Triwulan III, Ekonomi Sulsel Tumbuh Signifikan
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terus mencatatkan pertumbuhan signifikan meski berada di tengah pandemi. Padahal Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan Sulsel resmi menjadi salah satu daerah yang mengalami resesi.
Dari 34 provinsi di Indonesia, 32 di antaranya mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan III 2020. Tercatat ekonomi Sulsel pada triwulan III 2020 tumbuh kontraksi sebesar 1,08%. Pada triwulan II 2020, ekonomi Sulsel juga tumbuh negatif sebesar 3,86%. Meski mengalami resesi, tren pertumbuhan ekonomi Sulsel mulai membaik. Secara quartal to quartal (q to q) ekonomi Sulsel tumbuh 8,18%. (Baca: Amalan Ringan Ini Bisa Menjadi Pembuka Berkah)
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan, menarik data pertumbuhan ekonomi Sulsel yang mengalami perbaikan signifikan untuk triwulan III, yakni pertumbuhan membaik secara year on year (YoY) , dari -3,81% membaik jadi -1,81%. “Yang menarik dan cukup memberi harapan, pertumbuhan ekonomi Sulsel dalam ukuran Q-to-Q, dari -0,41 telah meningkat tajam menjadi +8,18%. Suatu pertumbuhan yang memberi prospek positif ke depannya. Dan mungkin yang terbesar di Indonesia,” ujar Nurdin kemarin.
Artinya, menurut Bupati Bantaeng dua periode itu, dalam ukuran yang sangat dinamis seperti pada saat-saat sekarang, indikator pertumbuhan jangka pendek Q-to-Q dapat menjadi ukuran yang lebih akurat untuk mengukur arah perkembangan perekonomian suatu daerah. Karena indikator tersebut dapat menunjukkan adanya pergerakan aktivitas perekonomian yang cukup menjanjikan dalam di Sulsel. (Baca juga: Mendikbud Sosialisasikan Perubahan Skema Dana Bos)
Berdasarkan data BPS, peningkatan nilai PDRB Q-to-Q atas dasar harga konstan dari nilai Rp79,81 triliun menjadi Rp86,34 triliun dengan sektor pertumbuhan terbesar sektor usaha terbesar transportasi dan pergudangan 59,29%, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum 34,74%, dan sektor usaha jasa perusahaan 32,22%.
Adapun sektor usaha dengan ukuran pertumbuhan year on year terbesar, sektor usaha informasi dan komunikasi 12,20%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 7,58%, dan sektor usaha pengadaan 7,34%.
Secara keseluruhan, selama triwulan III terdapat 8 sektor usaha dengan pertumbuhan positif dengan total pertumbuhan 4,48%. Adapun 9 sektor usaha masih tumbuh negatif dengan total pertumbuhan -3,85%.
Nurdin menjelaskan, pertumbuhan dari triwulan sebelumnya ini menunjukkan pergerakan ekonomi yang cukup masif meski berlangsung di tengah Covid-19 yang masih terjadi hingga saat ini. "Ini tentu menunjukkan jika kinerja pemerintah meski di masa pandemi sudah sangat bagus. Kita harap kuartal keempat semakin baik," ungkapnya. (Baca juga: Deteksi Dini Penting untuk Antisipasi Diabetes)
Sementara itu, meski pertumbuhan ekonomi masih minus di triwulan III (y-on-y), Nurdin menyebutkan tetap ada kenaikan sekitar 2%. "Secara year on year (triwulan III) minus 1 dari (triwulan II) minus 3,86%. Artinya 2% kita punya kenaikan,” paparnya.
Untuk itu dia mengaku optimistis pada kuartal IV tahun ini perekonomian Sulsel terus membaik. Seiring dengan kebijakan pemulihan ekonomi di tengah pandemi yang terus didorong. Daya beli masyarakat dipacu yang diharapkan dapat berkontribusi memacu kinerja ekonomi.
“Optimistis akan terus membaik karena sejumlah kebijakan khususnya dalam mendukung investasi terus dihadirkan. Termasuk menggeliatkan kegiatan sektor UMKM dengan hadirnya dana PEN,” tuturnya. (Lihat videonya: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga)
Nurdin menuturkan tak ingin terpengaruh dengan kondisi perekonomian secara nasional. Apalagi, menurut dia, selama ini Sulsel sudah punya pengalaman menghadapi krisis. Sektor pangan menjadi andalan. "Sulsel itu punya daya tahan tersendiri. Karena kita di sektor pangan. Karena itu saya ingatkan kita semua, Sulsel ini harus memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," terangnya.
