Diserang Virus Jembrana, 22 Ekor Sapi Milik Peternak di Palembang Mati
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Sebanyak 22 ekor sapi milik petenak di Kota Palembang mati akibat terserang virus jembrana. Pemda setempat pun melakukan upaya pencegahan agar virus ini tidak menyebar.
Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, drh Jafrizal mengatakan, kasus virus jembrana ini berawal dari laporan peternak sapi di daerah Ponorogo, Palembang, pertengahan Februari 2021 lalu. "Saat itu kita menerima laporan jika ada 22 sapi milik peternak yang mati mendadak," katanya, Jumat (26/3/2021). Baca Juga: Kurban Sapi, Sumarsono Minta Agar Dibagikan pada Pengayuh Becak
Setelah dilakukan pemeriksaan awal, sapi-sapi awalnya mengalami masalah kurang nafsu makan dan mengeluarkan keringat darah. Oleh karena itu, pihaknya bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat mengambil sampel untuk kemudian diteliti. "Sampelnya kita periksakan ke Balai Veteriner Lampung. Hasilnya sapi-sapi itu mati akibat penyakit dari virus jembrana," katanya.
Dikatakan Jafrizal, pihaknya sendiri lebih menyarankan kepada peternak agar mengubur sapi yang diketahui mati karena penyakit jembarana dikubur, dan dagingnya tidak dikonsumsi. Meskipun pada dasarnya virus tersebut bukan kategori zoonosis.
"Sebenarnya dagingnya tetap boleh dikonsumsi dengan pengolahan yang benar, kecuali bagian organ tubuh dari hewan yang telah rusak. Sebab virus ini sifatnya tidak dapat menular dari hewan ke manusia" katanya. Baca Juga: Di Cigending Bandung, Sapi Kurban Masuk ke Rumah Warga
Menurutnya, sejak Januari 2021 lalu peternak telah diimbau agar tidak membeli sapi dari Bengkulu maupun Jambi terlebih dahulu yang terlebih dahulu telah ditemukan kasus penyakit jembrana. "Tapi yang mungkin alasan petimbangan harga ternak yang lebih murah membuat hal itu tetap dilakukan," katanya.
Sebagai upaya pencegahan, tim telah melakukan penyeprotan disinfektan ke kandang milik 117 peternak sapi di Palembang secara bertahap, serta membagikan vitamin hewan. "Tim juga sudah turun untuk memastikan kondisi kebersihan kandang peternah sesuai dengan ketentuan," katanya. (Era Neizma Wedya-Sindotv)
Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, drh Jafrizal mengatakan, kasus virus jembrana ini berawal dari laporan peternak sapi di daerah Ponorogo, Palembang, pertengahan Februari 2021 lalu. "Saat itu kita menerima laporan jika ada 22 sapi milik peternak yang mati mendadak," katanya, Jumat (26/3/2021). Baca Juga: Kurban Sapi, Sumarsono Minta Agar Dibagikan pada Pengayuh Becak
Setelah dilakukan pemeriksaan awal, sapi-sapi awalnya mengalami masalah kurang nafsu makan dan mengeluarkan keringat darah. Oleh karena itu, pihaknya bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat mengambil sampel untuk kemudian diteliti. "Sampelnya kita periksakan ke Balai Veteriner Lampung. Hasilnya sapi-sapi itu mati akibat penyakit dari virus jembrana," katanya.
Dikatakan Jafrizal, pihaknya sendiri lebih menyarankan kepada peternak agar mengubur sapi yang diketahui mati karena penyakit jembarana dikubur, dan dagingnya tidak dikonsumsi. Meskipun pada dasarnya virus tersebut bukan kategori zoonosis.
"Sebenarnya dagingnya tetap boleh dikonsumsi dengan pengolahan yang benar, kecuali bagian organ tubuh dari hewan yang telah rusak. Sebab virus ini sifatnya tidak dapat menular dari hewan ke manusia" katanya. Baca Juga: Di Cigending Bandung, Sapi Kurban Masuk ke Rumah Warga
Menurutnya, sejak Januari 2021 lalu peternak telah diimbau agar tidak membeli sapi dari Bengkulu maupun Jambi terlebih dahulu yang terlebih dahulu telah ditemukan kasus penyakit jembrana. "Tapi yang mungkin alasan petimbangan harga ternak yang lebih murah membuat hal itu tetap dilakukan," katanya.
Sebagai upaya pencegahan, tim telah melakukan penyeprotan disinfektan ke kandang milik 117 peternak sapi di Palembang secara bertahap, serta membagikan vitamin hewan. "Tim juga sudah turun untuk memastikan kondisi kebersihan kandang peternah sesuai dengan ketentuan," katanya. (Era Neizma Wedya-Sindotv)
(don)