Terdampak Wabah Corona, Pendapatan Pemulung Putri Cempo Anjlok 60%
loading...
A
A
A
SOLO - Para pemulung yang keseharian bekerja di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Putri Cempo, Solo sangat terpukul sebagai imbas wabah virus corona (Covid-19). Pendapatan mereka anjlok hingga 60% karena pabrik daur ulang limbah plastik banyak yang tutup.
“Kalau sebelum wabah corona harganya Rp2 ribu/kg, sekarang Cuma Rp800,” kata Hendri Kristianto, salah satu pemulung asal Desa Jatirejo, Mojosongo di sela sela pembagian paket sembako dari Paguyuban Plastik Solo, Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) KPD Yogya-Solo, dan Kantor Bea Cukai Surakarta, Jumat (8/5/2020). Para pemulung sebagian besar tinggal di kampung Jatirejo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo.
Sekitar 80% warga di kampung itu mengandalkan penghidupan dari memungut sampah di TPA Putri Cempo. Sampah yang dipungut adalah jenis yang dapat didaur ulang seperti plastik. Para pemulung kini rata rata hanya mendapatkan penghasilan Rp20 ribu/hari. Sedangkan sebelum wabah Covid-19, pendapatan berkisar Rp60 ribu/hari.
Sehingga bantuan paket sembako yang diterima sangat membantu pemulung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Anjloknya harga sampah yang dapat didaur ulang, tak lepas dari tutupnya sejumlah pabrik yang memanfaatkan sampah daur ulang.
“Pabriknya pada tutup, hanya sedikit yang beroperasi. Jumlah pengepul yang membeli dari pemulung jumlahnya berkurang,” urainya.
Koordinator Paguyuban Plastik Solo dan Pembina ADUPI Yogya-Solo, Didie Cahyadi mengungkapkan, tercatat ada sekitar 200 pemulung plastik bekas yang mengais rejeki di TPA Putri Cempo. Karena wabah corona, berdampak terhadap anjloknya pendapatan mereka sehari hari.
“Sebagai bentuk kepedulian, pabrik plastik, pendaur ulang dan pengepul melakukan bakti sosial dengan menyalurkan paket sembako kepada pemulung di TPA Putri Cempo,” ucapnya.
“Kalau sebelum wabah corona harganya Rp2 ribu/kg, sekarang Cuma Rp800,” kata Hendri Kristianto, salah satu pemulung asal Desa Jatirejo, Mojosongo di sela sela pembagian paket sembako dari Paguyuban Plastik Solo, Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) KPD Yogya-Solo, dan Kantor Bea Cukai Surakarta, Jumat (8/5/2020). Para pemulung sebagian besar tinggal di kampung Jatirejo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo.
Sekitar 80% warga di kampung itu mengandalkan penghidupan dari memungut sampah di TPA Putri Cempo. Sampah yang dipungut adalah jenis yang dapat didaur ulang seperti plastik. Para pemulung kini rata rata hanya mendapatkan penghasilan Rp20 ribu/hari. Sedangkan sebelum wabah Covid-19, pendapatan berkisar Rp60 ribu/hari.
Sehingga bantuan paket sembako yang diterima sangat membantu pemulung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Anjloknya harga sampah yang dapat didaur ulang, tak lepas dari tutupnya sejumlah pabrik yang memanfaatkan sampah daur ulang.
“Pabriknya pada tutup, hanya sedikit yang beroperasi. Jumlah pengepul yang membeli dari pemulung jumlahnya berkurang,” urainya.
Koordinator Paguyuban Plastik Solo dan Pembina ADUPI Yogya-Solo, Didie Cahyadi mengungkapkan, tercatat ada sekitar 200 pemulung plastik bekas yang mengais rejeki di TPA Putri Cempo. Karena wabah corona, berdampak terhadap anjloknya pendapatan mereka sehari hari.
“Sebagai bentuk kepedulian, pabrik plastik, pendaur ulang dan pengepul melakukan bakti sosial dengan menyalurkan paket sembako kepada pemulung di TPA Putri Cempo,” ucapnya.
(nun)