Dam Kali Kawat, Dinilai Jadi Solusi Air Bagi Petani di Banyuwangi
loading...
A
A
A
BANYUWANGI - Saluran irigasi menjadi tulang pungung petani di Banyuwangi . Penambahan irigasi terus dilakukan untuk bisa memasok air bagi para petani yang tersebar di berbagai wilayah.
Salah satunya pembangunan Dam Kali Kawat di Dusun Krajan, Desa Sarongan. Dulu, ketika dam masih mangkrak, petani hanya mengandalkan hujan untuk mengairi sawah mereka.
Akibatnya, hasil pertanian kurang optimal, hanya setengah dari sawah normal. Hujan yang diandalkan juga bisa menjadi sumber masalah ketika debitnya berlebihan karena menyebabkan sawah kebanjiran.
Berfungsinya dam membawa aliran air bisa diatur sesuai kebutuhan. Dua bulan setelah pengerukan pertama yang dilakukan 27 Juli, petani sudah merasakan manfaat.
Pada akhir 2020, petani sudah menanam normal meski pada waktu itu belum banyak hujan turun. Awal Maret 2021, petani sudah berhasil memanen padi mereka.
“Dulu betul-betul tergantung hujan, sekarang sudah normal,” kata Suroso, salah satu petani, Jumat (26/3/2021).
Senior Manager External Affairs PT BSI, Sudarmono mengatakan, dengan aliran air dari dam, petani saat ini bisa menanam setahun tiga kali, sebelumnya hanya sekali. Selain itu di sela-sela penanaman padi mereka bisa membudidayakan palawija.
“Dengan hitungan konservatif, dari 243 hektare, setidaknya tahun ini petani Dusun Krajan bisa menghasilkan sekitar 4.400 ton dari sawah mereka,” kata Sudarmono.
Dam Kali Kawat dirintis pembangunannya pada 1.968 oleh seseorang bernama Maji. Kala itu, kerangka bangunan masih terbuat dari kayu. Bangunan tersebut mampu bertahan hingga sepuluh tahun.
Pada 1.978, pemerintah mengganti bangunan dam dengan material beton dan bertahan sampai saat ini. Namun, seiring waktu sampah, batuan, dan sedimen yang terbawa arus sungai dari hulu semakin lama semakin banyak memenuhi cekungan dam.
Salah satunya pembangunan Dam Kali Kawat di Dusun Krajan, Desa Sarongan. Dulu, ketika dam masih mangkrak, petani hanya mengandalkan hujan untuk mengairi sawah mereka.
Akibatnya, hasil pertanian kurang optimal, hanya setengah dari sawah normal. Hujan yang diandalkan juga bisa menjadi sumber masalah ketika debitnya berlebihan karena menyebabkan sawah kebanjiran.
Berfungsinya dam membawa aliran air bisa diatur sesuai kebutuhan. Dua bulan setelah pengerukan pertama yang dilakukan 27 Juli, petani sudah merasakan manfaat.
Pada akhir 2020, petani sudah menanam normal meski pada waktu itu belum banyak hujan turun. Awal Maret 2021, petani sudah berhasil memanen padi mereka.
“Dulu betul-betul tergantung hujan, sekarang sudah normal,” kata Suroso, salah satu petani, Jumat (26/3/2021).
Senior Manager External Affairs PT BSI, Sudarmono mengatakan, dengan aliran air dari dam, petani saat ini bisa menanam setahun tiga kali, sebelumnya hanya sekali. Selain itu di sela-sela penanaman padi mereka bisa membudidayakan palawija.
“Dengan hitungan konservatif, dari 243 hektare, setidaknya tahun ini petani Dusun Krajan bisa menghasilkan sekitar 4.400 ton dari sawah mereka,” kata Sudarmono.
Dam Kali Kawat dirintis pembangunannya pada 1.968 oleh seseorang bernama Maji. Kala itu, kerangka bangunan masih terbuat dari kayu. Bangunan tersebut mampu bertahan hingga sepuluh tahun.
Pada 1.978, pemerintah mengganti bangunan dam dengan material beton dan bertahan sampai saat ini. Namun, seiring waktu sampah, batuan, dan sedimen yang terbawa arus sungai dari hulu semakin lama semakin banyak memenuhi cekungan dam.