Jejak Operasi Prajurit Kopassus di Kalimantan, Papua dan Timor
loading...
A
A
A
Namun salah satu prestasi yang begitu diingat dan terekpose hingga ke mancanegara adalah saat pembebasan sandera Ekpedisi Lorenz 95 yang dipimpin Danjen Kopassus Brigjen TNI Prabowo Subianto kala itu.
Dimana pada 9 Mei 1996 beberapa anggota satuan elite Kopassus menyerbu markas OPM di Desa Geselama, Mimika dengan menggunakan sejumlah helikopter Penerbad (Mobud-mobile udara). Operasi ini mengakhiri drama penyanderaan selama 130 hari.
Dalam penyerbuan ini, sembilan sandera berhasil dibebaskan pasukan Kopassus dan Satgas Rajawali BKO Kodam VIII/Trikora saat itu (sekarang Kodam Cenderawasih). Namun dua dari 11 sandera ditemukan tewas yaitu Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi dan Navy W Th Panekenan, seorang peneliti biologi.
Hingga kini pun keberadaan pasukan ini di Tanah Papua dikenal dengan nama Satgas Nanggala. Dimana satuan ini mampu memandu pasukan Raider, dan Satgas Nemangkawi dalam berbagai operasi di Papua.
Timor Timur
Sedangkan dalam operasi di Timor Timur, Kopassus ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim dengan Indonesia. Dimana pada 7 Desember 1975 sebanyak 19 orang personel Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha/sekarang Kopassus) diterjunkan dari udara lewat Hercules C-130. Dimana ke 19 anggota ini diterjunkan diatas ketinggian rata-rata agar tidak terdeteksi pasukan Fretelin.
Namun belum mencapai tanah, hujan tembakan sudah bermunculan. Akibatnya, beberapa prajurit tewas terkena peluru saat payung masih mengembang.
Tim ini merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini ditugaskan untuk merebut dan mengamankan lapangan udara, kantor gubernur dan pelabuhan termasuk membantu mengamankan masuknya Pasukan Marinir yang akan infiltrasi melalui laut.
Kisahnya pun ditulis dalam buku biografi Letjen (Purn) Soegito: Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen', yang ditulis Beny Adrian. Cetakan pertama tahun 2015, yang diterbitkan PT Gramedia, Jakarta.
Tidak hanya itu kiprah pasukan Komando ini juga mencatat prestasi gemilang saat menangkap Xanana Gusmao pemimpin Fretelin kala itu di daerah Ainaro.
Dimana pada 9 Mei 1996 beberapa anggota satuan elite Kopassus menyerbu markas OPM di Desa Geselama, Mimika dengan menggunakan sejumlah helikopter Penerbad (Mobud-mobile udara). Operasi ini mengakhiri drama penyanderaan selama 130 hari.
Dalam penyerbuan ini, sembilan sandera berhasil dibebaskan pasukan Kopassus dan Satgas Rajawali BKO Kodam VIII/Trikora saat itu (sekarang Kodam Cenderawasih). Namun dua dari 11 sandera ditemukan tewas yaitu Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi dan Navy W Th Panekenan, seorang peneliti biologi.
Hingga kini pun keberadaan pasukan ini di Tanah Papua dikenal dengan nama Satgas Nanggala. Dimana satuan ini mampu memandu pasukan Raider, dan Satgas Nemangkawi dalam berbagai operasi di Papua.
Timor Timur
Sedangkan dalam operasi di Timor Timur, Kopassus ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim dengan Indonesia. Dimana pada 7 Desember 1975 sebanyak 19 orang personel Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha/sekarang Kopassus) diterjunkan dari udara lewat Hercules C-130. Dimana ke 19 anggota ini diterjunkan diatas ketinggian rata-rata agar tidak terdeteksi pasukan Fretelin.
Namun belum mencapai tanah, hujan tembakan sudah bermunculan. Akibatnya, beberapa prajurit tewas terkena peluru saat payung masih mengembang.
Tim ini merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini ditugaskan untuk merebut dan mengamankan lapangan udara, kantor gubernur dan pelabuhan termasuk membantu mengamankan masuknya Pasukan Marinir yang akan infiltrasi melalui laut.
Kisahnya pun ditulis dalam buku biografi Letjen (Purn) Soegito: Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen', yang ditulis Beny Adrian. Cetakan pertama tahun 2015, yang diterbitkan PT Gramedia, Jakarta.
Tidak hanya itu kiprah pasukan Komando ini juga mencatat prestasi gemilang saat menangkap Xanana Gusmao pemimpin Fretelin kala itu di daerah Ainaro.