerap menganggap THR sebagai bonus atau gaji ke-13. Dia menilai anggapan tersebut salah kaprah karena dapat mengakibatkan pengeluaran yang membengkak.
Dengan adanya anggapan tersebut, masyarakat kerap menggunakan dana THR tanpa perencanaan yang baik. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang malah menggunakannya untuk berpesta.
"THR ini bukan rezeki nomplok. Berkaitan dengan kondisi sekarang, THR itu bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan tidak dihabiskan," tegas Mike dalam Webinar Cerdas Kelola Tunjangan Hari Raya yang diselenggarakan Kominfo dan KPCPEN, Rabu (21/4/2021).
Baca juga: Tak Terima Dipolisikan, Mantan Istri Bos Minyak Kayu Putih Tuntut Kepastian Hukum
Oleh karenanya, lanjut Mike, dana THR harus dikelola dengan cerdas dan bijak sesuai kebutuhan dan prioritas. Gunakan dana tambahan ini untuk sesuatu yang memang harus dibayar atau dibeli dan jangan sampai menggunakan THR untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif.
Dia mencontohkan, dana THR bisa digunakan untuk membayar utang, termasuk disisihkan untuk kebutuhan darurat. Terlebih, kata Mike, di tengah pandemi COVID-19, masyarakat sebaiknya memiliki 6x pengeluaran dari biasanya 3x pengeluaran.
"Dana darurat ini penting dikantongi karena pekerja tidak tahu apakah ke depannya perusahaan atau dirinya tetap sehat selama pandemi ini. Sebab, kalaupun bekerja di perusahaan yang sehat, bisa saja kitanya yang tidak sehat," jelasnya.
Mike menyarankan, agar masyarakat memotong di awal dana THR untuk keperluan bayar utang dan dana darurat saat THR diterima. Sehingga, masyarakat tidak akan lagi merasa dana THR hilang tak berbekas, bahkan nombok.
"Dengan dipotong di awal, dana THR tentunya bakal berbekas karena telah disisihkan lebih dulu," imbuhnya.
Sebagai wujud rasa syukur, lanjut Mike, masyarakat pun tentunya harus menyisihkan dana THR-nya untuk membayar zakat fitrah, termasuk untuk membayar zakat lainnya, seperti zakat profesi hingga infaq dan sedekah.
"Nah yang harus dihitung juga ada dana untuk angpau keponakan dan saudara. Ini juga biasanya harus diisiapkan," lanjutnya.
Mike pun menyoroti kebiasaan masyarakat yang kerap menyiapkan sajian lebaran, seperti kue dan berbagai sajian lainnya secara berlebihan. Menurutnya, jika dihitung, hal itu akan menyedot anggaran cukup besar.
"Termasuk membeli baju baru, ini harus diwaspadai. Lebaran tak harus identik dengan membeli baju baru. Kalaupun harus membeli (baju baru), sebaiknya dibatasi," katanya.
Sementara itu, Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin yang juga menjadi salah satu pembicara dalam webinar menyatakan, pihaknya berkomitmen memberikan THR secara penuh kepada karyawannya. Bahkan, kata dia, THR yang dibayarkan mencapai 1,4x gaji yang diterima karyawan setiap bulannya.
Tidak hanya THR, pihaknya juga memberikan berbagai dukungan bagi karyawan, mulai dari pemberian motivasi bekerja hingga cara mengelola keuangan, agar karyawan hidup sejahtera.
"Jadi, tidak hanya sekedar THT yang berbentuk uang, tapi kami juga memberikan dukungan kepada karyawan karena karyawan yang gembira itu meningkat produktivitasnya," katanya.
(msd)