Musim Gugur Daun, Pabrik Karet di Sumut Kesulitan Dapatkan Bahan Baku
loading...
A
A
A
MEDAN - Sejumlah pabrik karet di Sumatera Utara, kesulitan mendapatkan bahan baku untuk produksi. Kondisi itu terjadi akibat menurunnya pasokan bahan baku dari petani.
Menurut Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah, menurunnya pasokan karet dari petani karena saat ini tanaman karet di sejumlah wilayah di Sumatera Utara sedang mengalami gugur daun. Di mana kondisi itu membuat produksi getah karet menurun.
Baca juga: Gunung Sinabung Terus Erupsi, Waspadai Banjir Lahar
"Pada akhir Desember 2020 mulai terlihat ada sedikit kebun karet mengalami gugur daun. Pertengahan Januari 2021, pada kabupaten tertentu kondisi gugur daun sudah melebihi 50% Diperkirakan puncak gugur daun akan terjadi akhir Pebruari sampai awal Maret. Sepanjang Januari-Maret diperkirakan produksi kebun berkurang 45%," terang Edy.
Edy menjelaskan, gugur daun yang terjadi ini adalah gugur daun alami atau gugur daun primer yang merupakan proses alami. Secara fisiologi tanaman menggugurkan daunnya untuk mengantisipasi ketersediaan air pada musim kemarau.
"Akibatnya saat ini, pabrik pengolahan karet di Sumatera Utara sudah mengalami kesulitan bahan baku. Kekurangan pasokan ini diatasi dengan pembelian dari provinsi lain, konsekuensinya harga beli semakin tinggi. Bila pasokan dari provinsi lain tidak mencukupi, dampaknya volume ekspor akan mengalami penurunan," pungkas Edy.
Baca ju Dana Rp1,3 Miliar untuk Rehabilitasi Hutan di Padangsidimpuan Diduga Dikorupsi ga:
Sementara itu berdasarkan data tahun 2020 lalu, kinerja ekspor karet Sumatera Utara (Sumut) menurun sebesar 7,6 persen dibandingkan tahun 2019. Yakni menjadi 380.005 ton.
"Lima negara tujuan utama ekspor karet Sumut adalah Jepang (21,8 persen), USA (15,7 persen), China (12,5 persen), India (7,5 persen), dan Brazil (7,1 persen). Rerata harga karet TSR20 tahun 2020 mengalami penurunan 6,3 persen menjadi 131,7 sen AS dibandingkan tahun sebelumnya," tukasnya.
Ironisnya penurunan harga dan volume ekspor karet itu, terjadi di tengah penjualan karet di pasar lokal yang juga menurun. Tercatat pada tahun 2020 serapan karet dalam negeri turun 6 persen menjadi 47.928 ton.
"Untuk total penjualan ekspor dan lokal tahun 2020 mengalami penurunan 7,3 persen menjadi 427.933 ton dibandingkan tahun sebelumnya,” tandasnya.
Menurut Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah, menurunnya pasokan karet dari petani karena saat ini tanaman karet di sejumlah wilayah di Sumatera Utara sedang mengalami gugur daun. Di mana kondisi itu membuat produksi getah karet menurun.
Baca juga: Gunung Sinabung Terus Erupsi, Waspadai Banjir Lahar
"Pada akhir Desember 2020 mulai terlihat ada sedikit kebun karet mengalami gugur daun. Pertengahan Januari 2021, pada kabupaten tertentu kondisi gugur daun sudah melebihi 50% Diperkirakan puncak gugur daun akan terjadi akhir Pebruari sampai awal Maret. Sepanjang Januari-Maret diperkirakan produksi kebun berkurang 45%," terang Edy.
Edy menjelaskan, gugur daun yang terjadi ini adalah gugur daun alami atau gugur daun primer yang merupakan proses alami. Secara fisiologi tanaman menggugurkan daunnya untuk mengantisipasi ketersediaan air pada musim kemarau.
"Akibatnya saat ini, pabrik pengolahan karet di Sumatera Utara sudah mengalami kesulitan bahan baku. Kekurangan pasokan ini diatasi dengan pembelian dari provinsi lain, konsekuensinya harga beli semakin tinggi. Bila pasokan dari provinsi lain tidak mencukupi, dampaknya volume ekspor akan mengalami penurunan," pungkas Edy.
Baca ju Dana Rp1,3 Miliar untuk Rehabilitasi Hutan di Padangsidimpuan Diduga Dikorupsi ga:
Sementara itu berdasarkan data tahun 2020 lalu, kinerja ekspor karet Sumatera Utara (Sumut) menurun sebesar 7,6 persen dibandingkan tahun 2019. Yakni menjadi 380.005 ton.
"Lima negara tujuan utama ekspor karet Sumut adalah Jepang (21,8 persen), USA (15,7 persen), China (12,5 persen), India (7,5 persen), dan Brazil (7,1 persen). Rerata harga karet TSR20 tahun 2020 mengalami penurunan 6,3 persen menjadi 131,7 sen AS dibandingkan tahun sebelumnya," tukasnya.
Ironisnya penurunan harga dan volume ekspor karet itu, terjadi di tengah penjualan karet di pasar lokal yang juga menurun. Tercatat pada tahun 2020 serapan karet dalam negeri turun 6 persen menjadi 47.928 ton.
"Untuk total penjualan ekspor dan lokal tahun 2020 mengalami penurunan 7,3 persen menjadi 427.933 ton dibandingkan tahun sebelumnya,” tandasnya.
(msd)