Biodata Machfud Arifin, Mantan Kapolda 3 Wilayah yang Ingin Mengabdi di Surabaya
loading...
A
A
A
SURABAYA - Calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin bukan orang baru di Kota Pahlawan. Arek kelahiran Surabaya , 6 September 1960 ini memiliki sepak terjang di kepolisian yang mentereng.
Sebagai seorang purnawirawan Polri, Machfud Arifin yang akrab dipanggil MA lahir di Ketintang, Gayungan, Surabaya. Sebuah kawasan padat penduduk yang berada di Surabaya Selatan.
(Baca juga: Amankan Pilwali Surabaya, Pemuda Pancasila Turunkan 500 Personel)
Di tingkat pendukungnya, MA dikenal dengan julukan Bapak Pembangunan. Julukan itu muncul lantaran selalu berhasil memberi dampak signifikan terhadap pembangunan baik infrastruktur maupun sistem selama masa melaksanakan tugas di Korps Bhayangkara.
(Baca juga: Pengaturan Jadwal Pencoblosan dan Bilik Khusus Menjadi Kunci)
Wajar jika Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin diberikan amanah sebagai Kapolda di tiga wilayah, yakni Kapolda Maluku Utara, Kapolda Kalimantan Selatan, dan sebagai Kapolda Jawa Timur yang merupakan Polda dengan klasifikasi A.
MA juga memiliki segudang pengalaman dan prestasi selama memimpin kepolisian. Di setiap wilayah yang dipimpin, Machfud berhasil menjaga keamanan dan kondusivitas.
Penggemar Persebaya
Ia memiliki tiga moto hidup yang selalu memotivasinya agar totalitas mengabdi untuk masyarakat. Pertama, Machfud percaya bahwa setiap manusia diciptakan untuk saling membantu. Kedua, selalu bersyukur. Ketiga selalu tulus membantu sesama.
Sebelum bertugas sebagai Korps Bhayangkara, Machfud Arifin muda adalah seorang pemuda yang energik penggemar klub sepakbola Persebaya yang tumbuh besar di Kota Surabaya. Ia sudah menjadi Bonek sejak muda dan selalu antusias untuk mendukung Tim Bajol Ijo ketika berlaga di belantika sepakbola nasional.
Machfud Arifin kecil mengenyam pendidikan SD hingga SMA di Kota Pahlawan tersebut. Setelah mengenyam berbagai pengalaman birokrasi baik provinsi maupun nasional, MA didorong kembali ke Surabaya untuk membangun kota kelahirannya.
Dengan dukungan dan restu para tokoh, kiai, ulama, akademisi dan masyarakat, Machfud Arifin mengisi masa pensiunnya untuk membangun Surabaya.
Selain itu, MA juga begitu dikenal warga Surabaya ketika menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Jatim pada 2018. Berkat tangan dinginnya itu, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin menang.
Kesuksesan itu pun dilanjutkan ketika dirinya berhasil membawa Khofifah Indar Parawansah-Emil Dardak menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur.
Religius yang Dekat dengan Para Kiai
Rekam jejak kepemimpinan MA sangat menarik. Selama masa kepemimpinannya Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin berhasil membuat berbagai terobosan dan pembangunan. MA berhasil mewujudkan pembangunan fasilitas kerja serta pembenahan berbagai sistem di Polda Jatim.
Seperti Masjid Arif Nurul Huda yang dibangun MA menjadi masjid terbaik dari semua Polda yang ada di Indonesia. Selain itu, ada pula pembangunan Gedung PATUH lantai 6, renovasi rumah dinas, gedung IGD, gedung rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Samsoeri Mertojoso, dan renovasi Gedung Mahameru serta pembangunan baru lainnya.
“Saya tidak ada kepentingan apa-apa selain mengabdi untuk Surabaya, tanah kelahiran saya. Saya ingin melihat Surabaya lebih maju dan sejahtera. Ini mungkin bisa menjadi jalan pengabdian saya berikutnya setelah 30 tahun lebih mengabdi kepada negara melalui institusi Polri,” kata MA.
Kepeduliaan dan kecintaan terhadap Surabaya ini mendorong para kiai memberikan dukungan kepada Machfud Arifin untuk maju sebagai Wali Kota Surabaya. MA dianggap peduli terhadap masyarakat dan sosok yang religius.
Selain dekat dengan NU, MA juga dekat dengan Muhammadiyah. Hal itu dibuktikannya ketika dirinya mampu mengundang dua tokoh besar NU dan Muhammadiyah datang ke peresmian Masjid Polda Jawa Timur. Tidak lupa dirinya bersilaturahmi ke Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM). MA pun diterima baik oleh Ketua PDM Surabaya, Mahsun Jayadi.
