Jadi Korban Banjir, Puluhan Pengungsi Nekat Mengemis di Tengah Jalur Pantura
loading...
A
A
A
SUBANG - Memilukan. Puluhan pengungsi korban banjir di Subang, Jawa Barat, terpaksa mengemis di tengah jalur Pantura. Mereka menantang maut untuk mendapatkan uang, demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Aksi mengemis berjamaan itu, salah satunya terlihat di Jembatan Cipunagara, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang. Puluhan orang menantang maut mengais uang pengguna jalan, karena mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tak jarang, ibu rumah tangga yang masih memiliki anak balita juga turut mengemis di tengah jalan sambil menggendong anaknya. Warga kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, dan bantuan mulai berkurang setelah banjir mulai surut.
Meskipun kendaraan besar melintas dengan kecepatan tinggi, tidak menciutkan nyali mereka, justeru kendaraan-kendaraan tersebut menjadi target untuk meminta-minta. "Bantuan mulai berkurang, setelah banjir surut. Sementara kami belum bisa mencari nafkah," ujar Eka, salah satu korban banjir .
Warga korban banjir lainnya, Suherni mengaku, uang hasil mengemis ini digunakan untuk makan sehari-hari. Bantuan nasi bungkus, diakuinya kini sudah tidak ada lagi. Sementara suaminya tidak bekerja akibat banjir .
"Kami juga terpaksa mengemis di jalanan, untuk bisa membeli susu anaknya. Bantuan susu yang didapat justru membuat anaknya mencret akibat tidak sesuai dengan usianya," ungkap Suherni menahan kepiluan.
Sebelumnya, selama sepekan banjir telah merendam pemukiman warga. Mulai dari perabotan dan semua harta benda warga rusak, serta hilang terbawa banjir. Meskipun banjir sudah surut sejak lima hari terakhir, namun dampaknya masih dirasakan oleh warga.
Aksi mengemis berjamaan itu, salah satunya terlihat di Jembatan Cipunagara, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang. Puluhan orang menantang maut mengais uang pengguna jalan, karena mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tak jarang, ibu rumah tangga yang masih memiliki anak balita juga turut mengemis di tengah jalan sambil menggendong anaknya. Warga kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, dan bantuan mulai berkurang setelah banjir mulai surut.
Meskipun kendaraan besar melintas dengan kecepatan tinggi, tidak menciutkan nyali mereka, justeru kendaraan-kendaraan tersebut menjadi target untuk meminta-minta. "Bantuan mulai berkurang, setelah banjir surut. Sementara kami belum bisa mencari nafkah," ujar Eka, salah satu korban banjir .
Warga korban banjir lainnya, Suherni mengaku, uang hasil mengemis ini digunakan untuk makan sehari-hari. Bantuan nasi bungkus, diakuinya kini sudah tidak ada lagi. Sementara suaminya tidak bekerja akibat banjir .
"Kami juga terpaksa mengemis di jalanan, untuk bisa membeli susu anaknya. Bantuan susu yang didapat justru membuat anaknya mencret akibat tidak sesuai dengan usianya," ungkap Suherni menahan kepiluan.
Sebelumnya, selama sepekan banjir telah merendam pemukiman warga. Mulai dari perabotan dan semua harta benda warga rusak, serta hilang terbawa banjir. Meskipun banjir sudah surut sejak lima hari terakhir, namun dampaknya masih dirasakan oleh warga.
(eyt)