Pandemi, Pertumbuhan Ekonomi Lombok Timur Tertinggi di NTB
loading...
A
A
A
LOMBOK TIMUR - Lombok Timur (Lotim) mengalami pertumbuhan terbaik dibandingkan kabupaten/kota lainnya di NTB, minus tambang atau biji logam.
"Lotim memang minus 3,10 persen. Tapi itulah pertumbuhan tertinggi walupun itu minus. Karena semua kabupaten/kota pertumbuhannya minus," jelas Kepala BPS Lombok Timur, Lalu Putradi, Selasa (09/03).
Data BPS yang dirilis Februari 202, jelas Putra, NTB mengalami pertumbuhan negatif 5,19 persen. Sedangkan, 2 kabupaten mengalami pertumbuhan minus tertinggi yaitu Kabupaten Lombok Utara, minus 7,44 persen dan Lombok Barat, minus 7,04 persen, disusul Lombok Tengah, minus 6,071 persen.
Menurutnya, ada tiga sektor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Lombok Timur yaitu Sektor pertanian yang memberikan kontribusi 27 persen terhadap PDRB turun minus 0,39 persen. "Karena produksi beberapa komoditas seperti padi, jagung, cabe dan tembakau virginia turun," jelasnya.
Selanjutnya, sektor perdagangan yang memberikan kontribusi 17 persen turun minus 3,65 persen dan sektor kontruksi yang memberikan kontribusi 10 persen turun minus 14,83 persen.
"Karena kegiatan kontruksi dari pemerintah turun 44 persen akibat pandemi. Namun masih ada kegiatan konstruksi rakyat, masyarakat masih bisa bangun masjid dan lainnya," ujarnya.
Data ini menunjukkan, ujar Putra, masyarakat Lombok Timur masih tangguh menghadapi dampak pandemi dengan andalan sektor pertanian. "Kondisinya berbeda dengan daerah lain yang mengandalkan industri pariwisata, pertumbuhannya turun drastis," tuturnya.
Baca juga: Demo Ricuh, Massa dan Petugas Saling Pukul dan Kejar-kejaran di Depan Kejati Sultra
Sementara itu, Sekda Lombok Timur HM. Juani Taufik menegaskan, pihaknya terus mendorong pencapaian sektor pertanian melalui intensifikasi, ektensifikasi maupun peningkatan kapasitas pelaku di sektor tersebut.
Baca juga: Kejati Selidiki Dugaan Korupsi pada Dinas Pendidikan Provinsi Papua Senilai Rp4 Miliar
"Kata kuncinya, kita terus maksimalkan potensi pertanian untuk mengatasi dampak pandemi ini. Tahun ini, ada juga pembangunan kawasan industri tembakau untuk menampung tembakau rajang. Ini bisa menyerap tenaga kerja dan produknya jadi suvenir untuk tamu yang datang di Mandalika," tuturnya.
"Lotim memang minus 3,10 persen. Tapi itulah pertumbuhan tertinggi walupun itu minus. Karena semua kabupaten/kota pertumbuhannya minus," jelas Kepala BPS Lombok Timur, Lalu Putradi, Selasa (09/03).
Data BPS yang dirilis Februari 202, jelas Putra, NTB mengalami pertumbuhan negatif 5,19 persen. Sedangkan, 2 kabupaten mengalami pertumbuhan minus tertinggi yaitu Kabupaten Lombok Utara, minus 7,44 persen dan Lombok Barat, minus 7,04 persen, disusul Lombok Tengah, minus 6,071 persen.
Menurutnya, ada tiga sektor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Lombok Timur yaitu Sektor pertanian yang memberikan kontribusi 27 persen terhadap PDRB turun minus 0,39 persen. "Karena produksi beberapa komoditas seperti padi, jagung, cabe dan tembakau virginia turun," jelasnya.
Selanjutnya, sektor perdagangan yang memberikan kontribusi 17 persen turun minus 3,65 persen dan sektor kontruksi yang memberikan kontribusi 10 persen turun minus 14,83 persen.
"Karena kegiatan kontruksi dari pemerintah turun 44 persen akibat pandemi. Namun masih ada kegiatan konstruksi rakyat, masyarakat masih bisa bangun masjid dan lainnya," ujarnya.
Data ini menunjukkan, ujar Putra, masyarakat Lombok Timur masih tangguh menghadapi dampak pandemi dengan andalan sektor pertanian. "Kondisinya berbeda dengan daerah lain yang mengandalkan industri pariwisata, pertumbuhannya turun drastis," tuturnya.
Baca juga: Demo Ricuh, Massa dan Petugas Saling Pukul dan Kejar-kejaran di Depan Kejati Sultra
Sementara itu, Sekda Lombok Timur HM. Juani Taufik menegaskan, pihaknya terus mendorong pencapaian sektor pertanian melalui intensifikasi, ektensifikasi maupun peningkatan kapasitas pelaku di sektor tersebut.
Baca juga: Kejati Selidiki Dugaan Korupsi pada Dinas Pendidikan Provinsi Papua Senilai Rp4 Miliar
"Kata kuncinya, kita terus maksimalkan potensi pertanian untuk mengatasi dampak pandemi ini. Tahun ini, ada juga pembangunan kawasan industri tembakau untuk menampung tembakau rajang. Ini bisa menyerap tenaga kerja dan produknya jadi suvenir untuk tamu yang datang di Mandalika," tuturnya.
(boy)