Sempat Telantar, ABK KM Krapu Lodi Segera Pulang ke Kampung Halaman
loading...
A
A
A
BANDUNG - Anak buah kapal (ABK) Kapal Motor (KM) Krapu Lodi yang sempat hidup telantar di Kabupaten Indramayu bakal segera dipulangkan ke kampung halamannya.
Kabar baik tersebut diperoleh berkat kerja sama dan koordinasi antara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Bandung menyusul informasi yang telah dimuat di MNC Portal.
"Alhamdulillah, terkait ABK yang telantar di Indramayu sudah ada titik terang," ungkap Kepala Bidang Penempatan Perluasan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Jabar, Rudibilah, Jumat (25/12/2020) malam.
(Baca juga: Disnakertrans Jabar Siap Fasilitasi Kepulangan ABK KM Kerapu Lodi )
Rudi pun memaparkan kronologis kejadian yang membuat mereka hidup telantar di Indramayu berdasarkan penulusuran informasi yang dilakukan oleh BP2MI Bandung.
Dia menyebutkan, dari 14 ABK KM Krapu Lodi yang mayoritas warga Indramayu, tiga ABK di antaranya merupakan warga luar Provinsi Jabar, yakni Dikki Syahputra, warga Desa Merie Satu, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, Aceh; Rio Ricardo Sinaga, warga Jalan S Hatta Nomor 28 Lk 1 Desa Dataran Tinggi, Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai, Sumatera Utara; dan Andy Pranata, warga Taman Dadap Indah RT24 RW08 Desa Kosambi Timur, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten.
"ABK mendapat informasi perekrutan dari Facebook, namun ABK tidak ingat alamat Facebook maupun nomor telepon yang menghubungi. Dari percakapan Facebook, ABK mendapat penawaran upah per hari Rp30.000 ditambah dengan hasil pancing 5.000-6.000 per kilogram," ujar Rudibilah.
Setelah melakukan kesepakatan via Facebook, lanjutnya, ABK dari masing-masing daerah datang ke Muara Angke, Jakarta untuk memuat perbekalan yang disediakan oleh pengurus atas nama Adi untuk kemudian berangkat berlayar.
"Selama proses penempatan kerja, tidak ada kontrak kerja antara ABK dengan nahkoda maupun ABK dengan pengurus," ujarnya.
Para ABK kemudian berangkat melaut pada tanggal 28 November 2020 menggunakan KM Krapu Lodi dengan jumlah awak kapal sebanyak 14 orang yang dipimpin oleh Kapten Kapal Muhammad yang berasal dari Kandanghaur, Indramayu.
"Setelah 5 hari melaut, mesin kapal mati dan tidak bisa beroperasi seperti sediakala, sehingga kapal terombang-ambing di laut selama 8 hari. Selama mesin kapal mati, ABK berusaha menelepon pengurus dan diberitahukan bahwa bantuan baru bisa datang antara 2 sampai 4 hari, namun bantuan tidak kunjung datang karena kapal putus jangkar," bebernya.
"Kapal terbawa arus sampai ke perairan Kendal. Di sana bertemu dengan nelayan lokal kemudian minta tolong ke pengurus desa setempat untuk dimintai pertolongan ke Basarnas," sambung Rudibilah.
Setelah diselamatkan oleh Basarnas, para ABK kemudian dipulangkan oleh pengurus bernama Nano menggunakan travel ke Indramayu tanpa ada keterangan lebih lanjut dari pengurus. Namun, sesampainya di Indramayu, para ABK di tempatkan di penampungan penyalur dan selama di penampungan dimintai biaya tempat tinggal sebesar Rp100.000 per minggu.
"ABK pernah menanyakan kejelasan kenapa dipulangkan ke indramayu ke pengurus, namun jawaban selalu dilempar ke pihak lain (dari pengurus disuruh bertanya ke kantor Muara Angke, dari kantor Muara Angke di suruh bertanya ke pengurus dan begitu seterusnya)," terangnya.
Menurut Rudibilah, ABK sebenarnya masih sempat diajak untuk berlayar oleh Kapten Kapal Muhammad, namun dengan syarat seluruh hasil tangkapan diberikan kepada kapten kapal dengan alasan bahwa identitas ABK masih di tahan oleh kapten kapal.
(baca juga: Bandung Kembali Diterjang Banjir, Pakar Berikan Solusi Ini )
Pada tanggal 24 Desember 2020, para ABK yang telantar itu meminta kartu identitas masing-masing dan pindah dari penampungan ke rumah kru kapal bernama Sanuri di Dusun Karang Baru, Desa Sukra, Kecamatan Sukra, Indramayu.
Kemudian, pada tanggal 25 Desember 2020 dijemput oleh UPT BP2MI Bandung untuk kemudian di tempatkan di Shelter Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Pos Pelayanan Penempatan dan Perkandungan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI) Cirebon.