Bukan soal rekam jejak saja, MA juga dikenal sebagai sosok yang religius. Ia sangat peduli dengan perkembangan masjid. Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla pun mengakui dan memuji perhatian MA terhadap masjid.
Sebagai seorang purnawirawan Polri, Machfud Arifin yang akrab dipanggil MA lahir di Ketintang, Gayungan, Surabaya. Sebuah kawasan padat penduduk yang berada di Surabaya Selatan.
(Baca juga: Amankan Pilwali Surabaya, Pemuda Pancasila Turunkan 500 Personel)
Di tingkat pendukungnya, MA dikenal dengan julukan Bapak Pembangunan. Julukan itu muncul lantaran selalu berhasil memberi dampak signifikan terhadap pembangunan baik infrastruktur maupun sistem selama masa melaksanakan tugas di Korps Bhayangkara.
(Baca juga: Pengaturan Jadwal Pencoblosan dan Bilik Khusus Menjadi Kunci)
Wajar jika Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin diberikan amanah sebagai Kapolda di tiga wilayah, yakni Kapolda Maluku Utara, Kapolda Kalimantan Selatan, dan sebagai Kapolda Jawa Timur yang merupakan Polda dengan klasifikasi A.
MA juga memiliki segudang pengalaman dan prestasi selama memimpin kepolisian. Di setiap wilayah yang dipimpin, Machfud berhasil menjaga keamanan dan kondusivitas.
Penggemar Persebaya
Ia memiliki tiga moto hidup yang selalu memotivasinya agar totalitas mengabdi untuk masyarakat. Pertama, Machfud percaya bahwa setiap manusia diciptakan untuk saling membantu. Kedua, selalu bersyukur. Ketiga selalu tulus membantu sesama.
Sebelum bertugas sebagai Korps Bhayangkara, Machfud Arifin muda adalah seorang pemuda yang energik penggemar klub sepakbola Persebaya yang tumbuh besar di Kota Surabaya. Ia sudah menjadi Bonek sejak muda dan selalu antusias untuk mendukung Tim Bajol Ijo ketika berlaga di belantika sepakbola nasional.
Machfud Arifin kecil mengenyam pendidikan SD hingga SMA di Kota Pahlawan tersebut. Setelah mengenyam berbagai pengalaman birokrasi baik provinsi maupun nasional, MA didorong kembali ke Surabaya untuk membangun kota kelahirannya.
Dengan dukungan dan restu para tokoh, kiai, ulama, akademisi dan masyarakat, Machfud Arifin mengisi masa pensiunnya untuk membangun Surabaya.
Selain itu, MA juga begitu dikenal warga Surabaya ketika menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Jatim pada 2018. Berkat tangan dinginnya itu, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin menang.
Kesuksesan itu pun dilanjutkan ketika dirinya berhasil membawa Khofifah Indar Parawansah-Emil Dardak menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur.
Religius yang Dekat dengan Para Kiai
Rekam jejak kepemimpinan MA sangat menarik. Selama masa kepemimpinannya Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin berhasil membuat berbagai terobosan dan pembangunan. MA berhasil mewujudkan pembangunan fasilitas kerja serta pembenahan berbagai sistem di Polda Jatim.
Seperti Masjid Arif Nurul Huda yang dibangun MA menjadi masjid terbaik dari semua Polda yang ada di Indonesia. Selain itu, ada pula pembangunan Gedung PATUH lantai 6, renovasi rumah dinas, gedung IGD, gedung rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Samsoeri Mertojoso, dan renovasi Gedung Mahameru serta pembangunan baru lainnya.
“Saya tidak ada kepentingan apa-apa selain mengabdi untuk Surabaya, tanah kelahiran saya. Saya ingin melihat Surabaya lebih maju dan sejahtera. Ini mungkin bisa menjadi jalan pengabdian saya berikutnya setelah 30 tahun lebih mengabdi kepada negara melalui institusi Polri,” kata MA.
Kepeduliaan dan kecintaan terhadap Surabaya ini mendorong para kiai memberikan dukungan kepada Machfud Arifin untuk maju sebagai Wali Kota Surabaya. MA dianggap peduli terhadap masyarakat dan sosok yang religius.
Selain dekat dengan NU, MA juga dekat dengan Muhammadiyah. Hal itu dibuktikannya ketika dirinya mampu mengundang dua tokoh besar NU dan Muhammadiyah datang ke peresmian Masjid Polda Jawa Timur. Tidak lupa dirinya bersilaturahmi ke Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM). MA pun diterima baik oleh Ketua PDM Surabaya, Mahsun Jayadi.
Bukan soal rekam jejak saja, MA juga dikenal sebagai sosok yang religius. Ia sangat peduli dengan perkembangan masjid. Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla pun mengakui dan memuji perhatian MA terhadap masjid.
(shf)