Sempat Menolak Diisolasi Corona, Sopir Truk Meninggal Dunia
loading...
A
A
A
BLITAR - Seorang PDP (Pasien dalam Pengawasan) Covid-19 di Kabupaten Blitar meninggal dunia dalam perawatan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Lelaki 56 tahun asal Kecamatan Garum itu bekerja sebagai sopir truk pengangkut telur ayam Blitar-Jakarta.
Sakit dengan gejala klinis yang mengarah tersebut diduga diperoleh dari aktivitas hariannya (pulang pergi) di wilayah zona merah Covid-19 (Jakarta). "Iya betul (PDP meninggal dunia)," ujar Krisna Yekti, juru bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Blitar Selasa (12/5/2020).
Sopir truk telur itu mulai mengeluh sakit sejak 3 Mei 2020. Selain demam dan batuk, ia juga beberapa kali muntah. Petugas medis di desa sudah merekomendasikan untuk segera diisolasi di rumah sakit.
Diduga karena alasan harus tetap bekerja, yang bersangkutan menolak. "Diarahkan dibawa ke rumah sakit, tidak mau, "terang Krisna Yekti.
Pada tujuh hari kemudian atau tanggal 10 Mei 2020, kondisi kesehatan sopir truk telur itu semakin memburuk. Selain batuk dan muntah, ia juga merasakan gejala sesak nafas. Pada hari itu juga yang bersangkutan bersedia diisolasi di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Menurut Krisna Yekti, petugas langsung menetapkannya sebagai PDP dengan riwayat datang dari Jakarta. "Minggu siang (10/5) dinyatakan sebagai PDP," kata Krisna Yekti.
Baru dua hari menjalani perawatan, Selasa (12/5/2020) ini pasien meninggal dunia. Seluruh proses pemakaman menggunakan protokoler Covid-19. "Petugas juga sudah melakukan tracing kepada semua yang berkontak erat dan akan dilakukan rapid test," tambah Krisna Yekti.
Woro Indah Utami, direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi mengatakan pihaknya sudah melakukan pengambilan swab pasien yang meninggal dunia. Swab tenggorokan untuk memastikan apakah yang bersangkutan positif atau negatif Covid-19. "Saat ini kita menunggu hasilnya, "katanya.
Tercatat hingga 12 Mei ini, jumlah PDP Covid-19 di Kabupaten Blitar sebanyak 32 orang. Perinciannya, 10 orang diantaranya meninggal dunia, 5 orang masih dirawat dan 17 orang sudah diijinkan pulang.
Sakit dengan gejala klinis yang mengarah tersebut diduga diperoleh dari aktivitas hariannya (pulang pergi) di wilayah zona merah Covid-19 (Jakarta). "Iya betul (PDP meninggal dunia)," ujar Krisna Yekti, juru bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Blitar Selasa (12/5/2020).
Sopir truk telur itu mulai mengeluh sakit sejak 3 Mei 2020. Selain demam dan batuk, ia juga beberapa kali muntah. Petugas medis di desa sudah merekomendasikan untuk segera diisolasi di rumah sakit.
Diduga karena alasan harus tetap bekerja, yang bersangkutan menolak. "Diarahkan dibawa ke rumah sakit, tidak mau, "terang Krisna Yekti.
Pada tujuh hari kemudian atau tanggal 10 Mei 2020, kondisi kesehatan sopir truk telur itu semakin memburuk. Selain batuk dan muntah, ia juga merasakan gejala sesak nafas. Pada hari itu juga yang bersangkutan bersedia diisolasi di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Menurut Krisna Yekti, petugas langsung menetapkannya sebagai PDP dengan riwayat datang dari Jakarta. "Minggu siang (10/5) dinyatakan sebagai PDP," kata Krisna Yekti.
Baru dua hari menjalani perawatan, Selasa (12/5/2020) ini pasien meninggal dunia. Seluruh proses pemakaman menggunakan protokoler Covid-19. "Petugas juga sudah melakukan tracing kepada semua yang berkontak erat dan akan dilakukan rapid test," tambah Krisna Yekti.
Woro Indah Utami, direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi mengatakan pihaknya sudah melakukan pengambilan swab pasien yang meninggal dunia. Swab tenggorokan untuk memastikan apakah yang bersangkutan positif atau negatif Covid-19. "Saat ini kita menunggu hasilnya, "katanya.
Tercatat hingga 12 Mei ini, jumlah PDP Covid-19 di Kabupaten Blitar sebanyak 32 orang. Perinciannya, 10 orang diantaranya meninggal dunia, 5 orang masih dirawat dan 17 orang sudah diijinkan pulang.
(nag)