Roadmap Alkes dan Farmasi Pasca Covid-19 Sangat Diperlukan

Selasa, 12 Mei 2020 - 23:58 WIB
loading...
Roadmap Alkes dan Farmasi...
ilustrasi
A A A
SURABAYA - Pandemi Covid-19 menunjukkan ketidaksiapan dunia dalam menghadapi virus. Agar tidak terjatuh ke dalam lubang yang sama, diperlukan rencana rinci yang dapat mengatur tentang kemandirian alat kesehatan (alkes) dan farmasi saat dan pasca pandemi Covid-19.

Hasil Forum Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan secara virtual oleh Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri (PK2PBI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bekerja sama dengan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga Unair, pada 11 Mei lalu menunjukkan ketidaksiapan dalam kemandirian alkes dan farmasi.

Salah satu topik hangat yang dibahas adalah mengenai sulitnya akses obat, alkes, dan Alat Perlindungan Diri (APD) dari dalam negeri selama masa pandemi.

Fathema Djan Rachmat, Dokter Bedah Cardiothoracic sekaligus CEO Paramedika Indonesia Healthcare Corporation menuturkan, selama ini rumah sakit mengimpor segala yang dibutuhkan dari negara lain, bahkan untuk hal-hal yang sepele. Tidak adanya produksi dalam negeri menjadi catatan tersendiri.

“Seharusnya setiap rumah sakit atau daerah memiliki setidaknya alat produksi dasar seperti alat pembuatan infus,” kata Fathema, Selasa (12/5/2020).

Ia melanjutkan, Indonesia sebenarnya memiliki bahan dasar pembuatan infus, tinggal penyediaan alat pembuatnya yang pada dasarnya sama seperti teknik pembuatan botol plastik yaitu blow, fill, dan fit.

“Hal-hal sederhana itu dapat menekan harga biaya kesehatan. Nyatanya, cairan infus NaCl saja kita masih bergantung pada luar negeri,” ucapnya.

Ia juga mengkritik bagaimana tidak adanya penyebaran informasi mengenai apa-apa saja yang Indonesia punya dan bisa diproduksi sendiri, sehingga dapat dihitung sebagai pemborosan.

Fathema mengungkapkan, Indonesia melakukan impor bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya punya sendiri. “Misalnya, untuk diagnostik serologi semua buatan luar negeri, padahal kita ada. Masalahnya, kita tidak memiliki sistem yang bisa menginformasikan bahwa kita sebenarnya mampu,” ucapnya.

Belajar dari segala kekurangan yang sudah terjadi, Fathema mengatakan kalau Indonesia memerlukan ketahanan kesehatan nasional yang kokoh. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah memastikan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan kesinambungan agar terciptanya iklim kesehatan yang baik.

Azman Latif dari Widya Immersive Technology menjelaskan, inovasi perusahaannya dalam membuat Widya Health Watch bisa menjadi contoh. Jam tangan ini mampu mendeteksi suhu tubuh, detak jantung, dan oksigen darah. Dengan sistem penyimpanan catatan kesehatan, jam tangan ini mampu memantau kondisi kesehatan secara berlanjut.

“Pada jam ini juga terdapat dukungan telekonsultasi dan video call dokter Prosehat serta smart speaker bagi tunawicara,” jelas Azman.
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2439 seconds (0.1#10.140)