Warga Mengeluh Mata Air Mengering Setelah Muncul Proyek Kereta Cepat
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Sejumlah sumber mata air yang ada di wilayah Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengalami penurunan debit air yang sangat drastis dan mengering.
Kondisi itu baru terjadi setelah dibangunnya trase proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang dikerjakan di kawasan tersebut dalam dua tahun terakhir.
Sumber mata air yang pertama berada di Kampung Dangdeur, RT 03/09, Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan, KBB. Kemudian mata air kedua di Kampung Pangkalan RW 12, desa dan kecamatan yang sama yang dimanfaatkan oleh ratusan kepala keluarga (KK).
Baca juga: Ratusan Warga Bandung Alami Efek Samping Setelah Divaksin, Kenapa?
Warga meyakini sumber air yang menghidupi puluhan rumah di kampung tersebut hilang akibat campur tangan proyek KCJB. Apalagi jarak mata air tersebut dengan lokasi proyek pembuatan trase dan terowongan hanya sekitar 100 meter.
"Sejak dua tahun terakhir mata air yang dipakai warga di sini mengering, sebelumnya belum pernah. Warga curiga adanya proyek keret cepat yang dikerjakan tidak jauh dari sumber mata air," kata salah seorang warga Kampung Dangdeur, RT 03/09, Desa Cikalong, Alit Suryana (59), Selasa (2/3/2021).
Baca juga: Toko Kue Legendaris di Bandung Terbakar, Pegawai Berhamburan Selamatkan Diri
Menurutnya sebelum adanya mega proyek nasional tersebut, mata air Sumumput tidak pernah mengalami kekeringan meski dilanda kemarau berkepanjangan. Warga berharap di saat musim hujan seperti ini diharapkan air bisa muncul lagi, akan tetapi malah tetap tidak kunjung mengalir. Akibatnya warga harus meminta air dari kampung tetangga dengan memasang selang.
"Sebenarnya pihak PT KCIC sudah pernah membuatkan sumur bor tiga kali. Namun semuanya gagal tidak mengeluarkan air, sehingga tidak dimanfaatkan warga," terangnya.
Terpisah kepala Dusun IV Desa Cikalong, Agustian Hidayat menyebutkan, untuk kekeringan mata air di Kampung Pangkalan imbasnya dirasakan oleh masyarakat di satu RW atau sekitar 104 KK. Dia pun mengaku kondisi itu terjadi sejak adanya proyek kereta, mengingat titik sumber mata airnya tepat berada di atas terowongan kereta cepat.
"Mungkin karena sumber mata airnya ada di atas terowongan jadi ada imbasnya. Kami juga sudah melayangkan surat ke PT KCIC terkait kondisi ini, karena warga sangat perlu air untuk kebutuhan sehari-hari," tuturnya.
Kondisi itu baru terjadi setelah dibangunnya trase proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang dikerjakan di kawasan tersebut dalam dua tahun terakhir.
Sumber mata air yang pertama berada di Kampung Dangdeur, RT 03/09, Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan, KBB. Kemudian mata air kedua di Kampung Pangkalan RW 12, desa dan kecamatan yang sama yang dimanfaatkan oleh ratusan kepala keluarga (KK).
Baca juga: Ratusan Warga Bandung Alami Efek Samping Setelah Divaksin, Kenapa?
Warga meyakini sumber air yang menghidupi puluhan rumah di kampung tersebut hilang akibat campur tangan proyek KCJB. Apalagi jarak mata air tersebut dengan lokasi proyek pembuatan trase dan terowongan hanya sekitar 100 meter.
"Sejak dua tahun terakhir mata air yang dipakai warga di sini mengering, sebelumnya belum pernah. Warga curiga adanya proyek keret cepat yang dikerjakan tidak jauh dari sumber mata air," kata salah seorang warga Kampung Dangdeur, RT 03/09, Desa Cikalong, Alit Suryana (59), Selasa (2/3/2021).
Baca juga: Toko Kue Legendaris di Bandung Terbakar, Pegawai Berhamburan Selamatkan Diri
Menurutnya sebelum adanya mega proyek nasional tersebut, mata air Sumumput tidak pernah mengalami kekeringan meski dilanda kemarau berkepanjangan. Warga berharap di saat musim hujan seperti ini diharapkan air bisa muncul lagi, akan tetapi malah tetap tidak kunjung mengalir. Akibatnya warga harus meminta air dari kampung tetangga dengan memasang selang.
"Sebenarnya pihak PT KCIC sudah pernah membuatkan sumur bor tiga kali. Namun semuanya gagal tidak mengeluarkan air, sehingga tidak dimanfaatkan warga," terangnya.
Terpisah kepala Dusun IV Desa Cikalong, Agustian Hidayat menyebutkan, untuk kekeringan mata air di Kampung Pangkalan imbasnya dirasakan oleh masyarakat di satu RW atau sekitar 104 KK. Dia pun mengaku kondisi itu terjadi sejak adanya proyek kereta, mengingat titik sumber mata airnya tepat berada di atas terowongan kereta cepat.
"Mungkin karena sumber mata airnya ada di atas terowongan jadi ada imbasnya. Kami juga sudah melayangkan surat ke PT KCIC terkait kondisi ini, karena warga sangat perlu air untuk kebutuhan sehari-hari," tuturnya.
(msd)