Jembatan Penghubung di Lereng Gunung Bromo Ambrol, Warga Dua Desa Terisolasi
loading...
Jembatan penghubung antara Desa Sumberejo, Kecamatan Tongas dan Desa Sumberbendo, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, ambrol, Rabu (1/1/2025). FOTO/HANA PURWADI
A
A
A
PROBOLINGGO - Hujan deras yang mengguyur kawasan lereng Gunung Bromo selama dua jam pada Rabu (1/1/2024), menyebabkan jembatan penghubung antara Desa Sumberejo, Kecamatan Tongas dan Desa Sumberbendo, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, ambrol. Akibatnya, warga di dua desa tersebut terisolasi.
Ambrolnya jembatan sepanjang 7 meter dan lebar 4 meter tersebut disebabkan banjir bandang yang meluap dari Sungai Sumberejo. Derasnya arus dan tingginya debit air menghanyutkan struktur jembatan yang selama ini menjadi akses utama warga.
Terputusnya jembatan membuat aktivitas warga terganggu, terutama dalam menjual hasil pertanian. Kini, warga terpaksa memutar sejauh empat kilometer untuk mencapai desa sebelah.
"Jembatan ini penting sekali untuk kami, terutama untuk mengangkut hasil tani. Sekarang harus memutar jauh, jadi aktivitas terganggu," ujar Ayami, salah seorang warga Desa Sumberejo, Rabu (1/1/2025).
Sebagai solusi sementara, pemerintah desa setempat membangun jembatan darurat dari bambu yang hanya bisa digunakan oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Namun, kondisi ini masih belum cukup untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat secara penuh.
Tokoh masyarakat Desa Sumberbendo, Armo Eko Purwanto, menyampaikan harapannya agar pemerintah segera turun tangan untuk membangun jembatan permanen. "Kami berharap instansi terkait segera membangun jembatan ini supaya aktivitas warga, termasuk anak-anak sekolah, bisa kembali normal," katanya.
Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya infrastruktur yang kuat di kawasan rawan bencana seperti lereng Gunung Bromo. Selain itu, masyarakat juga berharap adanya langkah cepat dari pemerintah daerah untuk mengatasi masalah ini demi kelancaran aktivitas warga.
Ambrolnya jembatan sepanjang 7 meter dan lebar 4 meter tersebut disebabkan banjir bandang yang meluap dari Sungai Sumberejo. Derasnya arus dan tingginya debit air menghanyutkan struktur jembatan yang selama ini menjadi akses utama warga.
Terputusnya jembatan membuat aktivitas warga terganggu, terutama dalam menjual hasil pertanian. Kini, warga terpaksa memutar sejauh empat kilometer untuk mencapai desa sebelah.
"Jembatan ini penting sekali untuk kami, terutama untuk mengangkut hasil tani. Sekarang harus memutar jauh, jadi aktivitas terganggu," ujar Ayami, salah seorang warga Desa Sumberejo, Rabu (1/1/2025).
Sebagai solusi sementara, pemerintah desa setempat membangun jembatan darurat dari bambu yang hanya bisa digunakan oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Namun, kondisi ini masih belum cukup untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat secara penuh.
Tokoh masyarakat Desa Sumberbendo, Armo Eko Purwanto, menyampaikan harapannya agar pemerintah segera turun tangan untuk membangun jembatan permanen. "Kami berharap instansi terkait segera membangun jembatan ini supaya aktivitas warga, termasuk anak-anak sekolah, bisa kembali normal," katanya.
Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya infrastruktur yang kuat di kawasan rawan bencana seperti lereng Gunung Bromo. Selain itu, masyarakat juga berharap adanya langkah cepat dari pemerintah daerah untuk mengatasi masalah ini demi kelancaran aktivitas warga.
(abd)
Explore More