Sepanjang Tahun 2020, Ratusan Bencana Alam Terjadi di Sumsel
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Sepanjang tahun 2020 sejak Januari hingga awal November, tercatat sudah sebanyak 149 kali bencana alam terjadi di wilayah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Akibatnya, sebanyak belasan ribu jiwa mengalami kerugian.
Gubernur Sumsel, Herman Deru mengatakan, bencana alam terbanyak yakni terjadinya kebakaran rumah penduduk sebanyak 70 kali, bencana banjir 39 kali, bencana tanah longsor 16 kali, angin puting beliung 11 kali, banjir bandang 10 kali dan kecelakaan perahu motor 3 kali.
Akibat peristiwa bencana itu, bebernya, sebanyak 9.322 unit rumah terendam, rumah terbakar, rusak berat, hanyut/roboh sebanyak 373 unit, rumah rusak sedang dan ringan sebanyak 1.135 unit, jembatan putus/rusak sebanyak 28 unit, sekolah terendam 10 unit. (Baca juga: Antisipasi Bencana Alam, Gubernur Sumsel Minta Seluruh Instansi Siaga )
"Sekolah rusak berat 6 unit, pasar terbakar 34 petak, 281 hektar lahan perkebunan terendam, 5,319 hektar lahan sawah terendam dan jalan longsor/putus sepanjang 115 meter. Kejadian bencana tersebut mengakibatkan 15.733 KK atau 19.507 jiwa menderita," ujar Deru saat apel kesiapsiagaan bencana alam Sumsel, Senin (9/11/2020).
Menurutnya, kondisi geografis Sumsel dengan dataran tinggi dibagian Barat seperti Pagaralam, Lahat, Muara Enim dan OKU Selatan berpotensi mengalami peristiwa alam seperti gunung meletus, guguran larva panas, gas beracun atau belerang dari Gunung Dempo, tanah longsor, banjir bandang dan angin puting beliung.
"Untuk itu, sebagai salah satu bentuk kesiapsiagaan menghadapi bencana, kita melaksanakan apel kesiapsiagaan terpadu ini. Dengan kesiapan tersebut tentunya kita akan lebih akan siap dan lebih cepat untuk mengantisipasi kejadian maupun dampaknya baik kerusakan sarana prasarana maupun korban jiwa," katanya.
Sementara di bagian Timur, kata Deru, yang merupakan dataran rendah dan perairan seperti Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir dan Palembang mempunyai potensi terjadinya potensi banjir. (Baca juga: Awal November Enam Polres di Sumsel Nihil Ungkap Kasus Narkoba )
"Potensi banjir timbul akibat adanya luapan air sungai dan menimbulkan genangan yang dipengaruhi oleh musim hujan dan pasang air laut, abrasi pantai. Selain itu juga pada daerah yang lebih terbuka dapat terjadi angin puting beliung," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel, Iriansyah menambahkan, apel kesiapsiagaan terpadu dalam rangka antisipasi bencana alam di Sumsel tahun 2020 diikuti sebanyak 400 personel. "Dalam apel ini kita mensiapsiagakan personel sebanyak 400 orang dilengkapi dengan sarana prasarana yang ada. Ratusan personil yang disiapsiagakan ini terdiri dari masing-masing Dinas/Instansi terkait," jelasnya.
Menurutnya, apel tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan personel dan kesiapan peralatan penanggulangan banjir dan tanah longsor. "Jadi upaya pencegahan dan kesiapsiagaan ini berupa penyiapan personil dan peralatan untuk memudahkan mobilisasi personil dan peralatan ke lokasi bencana atau ke daerah rawan bencana," ucapnya.
Gubernur Sumsel, Herman Deru mengatakan, bencana alam terbanyak yakni terjadinya kebakaran rumah penduduk sebanyak 70 kali, bencana banjir 39 kali, bencana tanah longsor 16 kali, angin puting beliung 11 kali, banjir bandang 10 kali dan kecelakaan perahu motor 3 kali.
Akibat peristiwa bencana itu, bebernya, sebanyak 9.322 unit rumah terendam, rumah terbakar, rusak berat, hanyut/roboh sebanyak 373 unit, rumah rusak sedang dan ringan sebanyak 1.135 unit, jembatan putus/rusak sebanyak 28 unit, sekolah terendam 10 unit. (Baca juga: Antisipasi Bencana Alam, Gubernur Sumsel Minta Seluruh Instansi Siaga )
"Sekolah rusak berat 6 unit, pasar terbakar 34 petak, 281 hektar lahan perkebunan terendam, 5,319 hektar lahan sawah terendam dan jalan longsor/putus sepanjang 115 meter. Kejadian bencana tersebut mengakibatkan 15.733 KK atau 19.507 jiwa menderita," ujar Deru saat apel kesiapsiagaan bencana alam Sumsel, Senin (9/11/2020).
Menurutnya, kondisi geografis Sumsel dengan dataran tinggi dibagian Barat seperti Pagaralam, Lahat, Muara Enim dan OKU Selatan berpotensi mengalami peristiwa alam seperti gunung meletus, guguran larva panas, gas beracun atau belerang dari Gunung Dempo, tanah longsor, banjir bandang dan angin puting beliung.
"Untuk itu, sebagai salah satu bentuk kesiapsiagaan menghadapi bencana, kita melaksanakan apel kesiapsiagaan terpadu ini. Dengan kesiapan tersebut tentunya kita akan lebih akan siap dan lebih cepat untuk mengantisipasi kejadian maupun dampaknya baik kerusakan sarana prasarana maupun korban jiwa," katanya.
Sementara di bagian Timur, kata Deru, yang merupakan dataran rendah dan perairan seperti Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir dan Palembang mempunyai potensi terjadinya potensi banjir. (Baca juga: Awal November Enam Polres di Sumsel Nihil Ungkap Kasus Narkoba )
"Potensi banjir timbul akibat adanya luapan air sungai dan menimbulkan genangan yang dipengaruhi oleh musim hujan dan pasang air laut, abrasi pantai. Selain itu juga pada daerah yang lebih terbuka dapat terjadi angin puting beliung," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel, Iriansyah menambahkan, apel kesiapsiagaan terpadu dalam rangka antisipasi bencana alam di Sumsel tahun 2020 diikuti sebanyak 400 personel. "Dalam apel ini kita mensiapsiagakan personel sebanyak 400 orang dilengkapi dengan sarana prasarana yang ada. Ratusan personil yang disiapsiagakan ini terdiri dari masing-masing Dinas/Instansi terkait," jelasnya.
Menurutnya, apel tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan personel dan kesiapan peralatan penanggulangan banjir dan tanah longsor. "Jadi upaya pencegahan dan kesiapsiagaan ini berupa penyiapan personil dan peralatan untuk memudahkan mobilisasi personil dan peralatan ke lokasi bencana atau ke daerah rawan bencana," ucapnya.
(don)