Dievaluasi Provinsi Masuk Zona Merah, Bupati Semprot Kadinkes Pangandaran
loading...
A
A
A
PANGANDARAN - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran Yani Achmad Marzuki kena marah Bupati Jeje Wiradinata. Ini terjadi di Command Center Sekretariat Daerah Pangandaran saat evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) secara virtual dengan Gubernur Jawa Barat dan 27 kepala daerah se-Jawa Barat, Sabtu (16/5/2020)
Kemarahan Bupati Jeje bermula ketika Tim Gugus Tugas Provinsi Jawa Barat memaparkan data perkembangan kasus COVID-19. Dalam pemaparan disebutkan, indeks reproduksi dan level kewaspadaan tertinggi Pangandaran dinyatakan kategori tertinggi di Jawa Barat dengan angka 4,9.
Ini artinya Kabupaten Pangandaran merupakan daerah dengan level kewaspadaan 4 atau zona merah. Data itu pun diprotes Bupati Jeje yang mempertanyakan mekanisme pengolahan data yang dilakukan Gugus Tugas Provinsi Jawa Barat.
"Pasien positif di Pangandaran sampai saat ini satu orang dan sudah sembuh. Bagaimana bisa Pangandaran mejadi zona merah dan indeks reproduksinya tertinggi?" kata Jeje.
(Baca: Bebas dari Lapas Cibinong, Bahar Smith: Terima Kasih Umat Islam)
Dia lalu berbincang dengan kepala Dinas Kesehatan serta jajaran gugus tugas COVID-19 Kabupaten Pangandaran dan terlihat marah mendapatkan hasil evaluasi seperti itu.
"Pak Kadis kalau saya telepon angkat dong, jangan anggap sepele persoalan data," kata Jeje yang beberapa kali mengulang kalimat itu karena menilai kepala Dinas Kesehatan kurang respons saat ditelepon.
Begitu tiba sesi tanya jawab, Jeje pun mempertanyakan hasil evaluasi tersebut kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil . Kepada Jeje, Ridwan Kamil mengatakan akan memeriksa kembali data tersebut.
”Kami curiga data keliru, yang saya tahu kasus positif COVID-19 di Pangandaran hanya satu dan itu sudah sembuh," katanya.
(Baca: PSBB Skala Provinsi Sukses Tekan Laju Kasus Positif COVID-19 di Jawa Barat)
Seusai rapat evaluasi, Jeje kepada wartawan mengaku sependapat dengan gubernur soal adanya kesalahan pasokan data ke provinsi.
"Bisa jadi kesalahan data ada di anak buah saya yaitu kepala Dinas Kesehatan," jelas Jeje.
Jeje merasa kekesalannya beralasan karena hasil rekapitulasi data dan perhitungan indeks reproduksi COVID-19 bakal jadi acuan untuk memutuskan langkah ke depan.
(Baca: Ngamuk saat Dijemput Paksa, Pasien Positif Corona Peluk Warga Supaya Tertular)
"Kalau benar level kewaspadaan Pangandaran merah, berarti kita harus melanjutkan PSBB. Saya khawatirkan melakukan langkah yang salah," pungkas Jeje.
Kemarahan Bupati Jeje bermula ketika Tim Gugus Tugas Provinsi Jawa Barat memaparkan data perkembangan kasus COVID-19. Dalam pemaparan disebutkan, indeks reproduksi dan level kewaspadaan tertinggi Pangandaran dinyatakan kategori tertinggi di Jawa Barat dengan angka 4,9.
Ini artinya Kabupaten Pangandaran merupakan daerah dengan level kewaspadaan 4 atau zona merah. Data itu pun diprotes Bupati Jeje yang mempertanyakan mekanisme pengolahan data yang dilakukan Gugus Tugas Provinsi Jawa Barat.
"Pasien positif di Pangandaran sampai saat ini satu orang dan sudah sembuh. Bagaimana bisa Pangandaran mejadi zona merah dan indeks reproduksinya tertinggi?" kata Jeje.
(Baca: Bebas dari Lapas Cibinong, Bahar Smith: Terima Kasih Umat Islam)
Dia lalu berbincang dengan kepala Dinas Kesehatan serta jajaran gugus tugas COVID-19 Kabupaten Pangandaran dan terlihat marah mendapatkan hasil evaluasi seperti itu.
"Pak Kadis kalau saya telepon angkat dong, jangan anggap sepele persoalan data," kata Jeje yang beberapa kali mengulang kalimat itu karena menilai kepala Dinas Kesehatan kurang respons saat ditelepon.
Begitu tiba sesi tanya jawab, Jeje pun mempertanyakan hasil evaluasi tersebut kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil . Kepada Jeje, Ridwan Kamil mengatakan akan memeriksa kembali data tersebut.
”Kami curiga data keliru, yang saya tahu kasus positif COVID-19 di Pangandaran hanya satu dan itu sudah sembuh," katanya.
(Baca: PSBB Skala Provinsi Sukses Tekan Laju Kasus Positif COVID-19 di Jawa Barat)
Seusai rapat evaluasi, Jeje kepada wartawan mengaku sependapat dengan gubernur soal adanya kesalahan pasokan data ke provinsi.
"Bisa jadi kesalahan data ada di anak buah saya yaitu kepala Dinas Kesehatan," jelas Jeje.
Jeje merasa kekesalannya beralasan karena hasil rekapitulasi data dan perhitungan indeks reproduksi COVID-19 bakal jadi acuan untuk memutuskan langkah ke depan.
(Baca: Ngamuk saat Dijemput Paksa, Pasien Positif Corona Peluk Warga Supaya Tertular)
"Kalau benar level kewaspadaan Pangandaran merah, berarti kita harus melanjutkan PSBB. Saya khawatirkan melakukan langkah yang salah," pungkas Jeje.
(muh)