Babak Baru Pertarungan Tiga Paslon di Pilbup Bandung, Begini Kata Pengamat
loading...
A
A
A
BANDUNG - Tiga pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati Bandung mulai menunjukkan kemampuannya masing-masing dalam tata kelola pemerintahan.
Mereka saling adu kapasitas dalam debat terbuka yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bandung.
Debat publik perdana itu menjadi babak baru pertarungan ketiga paslon di tengah masa kampanye yang mereka lakukan.
Diketahui, ketiga paslon yang bertarung di ajang Pemilihan Bupati (Pilbup) Bandung 2020, yakni Nia Kurnia Agustina-Usman Sayogi sebagai paslon nomo urut 1, Yena Iskandar-Atep Rizal nomor urut 2, dan Dadang Supriatna-Syahrul Gunawan nomor urut 3.
Dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (2/11/2020), pengamat politik dan pemerintahan dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) , Yudi Rusfiana menilai, ketiga paslon masih kurang greget menunjukkan kapasitasnya terkait tata kelola pemerintahan.
Dalam debat yang digelar akhir pekan kemarin itu, Yudi menilai, mereka dinilainya belum mampu menggali visi misi serta rencana aksi/program yang sebetulnya sangat ingin diketahui masyarakat Kabupaten Bandung.
"Misalnya dalam isu digitalisasi. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam digitalisasi? Apa saja yang harus dilakukan? Saya tadi melihat hanya paslon nomor 3 yang memunculkan rencana aksi mereka, itu pun sedikit. Nomor 3 mampu memetakan dulu apa masalahnya dalam rencana digitalisasi," papar Yudi.
Berbicara rencana digitalisasi, kata Yudi, paslon terlebih dahulu harus memahami e-goverment. Menurut Yudi, sebelum mengaktualisasikan 4.0 untuk kepentingan e-goverment dan peningkatan pelayanan publik, mereka terlebih dahulu harus menyiapkan infrastrukturnya.
"Yang disampaikan paslon nomor 3 benar, sebelum ngomong digitalisasi, harus disiapkan dulu internetnya. Harus paham dulu petanya, harus jelas dulu berapa lama target pemerataan internetnya. Baru bicara mengenai utility, kegunaan," jelasnya.
Pria yang juga Wakil Dekan Fakultas Manajemen Pemerintahan IPDN ini juga menyoroti performa ketiga paslon dalam debat publik tersebut. Menurutnya, secara keseluruhan paslon nomor tiga mampu unggul dari dua paslon lainnya.
"Saya melihat nomor satu (Kurnia Agustina-Usman Sayogi) masih baca (catatan) ya. Artinya pemahamannya masih di permukaan, belum mendalam. Kelihatan lebih retorika yang bicara. Mereka belum bisa mengeksplor visi misinya dan dikaitkan dengan persoalan yang muncul," bebernya.
Sementara paslon nomor dua dinilainya tampil melempem. Yudi menyebut, paslon nomor dua terlihat belum menguasai substansi visi misi termasuk masih lemah dalam mengaitkan persoalan yang muncul dalam debat dengan visi misi dan rencana aksi yang mereka buat.
"Penguasaan data dan eksplorasi terkait persoalan yang disampaikan dalam debat harus lebih disikapi dengan visi misi yang mereka buat. Artinya, penguasaan terhadap substansi visi misi dan persoalan yang mengemuka harus ditingkatkan," katanya.
Yudi menyatakan, dalam debat terbuka tersebut, di antara ketiga paslon, hanya paslon nomor urut 3 yang menunjukkan kepercayaan dirinya sebagai calon pemimpin.
Hal itu menurutnya wajar karena Dadang Supriatna satu-satunya calon kepala daerah yang menguasai pemerintahan di ajang Pilbup Bandung 2020.
"Nomor 3 saya lihat sangat percaya diri. Dadang Supriatna yang punya pengalaman, mulai dari kepala desa hingga anggota DPRD provinsi lebih matang. Penguasaan, kedalaman dan pemahaman terhadap visi misi cukup bagus. Tapi sayang, visi misinya belum tereksplor secara maksimal," tegasnya.
Yudi juga menyebut, secara keseluruhan, visi misi dan rencana aksi yang disampaikan ketiga paslon sudah sangat bagus. (Baca juga: Kasus Habib Bahar, Polda Jabar Pastikan Belum Terima Surat Perdamaian dan Pencabutan Laporan)
Hanya saja, mereka belum mampu menggali dan menjelaskan lebih jauh mengenai visi misi mereka, sehingga masyarakat masih meraba-raba dan masih sulit untuk menentukan pilihan. (Baca juga: 2021, Ridwan Kamil Wajibkan Kendaraan Dinas Diganti Mobil-Motor Listrik)
"Terkait pengungkapan rencana aksi, hanya nomor tiga yang muncul tadi. Nomor satu muncul juga sedikit, tapi lebih kelihatan pada retorika yang bicara," tandasnya.
