Ayah Pilot NAM Air Dapat Firasat, Keluarga Berharap Ada Mukjizat
loading...
A
A
A
PEKALONGAN - Pilot NAM Air, Kapten Didik Gunardi menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021). Didik berasal dari Dusun Besimahan RT 11/RW 4 Desa Srinahan, Kecamatan Kesesi, kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
(Baca juga: Pramugari Mia Tresetyani Sempat Telpon Ibunya Sebelum Sriwijaya Air Jatuh)
Keluarga korban Sriwijaya Air SJ-182 di Pekalongan Jawa Tengah kaget dan syok mendengar kejadian memilukan tersebut. Suasana duka menyelimuti rumah keluarga crew maskapai NAM Air yang ikut dalam musibah tersebut.
(Baca juga: Co Pilot Fadly Satrianto Alumni FH Unair Jadi Korban Jatuhnya Sriwijaya Air)
Puluhan warga berdatangan untuk memberikan dukungan moral dan berdoa yang terbaik.
Kapten Didik merupakan anak bungsu atau terakhir dari 4 bersaudara. Dia sudah lebih dari 5 tahun menjadi pilot NAM AIR yang merupakan anak perusahaan Sriwijaya Air.
(Baca juga: Korban Sriwijaya Air, Rahmania Ekananda dan 2 Anaknya Sempat Liburan Tahun Baru di Kediri)
Suasana duka terlihat di rumah ini. Kerabat dan saudara mendatangi dan menyampaikan duka cita atas kejadian tersebut. Inda Gunawan, kakak pertama korban mengaku mendapat kabar mengagetkan ini dari kerabatnya di Jakarta.
(Baca juga: Nahas 6 Kru NAM Air Ikut Sriwijaya Air SJ 182, Jadwal Terbang Hari Ini)
"Kami mendapatkan informasi dari keluarga di Jakarta, awalnya tidak percaya karena adik saya itu Pilot NAM air dan biasanya mengabarkan kalau terbang. Hampir tiap hari beliau telepon atau video call dengan ayah saya. Bahkan sempat meminta ayah untuk ke Jakarta hari Rabu kemarin, namun karena kondisi COVID-19 maka ditunda," jelas Inda Gunawan, Minggu (10/1/2021).
Dia menambahkan, sampai sekarang keluarga masih berharap ada mukjizat dan diberikan yang terbaik untuk adik bungsunya itu.
Sementara, ayah Kapten Didik, Roeslani (79) mendapat firasat sebelum musibah terjadi, yakni sudah beberapa hari ingin ketemu putranya. "Sampai sekarang ayah kami, belum diberitau kejadian memilukan ini karena sudah tua dan sakit," jelasnya.
Inda Gunawan menambahkan, Didik selama ini dikenal baik dan ramah dengan lingkungan. "Dia juga dikenal jiwa sosialnya tinggi dan sering membantu jika ada lingkungan keluarga membutuhkannya," jelasnya.
Didik Gunardi sejak kecil memang bercita-cita menjadi pilot. Dia sekolah pilot di New Zeland dengan biaya dari Merpati Air. "Dari SD sudah bercita-cita menjadi pilot dan terlaksana jadi pilot di Merpati Air. Karena Merpati Air tutup, pindah ke NAM Air sejak lebih dari lima tahun ini," jelasnya.
Inda Gunawan bersama keluarga rencananya Minggu sore berangkat ke Jakarta untuk mendapatkan informasi yang lengkap. "Jika ada kondisi terburuk diserahkan ke istri korban. Namun kami berharap adik akan dibawa ke kampung halamannya," jelasnya.
(Baca juga: Pramugari Mia Tresetyani Sempat Telpon Ibunya Sebelum Sriwijaya Air Jatuh)
Keluarga korban Sriwijaya Air SJ-182 di Pekalongan Jawa Tengah kaget dan syok mendengar kejadian memilukan tersebut. Suasana duka menyelimuti rumah keluarga crew maskapai NAM Air yang ikut dalam musibah tersebut.
(Baca juga: Co Pilot Fadly Satrianto Alumni FH Unair Jadi Korban Jatuhnya Sriwijaya Air)
Puluhan warga berdatangan untuk memberikan dukungan moral dan berdoa yang terbaik.
Kapten Didik merupakan anak bungsu atau terakhir dari 4 bersaudara. Dia sudah lebih dari 5 tahun menjadi pilot NAM AIR yang merupakan anak perusahaan Sriwijaya Air.
(Baca juga: Korban Sriwijaya Air, Rahmania Ekananda dan 2 Anaknya Sempat Liburan Tahun Baru di Kediri)
Suasana duka terlihat di rumah ini. Kerabat dan saudara mendatangi dan menyampaikan duka cita atas kejadian tersebut. Inda Gunawan, kakak pertama korban mengaku mendapat kabar mengagetkan ini dari kerabatnya di Jakarta.
(Baca juga: Nahas 6 Kru NAM Air Ikut Sriwijaya Air SJ 182, Jadwal Terbang Hari Ini)
"Kami mendapatkan informasi dari keluarga di Jakarta, awalnya tidak percaya karena adik saya itu Pilot NAM air dan biasanya mengabarkan kalau terbang. Hampir tiap hari beliau telepon atau video call dengan ayah saya. Bahkan sempat meminta ayah untuk ke Jakarta hari Rabu kemarin, namun karena kondisi COVID-19 maka ditunda," jelas Inda Gunawan, Minggu (10/1/2021).
Dia menambahkan, sampai sekarang keluarga masih berharap ada mukjizat dan diberikan yang terbaik untuk adik bungsunya itu.
Sementara, ayah Kapten Didik, Roeslani (79) mendapat firasat sebelum musibah terjadi, yakni sudah beberapa hari ingin ketemu putranya. "Sampai sekarang ayah kami, belum diberitau kejadian memilukan ini karena sudah tua dan sakit," jelasnya.
Inda Gunawan menambahkan, Didik selama ini dikenal baik dan ramah dengan lingkungan. "Dia juga dikenal jiwa sosialnya tinggi dan sering membantu jika ada lingkungan keluarga membutuhkannya," jelasnya.
Didik Gunardi sejak kecil memang bercita-cita menjadi pilot. Dia sekolah pilot di New Zeland dengan biaya dari Merpati Air. "Dari SD sudah bercita-cita menjadi pilot dan terlaksana jadi pilot di Merpati Air. Karena Merpati Air tutup, pindah ke NAM Air sejak lebih dari lima tahun ini," jelasnya.
Inda Gunawan bersama keluarga rencananya Minggu sore berangkat ke Jakarta untuk mendapatkan informasi yang lengkap. "Jika ada kondisi terburuk diserahkan ke istri korban. Namun kami berharap adik akan dibawa ke kampung halamannya," jelasnya.
(shf)