Jembatan Apung Sungai Brantas Putus, Warga 2 Desa di Mojokerto Jalan Memutar 10 Km

Jum'at, 18 Desember 2020 - 19:14 WIB
loading...
Jembatan Apung Sungai Brantas Putus, Warga 2 Desa di Mojokerto Jalan Memutar 10 Km
Kondisi jembatan apung di Desa Candiharjo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto yang putus akibat terbawa arus sungai. Foto/SINDOnews/Tritus Julan
A A A
MOJOKERTO - Jembatan penghubung antar desa di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto putus diterjang derasnya air Sungai Brantas. Imbasnya, warga Desa Candiharjo dan Desa Bandarsari, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto harus memutar hingga 10 kilometer (km) untuk keluar dari desa.

Jembatan sepanjang 180 meter yang terbuat dari bambu dengan dasaran ratusan drum itu terputus menjadi tiga bagian. Sebagian nampak bersandar di tepi-tepi sungai. Selain derasnya air, jembatan tersebut putus diperkirakan akibat tak kuat menahan sampah.

(Baca juga: Diterjang Banjir Bandang, Jembatan Penghubung 8 Desa di Leuser Putus Total)

"Sudah sekitar dua pekan yang lalu jembatan itu putus, sekitar pukul 22.00 WIB. Saat itu kondisi sangat sepi, untungnya tidak ada pengguna jalan yang melintas," kata Anang Sujiono, PJ Kepala Dusun Kesono, Desa Candiharjo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jumat (18/12/2020).

(Baca juga: Digerebek di Kamar Hotel, Artis TA Diduga Terlibat Prostitusi Online)

Menurut Anang, jembatan yang terbuat dari kayu dengan dasaran ratusan drum yang menghubungkan dua desa tersebut bukan milik pemerintah, melainkan milik swasta. Selama ini, jembatan tersebut memang dimanfaatkan untuk penyeberangan warga, utamanya pengguna kendaraan roda dua.

"Itu bukan dikelola desa melainkan oleh perorangan atau swasta. Jembatan itu dibangun setahun yang lalu, tapi kemarin waktu debit air tinggi sepertinya tidak mampu menahan, akhirnya terputus," imbuhnya.

Jembatan terebut, kata Anang, merupakan memang bukan akses satu-satunya untuk keluar dari desa tersebut. Hanya saja, warga memang memilih melintas di jembatan apung itu, lantaran memangkas jarak yang lumayan banyak. Jika menggunakan akses jalan umum, maka warga harus memutar cukup jauh.

"Kalau jembatan itu terputus warga harus memutar lewat Desa Jasem, untuk pergi ke NIP (Ngoro Industrial Park) kisaran 10 kilometer. Karena jembatan tersebut biasanya menjadi akses warga yang akan ke pasar Porong dan warga yang bekerja ke Ngoro," jelasnya.

Sebenarnya, di sepanjang Sungai Brantas yang ada di Wilayah Desa Candiharjo terdapat dua Jembatan yang menjadi akses alternatif warga dalam beraktifitas. Namun, saat ini jabatan terebut diputus karena kondisi sungai yang deras.

"Ada dua jembatan, satunya Jembatan Sutam ada di Desa Tambakrejo. Itu menghubungkan Dusun Tambakrejo ke Dusun Bangunrejo, tapi jembatan itu diputus sendiri sama pengelola karena derasnya air," jelas Anang.

Selama ini, pemerintah desa telah berupaya mengajukan pembangunan jembatan penghubung antar desa yang melintasi Sungai Brantas itu. Namun, hingga saat ini belum ada respons dari pemerintah daerah. Warga pun terpaksa harus memutar cukup jauh untuk bisa beraktivitas.

"Kita sudah ajukan ke Pemkab Mojokerto soal pembangunan jembatan, namun hingga kini belum terealisasi. Karena terkendala struktur, sebab wilayah tersebut masuk dalam kewenangan dari BBWS Brantas," ujarnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3567 seconds (0.1#10.140)