Kasus Positif COVID-19 Blitar Tak Terkendali, Satgas: Buah yang Kita Petik

Minggu, 17 Januari 2021 - 19:07 WIB
loading...
Kasus Positif COVID-19 Blitar Tak Terkendali, Satgas: Buah yang Kita Petik
Angka kasus positif COVID-19 di Blitar, semakin tak terkendali. Foto/Ilustrasi
A A A
BLITAR - Persepsi pasien positif tanpa gejala atau OTG (Orang Tanpa Gejala) tidak menular, diyakini menjadi salah satu penyebab tingginya kasus positif COVID-19 di Kabupaten Blitar.



Menurut Juru Bicara Tim Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Blitar, Krisna Yekti, masih banyak pasien OTG yang menganggap dirinya tidak menularkan virus kepada mereka yang sehat. "Padahal persepsi itu salah (OTG tidak menular)," tegas Krisna Yekti kepada wartawan.

Kasus positif COVID-19 di Kabupaten Blitar, faktanya terus naik. Meskipun mulai 11 Januari (Hingga 25 Januari) menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), peningkatan kasus positif semakin tajam. Sebut saja tanggal 14 Januari 2021. Tambahan kasus positif baru mencapai 107 kasus.



Kemudian pada 16 Januari 2021, bertambah lagi 90 kasus positif. "Penyebarannya kayaknya tidak terkendali," kata Krisna Yekti. Penambahan kasus yang terus terjadi salah satunya disebabkan pasien OTG yang beranggapan mereka tidak berbahaya.

Menurut Krisna Yekti, tidak sedikit OTG yang berfikir dirinya sehat dan tidak menulari. Padahal justru saat OTG kata Krisna Yekti, virus COVID-19 lagi puncaknya berkembang. "Justru orang yang sudah parah, jumlah virusnya menurun. Mereka diisolasi di rumah sakit," terang Krisna Yekti.



Anggapan OTG tidak menular menjadikan kasus positif COVID-19 seolah tidak terbendung. Bahkan di wilayah Kecamatan Kanigoro, teridentifikasi sebagai zona hitam. Hal itu menunjukkan penambahan kasus positif di Kanigoro, mencapai minimal 10 kasus/hari.

Krisna Yekti mengatakan, dengan menganggap tidak menular, para OTG selalu meminta menjalani isolasi mandiri. Mereka beralasan memiliki fasilitas rumah yang layak. Yakni mulai memiliki dua rumah sampai ruangan yang terpisah dengan keluarga. Namun, kata Krisna Yekti, saat isolasi tidak sedikit yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Akibatnya, selalu dipastikan ada anggota keluarga yang ikut terpapar.

"Makanya klaster keluarga kita tinggi," papar Krisna Yekti yang mengaku sangat prihatin dengan apa yang terjadi. Krisna Yekti juga mengatakan, situasi yang ada tersebut (anggapan OTG tidak menular), terjadi di awal pandemi dan berlanjut sampai hari ini.



Kondisi diperparah dengan masih banyak warga yang kurang mematuhi protokol kesehatan. Akibatnya Kabupaten Blitar menjadi salah satu dari 13 kabupaten/kota di Jawa Timur yang menerapkan PPKM.

Menurut Krisna Yekti, apa yang terjadi hari ini merupakan buah dari ketidakdisiplinan yang berlangsung di awal pandemi. "Mungkin kita metik buahnya baru sekarang," kata Krisna Yekti yang mengaku terus melakukan sosialisasi ke masyarakat.

Dia juga mengatakan, dengan kasus yang terus bertambah, rumah isolasi dan rumah sakit di Kabupaten Blitar tidak mampu lagi menampung pasien COVID-19 . Ia mencontohkan peristiwa yang terjadi pekan ini.



Yakni saat ada kuota untuk 34 pasien, namun jumlah yang antri di UGD sudah mencapai 54 pasien. Sementara rumah sakit rujukan di luar kota juga tidak lagi menerima karena juga penuh. "Rencananya kita akan menambah ruang isolasi baru di rumah sakit," terangnya.

Tercatat hingga 16 Januari 2021, jumlah kasus positif COVID-19 di Kabupaten Blitar, mencapai 2.740 kasus. Perinciannya, 2.040 orang sembuh, 191 orang meninggal dunia, 143 orang menjalani perawatan di rumah sakit dan selebihnya diisolasi.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2413 seconds (0.1#10.140)