Wawali Whisnu Sakti: Pemimpin Surabaya Harus Memiliki Fasilitative Leadership

Minggu, 15 November 2020 - 20:48 WIB
loading...
Wawali Whisnu Sakti: Pemimpin Surabaya Harus Memiliki Fasilitative Leadership
Pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Masa kepemimpinan pasangan Risma-Whisnu sebagai pemimpin Kota Surabaya , tinggal menghitung hari. Kinerja keras keduanya yang telah dibangun selama dua periode, masih perlu penambahan untuk lebih baik. (Baca juga: Status Siaga, Merapi Keluarkan 11 Kali Guguran Lava Pijar dan Suara Gemuruh )

Ke depan, pengambilan kebijakan di Kota Pahlawan harus lebih melibatkan peran aktif masyarakat. Sudah tidak lagi didominasi oleh Pemerintah Kota Surabaya . Berdasarkan pengalaman Wakil Wali Kota Surabaya , Whisnu Sakti Buana, bentuk partisipasi masyarakat saat ini jauh lebih meningkat.

"Bahwa saat ini partisipasi warga Surabaya sudah luar biasa," kata Whisnu saat menjadi narasumber diskusi online bertemakan Surabaya Jangan Ambyar, Surabaya Madani. Menurut Whisnu yang telah enam tahun mengabdi sebagai orang nomor dua di Surabaya , secara struktur birokrasi di tubuh Pemkot sudah cukup baik.

Hal ini ditandai dengan pelayanan publik dan penataan kota yang kian cantik sehingga menjadi daya tarik tersendiri. "Tinggal bagaimana Pemimpin Surabaya berikutnya bisa menggali peran serta warga. Khususnya di perkampungan," terang politisi PDIP yang akrab disapa WS ini. (Baca juga: Puluhan Botol Minol Disita Dari Toko Milik Ibu Setangah Baya )

Sebagai kota dengan kultur egaliter yang didominasi perkampungan, pemimpin Surabaya kedepan harus memiliki istilah telinga lebar. Yakni, mau mendengar dan mengajak masyarakat untuk melakukan problem solving bersama.

Sebab, peran serta masyarakat perkampungan sudah cukup mandiri. Itu dibuktikan dari program-program Pemkot sejak era Bambang DH hingga Risma. Program pavingisasi, pemberdayaan UKM Kampung Lontong, Kampung Dinamo, hingga penataan taman menjadi bukti bahwa Surabaya layak sebagai yang patut dicontoh.

WS menambahkan, bagaimana rencana program membumikan Tri Sakti Bung Karno yang digagasnya pada 10 November tahun lalu saat running dalam pencalonan sebagai Wali Kota Surabaya , bisa menjadi keberlanjutan.

Program tersebut diantaranya, Berdaulat secara politik yang melibatkan warga kampung untuk bisa mengembangkan potensi kampung sebagai identitas kultur Surabaya . (Baca juga: Tantang Polisi Mabuk dan Menangkapnya, Pembuat Konten Ini Tak Berkutik Saat Dibekuk )

Berdikari secara ekonomi, dengan penataan UKM dan PKL yang mampu membuat warga Surabaya mandiri. Serta Berkepribadian dalam Budaya, untuk melibatkan peran serta warga, pemuda, seniman dalam Festival Aspirasi. "Jika ini dilakukan oleh Pemimpin selanjutnya, siapapun yang terpilih. Bisa menjadikan Surabaya lebih berkembang," kata dia.

Hal senada juga diakui oleh mantan Wakil Wali Kota Surabaya , Arif Afandi. Ia menerangkan pencapaian prestasi kota sudah bisa dibuktikan. Bahkan, pola pengembangan dan penataan infrastruktur daerah lain sudah banyak meniru Surabaya.

Arif menambahkan, yang perlu dipikirkan mendatang adalah bagaimana Pemimpin selanjutnya bisa memikirkan konten untuk mengisi pembangunan yang sudah dilakukan. "Tapi jujur Surabaya ini pengalaman saya saat menjabat Wawali teman-teman di birokrasi pinter dan hebat. Namun, tidak semua itu bisa dipahami secara detail," ujar Arif. (Baca juga: Belasan Pohon Tumbang Akibat Angin Kencang, 2 Mobil dan 1 Motor Rusak Parah )

Diskusi online produksi Bengkel Muda Surabaya ini dipandu oleh Jurnalis senior Hety Palestina Yunani. Kegiatan tersebut memasuki sesi ke sembilan. Agenda berdurasi hampir satu jam lebih ini dihadiri oleh berbagai tokoh dan akademisi. Di antaranya, Pakar Tata Kota John Silas, Tokoh Cagar Budaya Freddy H Istanto, serta para seniman Surabaya .
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5646 seconds (0.1#10.140)