Sempat Telantar, ABK KM Krapu Lodi Segera Pulang ke Kampung Halaman
loading...
A
A
A
"Setelah 5 hari melaut, mesin kapal mati dan tidak bisa beroperasi seperti sediakala, sehingga kapal terombang-ambing di laut selama 8 hari. Selama mesin kapal mati, ABK berusaha menelepon pengurus dan diberitahukan bahwa bantuan baru bisa datang antara 2 sampai 4 hari, namun bantuan tidak kunjung datang karena kapal putus jangkar," bebernya.
"Kapal terbawa arus sampai ke perairan Kendal. Di sana bertemu dengan nelayan lokal kemudian minta tolong ke pengurus desa setempat untuk dimintai pertolongan ke Basarnas," sambung Rudibilah.
Setelah diselamatkan oleh Basarnas, para ABK kemudian dipulangkan oleh pengurus bernama Nano menggunakan travel ke Indramayu tanpa ada keterangan lebih lanjut dari pengurus. Namun, sesampainya di Indramayu, para ABK di tempatkan di penampungan penyalur dan selama di penampungan dimintai biaya tempat tinggal sebesar Rp100.000 per minggu.
"ABK pernah menanyakan kejelasan kenapa dipulangkan ke indramayu ke pengurus, namun jawaban selalu dilempar ke pihak lain (dari pengurus disuruh bertanya ke kantor Muara Angke, dari kantor Muara Angke di suruh bertanya ke pengurus dan begitu seterusnya)," terangnya.
Menurut Rudibilah, ABK sebenarnya masih sempat diajak untuk berlayar oleh Kapten Kapal Muhammad, namun dengan syarat seluruh hasil tangkapan diberikan kepada kapten kapal dengan alasan bahwa identitas ABK masih di tahan oleh kapten kapal.
(baca juga: Bandung Kembali Diterjang Banjir, Pakar Berikan Solusi Ini )
Pada tanggal 24 Desember 2020, para ABK yang telantar itu meminta kartu identitas masing-masing dan pindah dari penampungan ke rumah kru kapal bernama Sanuri di Dusun Karang Baru, Desa Sukra, Kecamatan Sukra, Indramayu.
Kemudian, pada tanggal 25 Desember 2020 dijemput oleh UPT BP2MI Bandung untuk kemudian di tempatkan di Shelter Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Pos Pelayanan Penempatan dan Perkandungan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI) Cirebon.
"Untuk proses pemulangan ketiga ABK tersebut menunggu hasil penelusuran kasus. Jadi, untuk sementara mereka sudah aman," katanya
"Kapal terbawa arus sampai ke perairan Kendal. Di sana bertemu dengan nelayan lokal kemudian minta tolong ke pengurus desa setempat untuk dimintai pertolongan ke Basarnas," sambung Rudibilah.
Setelah diselamatkan oleh Basarnas, para ABK kemudian dipulangkan oleh pengurus bernama Nano menggunakan travel ke Indramayu tanpa ada keterangan lebih lanjut dari pengurus. Namun, sesampainya di Indramayu, para ABK di tempatkan di penampungan penyalur dan selama di penampungan dimintai biaya tempat tinggal sebesar Rp100.000 per minggu.
"ABK pernah menanyakan kejelasan kenapa dipulangkan ke indramayu ke pengurus, namun jawaban selalu dilempar ke pihak lain (dari pengurus disuruh bertanya ke kantor Muara Angke, dari kantor Muara Angke di suruh bertanya ke pengurus dan begitu seterusnya)," terangnya.
Menurut Rudibilah, ABK sebenarnya masih sempat diajak untuk berlayar oleh Kapten Kapal Muhammad, namun dengan syarat seluruh hasil tangkapan diberikan kepada kapten kapal dengan alasan bahwa identitas ABK masih di tahan oleh kapten kapal.
(baca juga: Bandung Kembali Diterjang Banjir, Pakar Berikan Solusi Ini )
Pada tanggal 24 Desember 2020, para ABK yang telantar itu meminta kartu identitas masing-masing dan pindah dari penampungan ke rumah kru kapal bernama Sanuri di Dusun Karang Baru, Desa Sukra, Kecamatan Sukra, Indramayu.
Kemudian, pada tanggal 25 Desember 2020 dijemput oleh UPT BP2MI Bandung untuk kemudian di tempatkan di Shelter Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Pos Pelayanan Penempatan dan Perkandungan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI) Cirebon.
"Untuk proses pemulangan ketiga ABK tersebut menunggu hasil penelusuran kasus. Jadi, untuk sementara mereka sudah aman," katanya
(msd)