Domba Garut, Seni Ketangkasan Asal Garut yang Turun Temurun

Jum'at, 19 Maret 2021 - 13:03 WIB
loading...
Domba Garut, Seni Ketangkasan Asal Garut yang Turun Temurun
Tradisi domba Garut yakni acara pertarungan domba Garut yang biasanya diiringi dengan berbagai atraksi kesenian musik tradisional.
A A A
GARUT - Seni domba Garut, mungkin sudah tidak asing bagi Anda? Atraksi wisata khas kota Dodol ini bisa disaksikan pada Juni, Agustus dan Desember di Desa Ngamplang, Cangkuang dan Ranca Bango, Kabupaten Garut.

Tradisi domba Garut merupakan acara pertarungan domba Garut yang biasanya diiringi dengan berbagai atraksi kesenian musik tradisional, dengan menggunakan sound system besar dan dihadiri warga sekitar hingga dari berbagai daerah.

Tradisi ini memiliki nilai kekeluargaan yang merekatkan persatuan masyarakat. Selain itu tradisi ini juga sebagai ajang uji nyali domba, sarana menaikan pamor kelas, sekaligus rating nilai jual domba milik peternak. Semakin sering juara di arena laga, harga jual domba semakin naik tajam bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Tradisi ini juga disebut domba tangkas karena memiliki seni ketangkasan yang dipadukan dengan seni pencak silat. Kadang juga dinamakan domba laga karena berlaga di lapangan yang menarik perhatian banyak orang serta memiliki unsur seni yang indah.

Setelah berdirinya Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) istilah “adu” dihilangkan karena dinilai lebih identik dengan perjudian.

Dalam satu pertandingan biasanya terdapat tiga juri, wasit, dan bobotoh (sebutan penonton). Pertandingan juga diiringi lantunan musik yang dimainkan oleh para nayaga.

Domba dibagi menjadi tiga kelas yaitu A, B, dan C. C diperuntukan untuk bobot kurang dari 65kg, B diperuntukan untuk bobot 65kg – 75kg, dan A diperuntukan untuk bobot melebihi 75kg.

Ada beberapa kriteria penilaian dalam ketangkasan domba garut mulai dari kesehatan, adeg-adeg, teknik bertanding, teknik pukulan hingga keberanian

Dikutip dari halaman disparbud.jabarprov.go.id, sejarah domba Garut berawal dari masa pemerintahan Bupati Suryakanta Legawa sekitar tahun 1815-1829. Beliau sering berkunjung ke teman satu perguruannya bernama Haji Saleh yang memiliki banyak Domba.

Salah satu domba yang dipunyainya (si Lenjang), diminta oleh Bupati untuk dikawinkan dengan domba yang ada di Pendopo kabupten yang bernama si Dewa. Si Toblo, yang merupakan anak dari si Dewa dan si Lenjang beranak-pinak dan menghasilkan keturunan domba Garut sampai saat sekarang.

Domba Garut mempunyai karakteristik yang khas dari domba-domba yang ada di daerah luar Garut. Dilihat secara fisik, domba Garut memiliki berat sekitar 60-80 Kg, tanduk baplang, warna bulu yang kebanyakan putih dan telinga ngagiri (panjang).

Perkembangan selanjutnya dari pemeliharaan domba Garut mengarah pada dua sasaran utama, yaitu sebagai penghasil daging dan untuk kesenangan atau hobi.

Selain untuk melestarikan tradisi, seni adu domba Garut juga menjadi ajang untuk mencari domba-domba berkualitas yang nantinya bisa dijual dengan nilai tinggi. CM
(atk)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1181 seconds (0.1#10.140)