Jejak Operasi Prajurit Kopassus di Kalimantan, Papua dan Timor

Jum'at, 16 April 2021 - 05:00 WIB
loading...
Jejak Operasi Prajurit Kopassus di Kalimantan, Papua dan Timor
Kopassus hari ini, Jumat 16 April 2021 tepat berulang tahun yang ke-69. Sudah banyak prestasi dan keberhasilan dalam penugasan Pasukan Korps Baret Merah sejak pembentukannya pada 1952 silam. Foto SINDOnews/R Suratman
A A A
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) hari ini, Jumat 16 April 2021 tepat berulang tahun yang ke-69. Sudah banyak prestasi dan keberhasilan dalam penugasan Pasukan Korps Baret Merah sejak pembentukannya pada 1952 silam.
Jejak Operasi Prajurit Kopassus di Kalimantan, Papua dan Timor

Segudang prestasi diraih satuan elite TNI AD ini mulai ketika bernama RPKAD. Dimana dengan gemilang berhasil menumpas Gerakan 30 September PKI di bawah pimpinan Kol Inf Sarwo E Wibowo. Begitu juga ketika berganti nama Kopasandha, dimana Satuan Para Komando dan Sandhi Yudha ini berhasil membebaskan sandera penumpang pesawat Garuda di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand.

Sesuai namanya pasukan khusus dimana misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia sehingga mayoritas dari kegiatan dari satuan Kopassus tidak pernah diketahui secara menyeluruh.

Sehingga jejak keberhasilan pasukan ini pun kerap tertutupi dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia. Ada sejumlah daerah yang menjadi saksi mengenai kehebatan personel pasukan ini diantaranya, Kalimantan, Papua dan Timor Leste (dulu Timor-Timor).

1. Kalimantan

Dalam Operasi di Kalimantan (Dwikora) pasukan Korps Baret Merah kala itu masih bernama RPKAD berhasil memukul mundur Prajurit Gurkha yang merupakan pasukan bayaran dari Nepal.

Baca Juga: Enam Putra Asli Papua Lolos Jadi Prajurit Kopassus

Asisten Intel Kodam XIV/Hasanuddin Kol Inf M Aidi saat dihubungi SINDOnews membenarkan adanya kisah heroik mengenai pertempuran pasukan RPKAD dengan Prajurit Gurkha yang terkenal sadis di lokasi dekat Betung Kerihun.

"Ya saya sempat membaca literatur di Museum Gurkha di Inggris soal pertempuran antara pasukan Baret Merah Indonesia (RPKAD) dengan Pasukan Gurkha yang merupakan tentara bayaran asal Nepal di sekitar Betung Kerihun tersebut," kata mantan Asisten Intel Kopassus ini.

Menurut M Aidi, dia yang dulu sempat menjabat sebagai Komandan Batalyon 21 Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Solo juga ikut dalam Ekspedisi Khatulistiwa beberapa tahun lalu.

"Waktu itu saat saya berpangkat Letkol dan menjabat Danyon 21 dan ikut dalam Ekspedisi Khatulistiwa di Pedalaman Kalbar sempat mendengar kisah-kisah heroik dari para tokoh Dayak Iban tentang keberhasilan Pasukan RPKAD memukul mundur pasukan Gurkha ke perbatasan Malaysia. Pak LB Moerdani (Mantan Panglima ABRI) memang dulu sempat diterjunkan di perbatasan Malaysia," kata M Aidi Nubic kepada SINDOnews, Jumat malam (20/3/2020).

M Aidi mengatakan, waktu tahu dirinya merupakan salah satu anggota Pasukan Barat Merah (Kopassus) sejumlah tetua adat Dayak Iban langsung menceritakan kisah-kisah heroik mengenai pasukan RPKAD yang kala itu dapat membuat pasukan Gurkha lari tunggang langgang.

"Karena ada dari para tetua adat yang saat itu masih belia ikut terjun membantu Pasukan Baret Merah dalam mencari jejak dan memandu Pasukan memasuki perbatasan Malaysia," timpalnya.

Menurut para Tetua Dayak Iban, Pasukan Gurkha yang terkenal itu sempat terkejut dengan serangan pasukan dengan memakai baret merah yang tiba-tiba muncul dari semak-semak dan rerimbunan pepohonan.

"Padahal saat konfrontasi dengan Malaysia memang Pasukan Gurkha dikerahkan dalam jumlah yang cukup banyak. Ya jumlahnya tidak sebanding dengan Pasukan Korps Baret Merah yang diterjunkan kesana. Namun karena dibantu warga Suku Dayak Iban dan Panglima Burung, Pasukan Gurkha dapat diusir hingga kembali ke Malaysia," katanya.

