Januari - Oktober 2020, China Dominasi Impor di Jawa Timur

Selasa, 17 November 2020 - 09:03 WIB
loading...
Januari - Oktober 2020, China Dominasi Impor di Jawa Timur
Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A A A
SURABAYA - Nilai impor Jawa Timur (Jatim) secara kumulatif, selama Januari - Oktober 2020 sebesar USD16,17 miliar atau turun sebesar 15,48% dibandingkan Januari - Oktober 2019, yakni sebesar USD19,13 miliar.

Impor terbesar dari China yang mencapai USD3,90 miliar atau 28,75% dari total impor. Disusul dari Amerika Serikat sebesar USD1,05 miliar (7,74%) dan impor dari Thailand sebesar USD652,61 juta (4,81%).

Impor nonmigas dari kelompok negara ASEAN sebesar USD1,91 miliar (14,08%), Sedangkan nilai impor dari kawasan Uni Eropa sebesar USD1,16 miliar.

"Utamanya berasal dari Jerman sebesar USD387,64 juta, dengan kontribusi sebesar 2,85%," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Selasa (17/11/2020).

Secara kumulatif Januari - Oktober 2020, komoditas bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur, menjadi komoditas impor yang dominan dengan peranan sebesar 5,94% dengan nilai USD961,04 juta.

Disusul komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan kontribusi 3,79% dengan nilai USD613,40 juta. "Berikutnya adalah komoditas kondensat dengan kontribusi 2,86% dengan nilai sebesar USD462,42 juta," imbuh Umar.

Untuk nilai impor pada bulan Oktober 2020 mencapai USD1,44 miliar atau turun sebesar 17,51% dibandingkan September 2020.

Angka ini juga turun sebesar 25,28%. dibandingkan Oktober 2019. Impor nonmigas Oktober 2020 mencapai USD1,20 miliar atau turun 16,41% dibandingkan September 2020.

Nilai impor nonmigas tersebut turun 22,74% dibanding Oktober 2019. "Untuk impor migas Oktober 2020 sebesar USD246,72 juta, turun sebesar 35,53% dibanding Oktober 2019," tandas Umar.

Sementara itu, secara kumulatif, selama Januari - Oktober 2020, neraca perdagangan Jatim masih defisit sebesar USD341,57 juta. (Baca juga: Cegah Kerumunan Massa, KPU Surabaya Sarankan Kampanye Digital)

Defisit ini disumbangkan oleh selisih perdagangan ekspor-impor di sektor nonmigas yang surplus sebesar USD1,73 miliar.

Akan tetapi selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas justru mengalami defisit sebesar USD2,07 miliar. (Baca juga: Pandemi COVID-19 Diprediksi Bakal Gerus 'Serangan Fajar' Politik Uang di Pilkada)

"Surplus sektor nonmigas ini perlu lebih ditingkatkan agar neraca perdagangan Jawa Timur berubah menjadi surplus di periode berikutnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekanatau mengurangi defisit dari sektor migas," pungkas Umar.
(boy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2136 seconds (0.1#10.140)