Pada triwulan IV, Nurdin memprediksi pertumbuhan ekonomi Sulsel ada di kisaran 1,0–2,5% secara year on year yang disumbang pertumbuhan positif 12 sektor usaha dari sebelumnya hanya delapan pada triwulan III, yakni sektor usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran dan lainnya, Administrasi pemerintahan dan sosial, serta sektor usaha industri pengolahan. (Suwarny Dammar)
Dari 34 provinsi di Indonesia, 32 di antaranya mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan III 2020. Tercatat ekonomi Sulsel pada triwulan III 2020 tumbuh kontraksi sebesar 1,08%. Pada triwulan II 2020, ekonomi Sulsel juga tumbuh negatif sebesar 3,86%. Meski mengalami resesi, tren pertumbuhan ekonomi Sulsel mulai membaik. Secara quartal to quartal (q to q) ekonomi Sulsel tumbuh 8,18%. (Baca: Amalan Ringan Ini Bisa Menjadi Pembuka Berkah)
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan, menarik data pertumbuhan ekonomi Sulsel yang mengalami perbaikan signifikan untuk triwulan III, yakni pertumbuhan membaik secara year on year (YoY) , dari -3,81% membaik jadi -1,81%. “Yang menarik dan cukup memberi harapan, pertumbuhan ekonomi Sulsel dalam ukuran Q-to-Q, dari -0,41 telah meningkat tajam menjadi +8,18%. Suatu pertumbuhan yang memberi prospek positif ke depannya. Dan mungkin yang terbesar di Indonesia,” ujar Nurdin kemarin.
Artinya, menurut Bupati Bantaeng dua periode itu, dalam ukuran yang sangat dinamis seperti pada saat-saat sekarang, indikator pertumbuhan jangka pendek Q-to-Q dapat menjadi ukuran yang lebih akurat untuk mengukur arah perkembangan perekonomian suatu daerah. Karena indikator tersebut dapat menunjukkan adanya pergerakan aktivitas perekonomian yang cukup menjanjikan dalam di Sulsel. (Baca juga: Mendikbud Sosialisasikan Perubahan Skema Dana Bos)
Berdasarkan data BPS, peningkatan nilai PDRB Q-to-Q atas dasar harga konstan dari nilai Rp79,81 triliun menjadi Rp86,34 triliun dengan sektor pertumbuhan terbesar sektor usaha terbesar transportasi dan pergudangan 59,29%, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum 34,74%, dan sektor usaha jasa perusahaan 32,22%.
Adapun sektor usaha dengan ukuran pertumbuhan year on year terbesar, sektor usaha informasi dan komunikasi 12,20%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 7,58%, dan sektor usaha pengadaan 7,34%.
Secara keseluruhan, selama triwulan III terdapat 8 sektor usaha dengan pertumbuhan positif dengan total pertumbuhan 4,48%. Adapun 9 sektor usaha masih tumbuh negatif dengan total pertumbuhan -3,85%.
Nurdin menjelaskan, pertumbuhan dari triwulan sebelumnya ini menunjukkan pergerakan ekonomi yang cukup masif meski berlangsung di tengah Covid-19 yang masih terjadi hingga saat ini. "Ini tentu menunjukkan jika kinerja pemerintah meski di masa pandemi sudah sangat bagus. Kita harap kuartal keempat semakin baik," ungkapnya. (Baca juga: Deteksi Dini Penting untuk Antisipasi Diabetes)
Sementara itu, meski pertumbuhan ekonomi masih minus di triwulan III (y-on-y), Nurdin menyebutkan tetap ada kenaikan sekitar 2%. "Secara year on year (triwulan III) minus 1 dari (triwulan II) minus 3,86%. Artinya 2% kita punya kenaikan,” paparnya.
Untuk itu dia mengaku optimistis pada kuartal IV tahun ini perekonomian Sulsel terus membaik. Seiring dengan kebijakan pemulihan ekonomi di tengah pandemi yang terus didorong. Daya beli masyarakat dipacu yang diharapkan dapat berkontribusi memacu kinerja ekonomi.
“Optimistis akan terus membaik karena sejumlah kebijakan khususnya dalam mendukung investasi terus dihadirkan. Termasuk menggeliatkan kegiatan sektor UMKM dengan hadirnya dana PEN,” tuturnya. (Lihat videonya: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga)
Nurdin menuturkan tak ingin terpengaruh dengan kondisi perekonomian secara nasional. Apalagi, menurut dia, selama ini Sulsel sudah punya pengalaman menghadapi krisis. Sektor pangan menjadi andalan. "Sulsel itu punya daya tahan tersendiri. Karena kita di sektor pangan. Karena itu saya ingatkan kita semua, Sulsel ini harus memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," terangnya.
Pada triwulan IV, Nurdin memprediksi pertumbuhan ekonomi Sulsel ada di kisaran 1,0–2,5% secara year on year yang disumbang pertumbuhan positif 12 sektor usaha dari sebelumnya hanya delapan pada triwulan III, yakni sektor usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran dan lainnya, Administrasi pemerintahan dan sosial, serta sektor usaha industri pengolahan. (Suwarny Dammar)
(ysw)