Baca juga : Brigjen TNI Mohammad Hasan Resmi Jadi Komandan Jenderal Kopassus


Dari berbagai keterangan dan literatur yang ditemukan SINDOnews, juga disebutkan adanya pertempuran antara Pasukan Elite Korps Baret Merah ini dan dengan Pasukan Special Air Service (SAS) di Desa Mapu, Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia. Dalam pertempuran tersebut pasukan RPKAD mampu menewaskan personel SAS saat menyerbu Pos Pasukan Inggris tersebut di Mapu.

Pertempuran ini tentunya menambah kisah heroik pasukan Korps Baret Merah di medan Operasi Dwikora dalam konfrontasi dengan Malaysia.

2. Papua

Sementara untuk penugasan di Tanah Papua salah satu operasi Kopassus yang cukup berhasil adalah saat pembebasan Bandara Kobagma waktu masih berada di Kabupaten Jayawijaya (saat ini masuk dalam Kabupaten Membramo Tengah).

Dimana sejumlah personel Kopassus berhasil melumpuhkan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menguasai bandara tersebut. Operasi dilakukan tertutup dan senyap dalam tempo singkat bandara perintis yang dikuasai OPM tersebut dapat berhasil dikuasai pasukan korps baret merah TNI AD ini dan bandara dapat dioperasikan kembali.

Hal ini pun dibenarkan Kol Inf M Aidi Nubic. "Ya informasi tersebut memang benar terjadi beberapa tahun lalu. Tapi karena operasinya sipatnya tertutup jadi tidak terekpose ke luar," kata perwira menengah yang juga menyandang bravet Komando ini, kepada SINDOnews, beberapa waktu lalu.

Namun salah satu prestasi yang begitu diingat dan terekpose hingga ke mancanegara adalah saat pembebasan sandera Ekpedisi Lorenz 95 yang dipimpin Danjen Kopassus Brigjen TNI Prabowo Subianto kala itu.

Dimana pada 9 Mei 1996 beberapa anggota satuan elite Kopassus menyerbu markas OPM di Desa Geselama, Mimika dengan menggunakan sejumlah helikopter Penerbad (Mobud-mobile udara). Operasi ini mengakhiri drama penyanderaan selama 130 hari.

Dalam penyerbuan ini, sembilan sandera berhasil dibebaskan pasukan Kopassus dan Satgas Rajawali BKO Kodam VIII/Trikora saat itu (sekarang Kodam Cenderawasih). Namun dua dari 11 sandera ditemukan tewas yaitu Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi dan Navy W Th Panekenan, seorang peneliti biologi.

Hingga kini pun keberadaan pasukan ini di Tanah Papua dikenal dengan nama Satgas Nanggala. Dimana satuan ini mampu memandu pasukan Raider, dan Satgas Nemangkawi dalam berbagai operasi di Papua.

Timor Timur

Sedangkan dalam operasi di Timor Timur, Kopassus ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim dengan Indonesia. Dimana pada 7 Desember 1975 sebanyak 19 orang personel Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha/sekarang Kopassus) diterjunkan dari udara lewat Hercules C-130. Dimana ke 19 anggota ini diterjunkan diatas ketinggian rata-rata agar tidak terdeteksi pasukan Fretelin.

Namun belum mencapai tanah, hujan tembakan sudah bermunculan. Akibatnya, beberapa prajurit tewas terkena peluru saat payung masih mengembang.

Tim ini merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini ditugaskan untuk merebut dan mengamankan lapangan udara, kantor gubernur dan pelabuhan termasuk membantu mengamankan masuknya Pasukan Marinir yang akan infiltrasi melalui laut.

Kisahnya pun ditulis dalam buku biografi Letjen (Purn) Soegito: Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen', yang ditulis Beny Adrian. Cetakan pertama tahun 2015, yang diterbitkan PT Gramedia, Jakarta.

Tidak hanya itu kiprah pasukan Komando ini juga mencatat prestasi gemilang saat menangkap Xanana Gusmao pemimpin Fretelin kala itu di daerah Ainaro.

Kisah ini dimuat dalam Buku Kopassus Untuk Indonesia yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara dan diterbitkan R&W Publishing tahun 2009.

Selain itu tercatat dalam berbagai literatur keberadaan pasukan ini yang diberi nama 'The Blue Jeans Soldier', Dimana kehadiran Pasukan Elite TNI yang masuk medan tempur Timor Timur ini hanya mengenakan Celana Jeans dan Kaos Oblong namun mampu membuat kocar-kacir Pasukan Fretelin.

Sumber :

- Wikipedia
- Diolah dari berbagai sumber
(sms)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1228 seconds (0.1#10.140)