Antisipasi Lonjakan Pasien COVID-19, Ini Strategi RSHS Bandung
loading...
A
A
A
BANDUNG - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyiapkan sejumlah skenario, mengantisipasi lonjakan pasien COVID-19. Saat ini, tingkat keterisian ruang isolasi RSHS telah mencapai 90%.
Direktur Perencanaan, Organisasi dan Umum RSHS Muhammad Kamaruzzaman mengatakan, penanganan pasien COVID-19 berbeda dengan penyakit infeksi lain.
Penangan COVID-19 memerlukan sumber daya yang memadai, manusia, nakes perawat yang menangani dan sarana prasarananya.
"Kita membutuhkan ruangan isolasi, sekat, dan alat alat yang dibutuhkan. Mesti ada hepafilter, ruangan yang terisolasi, kemudian butuh ventilator kalau berindikasi. Juga alat ecmo, bukan alat mengganti pernafasan tapi mengganti fungsi paru, sehingga ini lebih tinggi dari ventilator," jelas Kamaruzzaman.
Menurut dia, pihaknya telah menyiapkan beberapa strategi mengantisipasi terjadinya lonjakan pasien. Pertama, akan melakukan modifikasi di ruang kemuning.
Biasanya, gedung Kemuning hanya untuk pasien isolasi yang sudah sembuh, atau selesai ditangani. Nanti akan jadi ruang perawatan
Modifikasi ruangan kemuning menjadi isolasi menjadi high care. Saat ini RSHS hanya punya satu high care kapasitas 7 tempat tidur. Nanti harapkan lantai 1 dan 2 jadi highcare juga. (Baca juga: Pasca-Perpres Terbit, Volume Sampah di Sungai Citarum Berkurang Ribuan Ton)
"Kemudian melakukan optimalisasi intensif. Memenuhi sarana prasarana yang dibutuhkan, termasuk kelengkapan alat yang dibutuhkan pasien tingkat moderat," tutur dia. (Baca juga: Potensi Rp1.700 Triliun, Menkop UKM Teten Sindir Banyak UMKM Garap Bisnis Sama)
Kendati begitu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk mejaga kesehatan. Tetap mebggunakan 3M, mencuci tangan, memakai makser, dan menjauhi kerumunan. Karena itu menjadi dasar, titik menyebabkan timbulnya pasien meningkat.
"Rumah sakit sekitar juga diharapkan tidak segera mengirim pasien. Walaupun pasien itu tidak berindikasi untuk dirujuk ke RSHS. Jadi jangan langsung," imbuh dia.
Direktur Perencanaan, Organisasi dan Umum RSHS Muhammad Kamaruzzaman mengatakan, penanganan pasien COVID-19 berbeda dengan penyakit infeksi lain.
Penangan COVID-19 memerlukan sumber daya yang memadai, manusia, nakes perawat yang menangani dan sarana prasarananya.
"Kita membutuhkan ruangan isolasi, sekat, dan alat alat yang dibutuhkan. Mesti ada hepafilter, ruangan yang terisolasi, kemudian butuh ventilator kalau berindikasi. Juga alat ecmo, bukan alat mengganti pernafasan tapi mengganti fungsi paru, sehingga ini lebih tinggi dari ventilator," jelas Kamaruzzaman.
Menurut dia, pihaknya telah menyiapkan beberapa strategi mengantisipasi terjadinya lonjakan pasien. Pertama, akan melakukan modifikasi di ruang kemuning.
Biasanya, gedung Kemuning hanya untuk pasien isolasi yang sudah sembuh, atau selesai ditangani. Nanti akan jadi ruang perawatan
Modifikasi ruangan kemuning menjadi isolasi menjadi high care. Saat ini RSHS hanya punya satu high care kapasitas 7 tempat tidur. Nanti harapkan lantai 1 dan 2 jadi highcare juga. (Baca juga: Pasca-Perpres Terbit, Volume Sampah di Sungai Citarum Berkurang Ribuan Ton)
"Kemudian melakukan optimalisasi intensif. Memenuhi sarana prasarana yang dibutuhkan, termasuk kelengkapan alat yang dibutuhkan pasien tingkat moderat," tutur dia. (Baca juga: Potensi Rp1.700 Triliun, Menkop UKM Teten Sindir Banyak UMKM Garap Bisnis Sama)
Kendati begitu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk mejaga kesehatan. Tetap mebggunakan 3M, mencuci tangan, memakai makser, dan menjauhi kerumunan. Karena itu menjadi dasar, titik menyebabkan timbulnya pasien meningkat.
"Rumah sakit sekitar juga diharapkan tidak segera mengirim pasien. Walaupun pasien itu tidak berindikasi untuk dirujuk ke RSHS. Jadi jangan langsung," imbuh dia.
(boy)