Chaidir Syam Siapkan Solusi Tangani Banjir di Galaggara dan Sampobia
loading...
A
A
A
MAROS - Meski banjir di sejumlah wilayah di Kabupaten Maros mulai surut, Bupati Chaidir Syam kembali turun meninjau kondisi banjir . Kali ini dia berkunjung ke Galaggara dan Sampobia, Kelurahan Mattirodeceng, Kecamatan Lau.
Kedua wilayah itu memang menjadi langganan banjir setiap hujan lebat. Penyebabnya, Sungai Galaggara yang tidak bisa membendung debit air dari hulu. Apalagi dengan kondisi sungai yang berkelok-kelok.
"Hari ini saya bersama BPBD turun meninjau lokasi banjir di Galaggara . Wilayah ini memang sudah jadi langganan banjir . Tapi alhamdulillah kondisi airnya sudah mulai surut saat ini," kata Chaidir , Kamis (11/03/2021).
Menurut Chaidir , pemerintahan sebelumnya memang telah berupaya melakukan pencegahan banjir di wilayah itu dengan membuat tanggul pembatas sungai di beberapa titik rawan, termasuk meninggikan ruas jalan.
"Ini memang kondisi sungainya berkelok dan agak sempit sehingga tidak bisa membendung debit air. Pak Hatta (Rahman) sudah melakukan penanggulangan dengan tanggul dan meninggikan ruas jalan," lanjutnya.
Sebelum ada tanggul itu, kata dia, hampir seluruh wilayah di sana terisolasi karena ruas jalan terendam banjir dan tidak bisa dilalui kendaraan. Namun dengan adanya tanggul dan jalan ditinggikan, banjir bisa tertanggulangi.
"Beberapa tahun lalu itu masuk ke sini hanya bisa pakai perahu saja. Nah sekarang setidaknya logistik bantuan bisa didistribusi dengan mobil. Kendaraan warga juga masih bisa melintas," lanjutnya.
Menurutnya, penanggulangan banjir harus dilakukan secara menyeluruh dan integratif dari hulu sampai ke hilir. Di Hulu dengan program penanaman pohon, di hilir dengan pengerukan dan perluasan saluran air, termasuk program kali bersih dan membiasakan masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan .
"Ini memang harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi dari hulu ke hilir, termasuk warga yang hidup di sekitar bantaran sungai," paparnya.
Ke depannya, Chaidir mengaku akan berupaya untuk melakukan pengerukan Sungai Galaggara yang kondisinya dangkal dan sempit. Termasuk pemasangan tanggul penahan air yang meluap ke jalan raya. Jika perlu, sungai yang berkelok-kelok itu bisa direkayasa.
Selain itu, kondisi di hulu sungai juga harus diperhatikan dengan tetap menjaga hutan supaya ketika hujan deras , air dari hulu juga tidak terlalu deras menuju ke hilir.
"Jangka pendeknya memang pengerukan dan berupaya melakukan rekayasa aliran sungai yang berkelok, khusus di Galaggara. Nah yang penting juga kondisi hulu kita, hutannya harus terjaga agar air tidak terlalu deras ke hilir," terangnya.
Sementara untuk jangka panjang, Chaidir berencana akan membuat sebuah waduk besar di hulu. Selain untuk mengatasi banjir , waduk ini juga bisa menjadi solusi atas pertanian dan kebutuhan air bersih utamanya di wilayah utara Maros.
"Jangka panjangnya memang waduk atau DAM di hulu. Ini kita masih melakukan pengakajian, termasuk lokasinya cocok di mana di Tompobulu atau di kecamatan apa. Kita harapkan pemerintah pusat juga membantu mewujudkannya," pungkas Chaidir .
Kedua wilayah itu memang menjadi langganan banjir setiap hujan lebat. Penyebabnya, Sungai Galaggara yang tidak bisa membendung debit air dari hulu. Apalagi dengan kondisi sungai yang berkelok-kelok.
"Hari ini saya bersama BPBD turun meninjau lokasi banjir di Galaggara . Wilayah ini memang sudah jadi langganan banjir . Tapi alhamdulillah kondisi airnya sudah mulai surut saat ini," kata Chaidir , Kamis (11/03/2021).
Menurut Chaidir , pemerintahan sebelumnya memang telah berupaya melakukan pencegahan banjir di wilayah itu dengan membuat tanggul pembatas sungai di beberapa titik rawan, termasuk meninggikan ruas jalan.
"Ini memang kondisi sungainya berkelok dan agak sempit sehingga tidak bisa membendung debit air. Pak Hatta (Rahman) sudah melakukan penanggulangan dengan tanggul dan meninggikan ruas jalan," lanjutnya.
Sebelum ada tanggul itu, kata dia, hampir seluruh wilayah di sana terisolasi karena ruas jalan terendam banjir dan tidak bisa dilalui kendaraan. Namun dengan adanya tanggul dan jalan ditinggikan, banjir bisa tertanggulangi.
"Beberapa tahun lalu itu masuk ke sini hanya bisa pakai perahu saja. Nah sekarang setidaknya logistik bantuan bisa didistribusi dengan mobil. Kendaraan warga juga masih bisa melintas," lanjutnya.
Menurutnya, penanggulangan banjir harus dilakukan secara menyeluruh dan integratif dari hulu sampai ke hilir. Di Hulu dengan program penanaman pohon, di hilir dengan pengerukan dan perluasan saluran air, termasuk program kali bersih dan membiasakan masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan .
"Ini memang harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi dari hulu ke hilir, termasuk warga yang hidup di sekitar bantaran sungai," paparnya.
Ke depannya, Chaidir mengaku akan berupaya untuk melakukan pengerukan Sungai Galaggara yang kondisinya dangkal dan sempit. Termasuk pemasangan tanggul penahan air yang meluap ke jalan raya. Jika perlu, sungai yang berkelok-kelok itu bisa direkayasa.
Selain itu, kondisi di hulu sungai juga harus diperhatikan dengan tetap menjaga hutan supaya ketika hujan deras , air dari hulu juga tidak terlalu deras menuju ke hilir.
"Jangka pendeknya memang pengerukan dan berupaya melakukan rekayasa aliran sungai yang berkelok, khusus di Galaggara. Nah yang penting juga kondisi hulu kita, hutannya harus terjaga agar air tidak terlalu deras ke hilir," terangnya.
Sementara untuk jangka panjang, Chaidir berencana akan membuat sebuah waduk besar di hulu. Selain untuk mengatasi banjir , waduk ini juga bisa menjadi solusi atas pertanian dan kebutuhan air bersih utamanya di wilayah utara Maros.
"Jangka panjangnya memang waduk atau DAM di hulu. Ini kita masih melakukan pengakajian, termasuk lokasinya cocok di mana di Tompobulu atau di kecamatan apa. Kita harapkan pemerintah pusat juga membantu mewujudkannya," pungkas Chaidir .
(luq)