"Untuk proses pemulangan ketiga ABK tersebut menunggu hasil penelusuran kasus. Jadi, untuk sementara mereka sudah aman," katanya
Lihat Juga: Cerita Istri Agung sebelum Kapal Terbalik di Perairan Jepang, Ombak Besar dan Tetap Puasa
Kabar baik tersebut diperoleh berkat kerja sama dan koordinasi antara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Bandung menyusul informasi yang telah dimuat di MNC Portal.
"Alhamdulillah, terkait ABK yang telantar di Indramayu sudah ada titik terang," ungkap Kepala Bidang Penempatan Perluasan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Jabar, Rudibilah, Jumat (25/12/2020) malam.
(Baca juga: Disnakertrans Jabar Siap Fasilitasi Kepulangan ABK KM Kerapu Lodi )
Rudi pun memaparkan kronologis kejadian yang membuat mereka hidup telantar di Indramayu berdasarkan penulusuran informasi yang dilakukan oleh BP2MI Bandung.
Dia menyebutkan, dari 14 ABK KM Krapu Lodi yang mayoritas warga Indramayu, tiga ABK di antaranya merupakan warga luar Provinsi Jabar, yakni Dikki Syahputra, warga Desa Merie Satu, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, Aceh; Rio Ricardo Sinaga, warga Jalan S Hatta Nomor 28 Lk 1 Desa Dataran Tinggi, Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai, Sumatera Utara; dan Andy Pranata, warga Taman Dadap Indah RT24 RW08 Desa Kosambi Timur, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten.
"ABK mendapat informasi perekrutan dari Facebook, namun ABK tidak ingat alamat Facebook maupun nomor telepon yang menghubungi. Dari percakapan Facebook, ABK mendapat penawaran upah per hari Rp30.000 ditambah dengan hasil pancing 5.000-6.000 per kilogram," ujar Rudibilah.
Setelah melakukan kesepakatan via Facebook, lanjutnya, ABK dari masing-masing daerah datang ke Muara Angke, Jakarta untuk memuat perbekalan yang disediakan oleh pengurus atas nama Adi untuk kemudian berangkat berlayar.
"Selama proses penempatan kerja, tidak ada kontrak kerja antara ABK dengan nahkoda maupun ABK dengan pengurus," ujarnya.
Para ABK kemudian berangkat melaut pada tanggal 28 November 2020 menggunakan KM Krapu Lodi dengan jumlah awak kapal sebanyak 14 orang yang dipimpin oleh Kapten Kapal Muhammad yang berasal dari Kandanghaur, Indramayu.
"Setelah 5 hari melaut, mesin kapal mati dan tidak bisa beroperasi seperti sediakala, sehingga kapal terombang-ambing di laut selama 8 hari. Selama mesin kapal mati, ABK berusaha menelepon pengurus dan diberitahukan bahwa bantuan baru bisa datang antara 2 sampai 4 hari, namun bantuan tidak kunjung datang karena kapal putus jangkar," bebernya.
"Kapal terbawa arus sampai ke perairan Kendal. Di sana bertemu dengan nelayan lokal kemudian minta tolong ke pengurus desa setempat untuk dimintai pertolongan ke Basarnas," sambung Rudibilah.
Setelah diselamatkan oleh Basarnas, para ABK kemudian dipulangkan oleh pengurus bernama Nano menggunakan travel ke Indramayu tanpa ada keterangan lebih lanjut dari pengurus. Namun, sesampainya di Indramayu, para ABK di tempatkan di penampungan penyalur dan selama di penampungan dimintai biaya tempat tinggal sebesar Rp100.000 per minggu.
"ABK pernah menanyakan kejelasan kenapa dipulangkan ke indramayu ke pengurus, namun jawaban selalu dilempar ke pihak lain (dari pengurus disuruh bertanya ke kantor Muara Angke, dari kantor Muara Angke di suruh bertanya ke pengurus dan begitu seterusnya)," terangnya.
Menurut Rudibilah, ABK sebenarnya masih sempat diajak untuk berlayar oleh Kapten Kapal Muhammad, namun dengan syarat seluruh hasil tangkapan diberikan kepada kapten kapal dengan alasan bahwa identitas ABK masih di tahan oleh kapten kapal.
(baca juga: Bandung Kembali Diterjang Banjir, Pakar Berikan Solusi Ini )
Pada tanggal 24 Desember 2020, para ABK yang telantar itu meminta kartu identitas masing-masing dan pindah dari penampungan ke rumah kru kapal bernama Sanuri di Dusun Karang Baru, Desa Sukra, Kecamatan Sukra, Indramayu.
Kemudian, pada tanggal 25 Desember 2020 dijemput oleh UPT BP2MI Bandung untuk kemudian di tempatkan di Shelter Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Pos Pelayanan Penempatan dan Perkandungan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI) Cirebon.
"Untuk proses pemulangan ketiga ABK tersebut menunggu hasil penelusuran kasus. Jadi, untuk sementara mereka sudah aman," katanya
Lihat Juga: Cerita Istri Agung sebelum Kapal Terbalik di Perairan Jepang, Ombak Besar dan Tetap Puasa
(msd)