Tangis Wasito Pecah, Putranya yang Masih SMP Selamat Dari Tabrakan Kapal di Laut Indramayu
loading...
A
A
A
INDRAMAYU - Air mata bahagia dan rasa syukur tidak henti-hentinya diucapkan Wasito (45), warga Desa Eretan Wetan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, saat mengetahui kabar anaknya yang bernama Eriyanto (16), masuk dalam daftar korban selamat insiden tabrakan kapal Barokah Jaya , dengan Habco Pioneer.
Sosok Eriyanto di mata Wasito adalah anak yang bertanggung jawab . Sebab, uang Eriyanto dari hasil melaut semuanya diberikan kepada Wasito dan ibunya, yakni Nurwaeni (40).
Rasa penyesalan sempat muncul dalam benak Wasito, saat pertama kali mendengar kabar kapal Barokah Jaya mengalami kecelakaan. Namun, ia mengaku bersyukur anak keduanya ini tak mengalami nasib seperti kakaknya, yang meninggal dunia karena pergi melaut.
"Sekitar jam 17.00 WIB, waktunya merapikan jaring terus berlayar. Anak baru dua kali. Yang minggu lalu sama saya. Tapi karena saya sedang ada sangkutan utang dengan orang lain jadi saya ikut orang lain," kata Wasito, Minggu (4/4/2021).
Sebelum pergi, Eriyanto sempat menitipkan pesan kepada Wasito agar menjaga ibunya yang kondisi kesehatannya menurun. Sebetulnya, Wasito tidak tega melihat anaknya pergi melaut bersama ABK lain di kapal Barokah Jaya.
Akan tetapi, karena desakan ekonomi, Wasito tidak bisa melarang Eriyanto pergi melaut . Saat ini ia berharap agar Eriyanto dapat kembali dengan selamat. "Eriyanto bagian belajar aja. Inginnya sih jangan melaut. Pertama lingkungan dan kedua ekonomi. Anak juga sekolah belum selesai. Bagaimana pun kalau belum ada anak di sini, perasaan saya masih tanda tanya," ujar Wasito.
Hingga kini, ia dan Nurwaeni masih setia menunggu kedatangan Eriyanto dari kapal KN 103 Wisnu di perairan Indramayu . Hal senada juga disampaikan Nurwaeni. Nurwaeni sendiri mengaku sangat trauma setelah mendengar kabar insiden itu.
Rasa was-was muncul dalam hati Nurwaeni, karena takut anak keduanya itu mengalami hal-hal yang tak diinginkan. "Saya kaget. Badan saya geter, karena dengar kapal Barokah Jaya kecelakaan. Sebelumnya dia pamit ke bapakny, suruh jaga saya. Saya lagi sakit," kata Nurwaeni.
Menurut Nurwaeni, Eriyanto sudah dua kali pergi melaut untuk mencari ikan . Biasanya dalam sekali melaut dengan kurun waktu sekitar 10 hari, anak keduanya itu bisa mendapat penghasilan Rp200 ribu.
Uang yang didapat Eriyanto ini, lanjutnya, digunakan untuk membantu perekonomian keluarganya. Nurwaeni sendiri tidak ingin kejadian buruk menimpa Eriyanto. Sebab, sebelumnya anak pertamanya atau kakak dari Eriyanto, mengalami kecelakaan di laut dan meninggal dunia. "Dia masih SMP. Saya takut. Kakak pertamanya juga meninggal dunia karena kecelakaan di laut," ujarnya.
Saat ini, Nurwaeni ingin segera bertemu dengan Eriyanto. Ia merasa bersyukur karena anaknya selamat dari insiden tabrakan kapal itu. "Kalau mau ngelarang juga gak bisa. Dia kekeh mau melaut. Kalau pulang, semua uangnya dikasih ke saya, dia gak megang sama sekali. Saya bersyukur dia selamat," pungkasnya.
Sosok Eriyanto di mata Wasito adalah anak yang bertanggung jawab . Sebab, uang Eriyanto dari hasil melaut semuanya diberikan kepada Wasito dan ibunya, yakni Nurwaeni (40).
Rasa penyesalan sempat muncul dalam benak Wasito, saat pertama kali mendengar kabar kapal Barokah Jaya mengalami kecelakaan. Namun, ia mengaku bersyukur anak keduanya ini tak mengalami nasib seperti kakaknya, yang meninggal dunia karena pergi melaut.
"Sekitar jam 17.00 WIB, waktunya merapikan jaring terus berlayar. Anak baru dua kali. Yang minggu lalu sama saya. Tapi karena saya sedang ada sangkutan utang dengan orang lain jadi saya ikut orang lain," kata Wasito, Minggu (4/4/2021).
Sebelum pergi, Eriyanto sempat menitipkan pesan kepada Wasito agar menjaga ibunya yang kondisi kesehatannya menurun. Sebetulnya, Wasito tidak tega melihat anaknya pergi melaut bersama ABK lain di kapal Barokah Jaya.
Akan tetapi, karena desakan ekonomi, Wasito tidak bisa melarang Eriyanto pergi melaut . Saat ini ia berharap agar Eriyanto dapat kembali dengan selamat. "Eriyanto bagian belajar aja. Inginnya sih jangan melaut. Pertama lingkungan dan kedua ekonomi. Anak juga sekolah belum selesai. Bagaimana pun kalau belum ada anak di sini, perasaan saya masih tanda tanya," ujar Wasito.
Hingga kini, ia dan Nurwaeni masih setia menunggu kedatangan Eriyanto dari kapal KN 103 Wisnu di perairan Indramayu . Hal senada juga disampaikan Nurwaeni. Nurwaeni sendiri mengaku sangat trauma setelah mendengar kabar insiden itu.
Rasa was-was muncul dalam hati Nurwaeni, karena takut anak keduanya itu mengalami hal-hal yang tak diinginkan. "Saya kaget. Badan saya geter, karena dengar kapal Barokah Jaya kecelakaan. Sebelumnya dia pamit ke bapakny, suruh jaga saya. Saya lagi sakit," kata Nurwaeni.
Menurut Nurwaeni, Eriyanto sudah dua kali pergi melaut untuk mencari ikan . Biasanya dalam sekali melaut dengan kurun waktu sekitar 10 hari, anak keduanya itu bisa mendapat penghasilan Rp200 ribu.
Uang yang didapat Eriyanto ini, lanjutnya, digunakan untuk membantu perekonomian keluarganya. Nurwaeni sendiri tidak ingin kejadian buruk menimpa Eriyanto. Sebab, sebelumnya anak pertamanya atau kakak dari Eriyanto, mengalami kecelakaan di laut dan meninggal dunia. "Dia masih SMP. Saya takut. Kakak pertamanya juga meninggal dunia karena kecelakaan di laut," ujarnya.
Saat ini, Nurwaeni ingin segera bertemu dengan Eriyanto. Ia merasa bersyukur karena anaknya selamat dari insiden tabrakan kapal itu. "Kalau mau ngelarang juga gak bisa. Dia kekeh mau melaut. Kalau pulang, semua uangnya dikasih ke saya, dia gak megang sama sekali. Saya bersyukur dia selamat," pungkasnya.
(eyt)