Karomah KR Sumomihardho Isi Kekuatan Magis TKR di Pertempuran Ambarawa
loading...
A
A
A
Pertempuran Ambarawa merupakan salah satu perjuangan heroik yang dilakukan bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah dari Tanah Air.
Dalam pertempuran yang terjadi pada 12 - 15 Desember 1945 silam, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bersama laskar pemuda. Termasuk Chisbullah Parakan, Temanggung , berjuang keras melawan tentara Sekutu yang bersenjata lengkap. (Baca juga: Kerajaan Sunda Pajajaran yang Tak Bisa Ditaklukan Majapahit dan Singasari )
Meski dengan persenjataan tempur seadanya, seperti senjata api sitaan dari tentara Jepang dan bambu runcing, pasukan TKR bersama laskar pemuda menyerang tentara sekutu yang telah menduduki wilayah Ambarawa. (Baca juga: Perjuangkan Nasib, Petani Tembakau Temanggung Bakal Luruk Istana Negara )
Perjuangan TKR dan laskar pemuda selama 4 hari itu, berbuah manis. Pada 15 Desember 1945, TKR dan laskar pemuda berhasil mengalahkan tentara Sekutu dan mengusirnya dari Ambarawa. Guna mengabadikan pertempuran Ambarawa pada 1973, tepatnya tanggal 15 Desember pemerintah Indonesia mendirikan Monumen Palagan.
Pengelola Monumen Palagan Ambarawa, Sudiri, menceritakan, pertempuran Ambarawa berawal dari kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration) pada Oktober 1945 yang awalnya berniat untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang ada di Jawa Tengah.
Namun setelah tiba di Magelang dan membebaskan tawanan perang yang tak lain adalah tentara Belanda, Sekutu berulah dengan mempersenjatai para tawanan.
"Ada pun yang dilakukan Sekutu membuat TKR marah dan menyerang Sekutu. Akhirnya Sekutu meninggalkan Magelang menuju Ambarawa dan mengusai beberapa desa," jelas Sudiri.
Pasukan TKR tidak tinggal diam dan menyerang tentara Sekutu yang telah menduduki dua desa di pinggiran Ambarawa. Namun dalam penyerangan tersebut, pimpinan pasukan TKR Letkol Isdiman gugur dalam pertempuran.
Selanjutnya, pertempuran dipimpin langsung oleh Komandan Divisi V Banyumas, Kolonel Soedirman.
Sebagaimana dilangsir dari buku Sejarah Bambu Runcing yang ditulis oleh KH R Muhaiminan Gunardho, sebelum menyerbu tentara Sekutu, dalam perjalan menuju Ambarawa rombongan pasukan TKR Divisi V Banyumas singgah di Parakan, Temanggung. Mereka tiba di Parakan malam hari.
Dalam pertempuran yang terjadi pada 12 - 15 Desember 1945 silam, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bersama laskar pemuda. Termasuk Chisbullah Parakan, Temanggung , berjuang keras melawan tentara Sekutu yang bersenjata lengkap. (Baca juga: Kerajaan Sunda Pajajaran yang Tak Bisa Ditaklukan Majapahit dan Singasari )
Meski dengan persenjataan tempur seadanya, seperti senjata api sitaan dari tentara Jepang dan bambu runcing, pasukan TKR bersama laskar pemuda menyerang tentara sekutu yang telah menduduki wilayah Ambarawa. (Baca juga: Perjuangkan Nasib, Petani Tembakau Temanggung Bakal Luruk Istana Negara )
Perjuangan TKR dan laskar pemuda selama 4 hari itu, berbuah manis. Pada 15 Desember 1945, TKR dan laskar pemuda berhasil mengalahkan tentara Sekutu dan mengusirnya dari Ambarawa. Guna mengabadikan pertempuran Ambarawa pada 1973, tepatnya tanggal 15 Desember pemerintah Indonesia mendirikan Monumen Palagan.
Pengelola Monumen Palagan Ambarawa, Sudiri, menceritakan, pertempuran Ambarawa berawal dari kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration) pada Oktober 1945 yang awalnya berniat untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang ada di Jawa Tengah.
Namun setelah tiba di Magelang dan membebaskan tawanan perang yang tak lain adalah tentara Belanda, Sekutu berulah dengan mempersenjatai para tawanan.
"Ada pun yang dilakukan Sekutu membuat TKR marah dan menyerang Sekutu. Akhirnya Sekutu meninggalkan Magelang menuju Ambarawa dan mengusai beberapa desa," jelas Sudiri.
Pasukan TKR tidak tinggal diam dan menyerang tentara Sekutu yang telah menduduki dua desa di pinggiran Ambarawa. Namun dalam penyerangan tersebut, pimpinan pasukan TKR Letkol Isdiman gugur dalam pertempuran.
Selanjutnya, pertempuran dipimpin langsung oleh Komandan Divisi V Banyumas, Kolonel Soedirman.
Sebagaimana dilangsir dari buku Sejarah Bambu Runcing yang ditulis oleh KH R Muhaiminan Gunardho, sebelum menyerbu tentara Sekutu, dalam perjalan menuju Ambarawa rombongan pasukan TKR Divisi V Banyumas singgah di Parakan, Temanggung. Mereka tiba di Parakan malam hari.