Mereka saling adu kapasitas dalam debat terbuka yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bandung.
Debat publik perdana itu menjadi babak baru pertarungan ketiga paslon di tengah masa kampanye yang mereka lakukan.
Diketahui, ketiga paslon yang bertarung di ajang Pemilihan Bupati (Pilbup) Bandung 2020, yakni Nia Kurnia Agustina-Usman Sayogi sebagai paslon nomo urut 1, Yena Iskandar-Atep Rizal nomor urut 2, dan Dadang Supriatna-Syahrul Gunawan nomor urut 3.
Dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (2/11/2020), pengamat politik dan pemerintahan dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) , Yudi Rusfiana menilai, ketiga paslon masih kurang greget menunjukkan kapasitasnya terkait tata kelola pemerintahan.
Dalam debat yang digelar akhir pekan kemarin itu, Yudi menilai, mereka dinilainya belum mampu menggali visi misi serta rencana aksi/program yang sebetulnya sangat ingin diketahui masyarakat Kabupaten Bandung.
"Misalnya dalam isu digitalisasi. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam digitalisasi? Apa saja yang harus dilakukan? Saya tadi melihat hanya paslon nomor 3 yang memunculkan rencana aksi mereka, itu pun sedikit. Nomor 3 mampu memetakan dulu apa masalahnya dalam rencana digitalisasi," papar Yudi.
Berbicara rencana digitalisasi, kata Yudi, paslon terlebih dahulu harus memahami e-goverment. Menurut Yudi, sebelum mengaktualisasikan 4.0 untuk kepentingan e-goverment dan peningkatan pelayanan publik, mereka terlebih dahulu harus menyiapkan infrastrukturnya.
"Yang disampaikan paslon nomor 3 benar, sebelum ngomong digitalisasi, harus disiapkan dulu internetnya. Harus paham dulu petanya, harus jelas dulu berapa lama target pemerataan internetnya. Baru bicara mengenai utility, kegunaan," jelasnya.
Pria yang juga Wakil Dekan Fakultas Manajemen Pemerintahan IPDN ini juga menyoroti performa ketiga paslon dalam debat publik tersebut. Menurutnya, secara keseluruhan paslon nomor tiga mampu unggul dari dua paslon lainnya.
"Saya melihat nomor satu (Kurnia Agustina-Usman Sayogi) masih baca (catatan) ya. Artinya pemahamannya masih di permukaan, belum mendalam. Kelihatan lebih retorika yang bicara. Mereka belum bisa mengeksplor visi misinya dan dikaitkan dengan persoalan yang muncul," bebernya.
Sementara paslon nomor dua dinilainya tampil melempem. Yudi menyebut, paslon nomor dua terlihat belum menguasai substansi visi misi termasuk masih lemah dalam mengaitkan persoalan yang muncul dalam debat dengan visi misi dan rencana aksi yang mereka buat.
"Penguasaan data dan eksplorasi terkait persoalan yang disampaikan dalam debat harus lebih disikapi dengan visi misi yang mereka buat. Artinya, penguasaan terhadap substansi visi misi dan persoalan yang mengemuka harus ditingkatkan," katanya.
Yudi menyatakan, dalam debat terbuka tersebut, di antara ketiga paslon, hanya paslon nomor urut 3 yang menunjukkan kepercayaan dirinya sebagai calon pemimpin.
Hal itu menurutnya wajar karena Dadang Supriatna satu-satunya calon kepala daerah yang menguasai pemerintahan di ajang Pilbup Bandung 2020.
"Nomor 3 saya lihat sangat percaya diri. Dadang Supriatna yang punya pengalaman, mulai dari kepala desa hingga anggota DPRD provinsi lebih matang. Penguasaan, kedalaman dan pemahaman terhadap visi misi cukup bagus. Tapi sayang, visi misinya belum tereksplor secara maksimal," tegasnya.
Yudi juga menyebut, secara keseluruhan, visi misi dan rencana aksi yang disampaikan ketiga paslon sudah sangat bagus. (Baca juga: Kasus Habib Bahar, Polda Jabar Pastikan Belum Terima Surat Perdamaian dan Pencabutan Laporan)
Hanya saja, mereka belum mampu menggali dan menjelaskan lebih jauh mengenai visi misi mereka, sehingga masyarakat masih meraba-raba dan masih sulit untuk menentukan pilihan. (Baca juga: 2021, Ridwan Kamil Wajibkan Kendaraan Dinas Diganti Mobil-Motor Listrik)
"Terkait pengungkapan rencana aksi, hanya nomor tiga yang muncul tadi. Nomor satu muncul juga sedikit, tapi lebih kelihatan pada retorika yang bicara," tandasnya.
(boy)