Meski Pandemi, Kerajinan Akar Jati Semarang Tembus Pasar Luar Negeri
loading...
A
A
A
"Supaya tidak sia-sia, grup-grup yang sudah dilatih untuk mencari itu mencari barang yang akhirnya tidak digunakan. Jadi masing-masing grup sudah dilatih di tempat-tempat mereka mencari yaitu kelengkungannya, ukurannya, karakteristik dan lain-lain supaya apa yang mereka kumpulkan nanti setidaknya 80% bisa terserap di tempat kami,” kata dia.
Tak jarang, akar jati yang memenuhi sebagian besar workshop-nya belum bisa dipakai sepenuhnya. Meski telah mendapat edukasi pemilihan bahan baku, namun masih ditemukan akar jati yang dinilai kurang memenuhi syarat. Meski demikian, Ghofur tetap membelinya dari warga sebagai bentuk penghargaan telah keluar-masuk hutan.
“Kalaupun ada sisa itu pastilah kami membelinya, agar mereka juga tidak merasa dirugikan karena sudah jauh-jauh puluhan kilometer masuk ke hutan, dan jika kami tidak membelinya maka mereka dirugikan. Jadi kita harus win-win solution. Kami berusaha untuk mencari lahan-lahan baru dan grup-grup baru untuk dididik dan dilatih mencari bahan dengan baik dan benar,” jelasnya.
Dia selalu menerapkan kerja disiplin dan perencanaan yang baik untuk menciptakan sebuah karya. Oleh karenanya, sebelum menyusun akar jati menjadi produk mesti melalui gambar kerja. Tak jarang, karya seni direvisi beberapa kali bila dinilai kurang realis.
“Hasil produksi kami sebagian besar adalah berupa patung-patung dari akar kayu jati, yang kita susun dengan baik dengan seni, dengan planning yang baik, desain gambar dan ukuran yang baik, saya sendiri kerjakan dan setiap hari kita mengecek kualitas mereka atau hasil kerja mereka, dan kita koreksi seperlunya,” kata dia.
“Khususnya untuk yang tipe struktur mozaik struktur itu banyak barang-barang produk kami dari potongan-potongan kayu jati atau tatal kayu jati yang kita susun sedemikian rupa sehingga menjadikan barang ini mempunyai nilai yang lebih baik daripada seonggok kayu yang tidak tergunakan,” kata dia.
Meski pada awal pandemi COVID-19 usahanya sempat terdampak, namun Ghofur berkomitmen untuk terus berproduksi. Jaringan pemasaran yang terbentuk hingga beberapa negara juga bergerak. Pesanan pun kembali mengalir.
Dia merasa beruntung, karena sempat mengikuti beberapa kali pameran yang difasilitasi oleh program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina. Banyaknya pengunjung hingga lintas negara, menjadikan karya seni patung akar jati mendapat perhatian khusus.
“Tentunya produk sampai ke luar negeri selain link pemasaran kami sendiri ke luar negeri, melalui kenalan-kenalan kami, akan tetapi ada juga beberapa buyer (pembeli) yang mengenal kami melalui pameran pameran yang diselenggarakan di-booking oleh PT Pertamina. CSR Pertamina ini sangat membantu,” kata dia.
Pria berpenampilan kalem itu menceritakan awal bergabung dengan CSR PT Pertamina setelah mendapatkan informasi dari rekan UMKM. Dia pun bergegas melengkapi beberapa persyaratan, hingga usaha miliknya Duta Craftindo resmi menjadi mitra binaan BUMN pelat merah tersebut.
Tak jarang, akar jati yang memenuhi sebagian besar workshop-nya belum bisa dipakai sepenuhnya. Meski telah mendapat edukasi pemilihan bahan baku, namun masih ditemukan akar jati yang dinilai kurang memenuhi syarat. Meski demikian, Ghofur tetap membelinya dari warga sebagai bentuk penghargaan telah keluar-masuk hutan.
“Kalaupun ada sisa itu pastilah kami membelinya, agar mereka juga tidak merasa dirugikan karena sudah jauh-jauh puluhan kilometer masuk ke hutan, dan jika kami tidak membelinya maka mereka dirugikan. Jadi kita harus win-win solution. Kami berusaha untuk mencari lahan-lahan baru dan grup-grup baru untuk dididik dan dilatih mencari bahan dengan baik dan benar,” jelasnya.
Dia selalu menerapkan kerja disiplin dan perencanaan yang baik untuk menciptakan sebuah karya. Oleh karenanya, sebelum menyusun akar jati menjadi produk mesti melalui gambar kerja. Tak jarang, karya seni direvisi beberapa kali bila dinilai kurang realis.
“Hasil produksi kami sebagian besar adalah berupa patung-patung dari akar kayu jati, yang kita susun dengan baik dengan seni, dengan planning yang baik, desain gambar dan ukuran yang baik, saya sendiri kerjakan dan setiap hari kita mengecek kualitas mereka atau hasil kerja mereka, dan kita koreksi seperlunya,” kata dia.
“Khususnya untuk yang tipe struktur mozaik struktur itu banyak barang-barang produk kami dari potongan-potongan kayu jati atau tatal kayu jati yang kita susun sedemikian rupa sehingga menjadikan barang ini mempunyai nilai yang lebih baik daripada seonggok kayu yang tidak tergunakan,” kata dia.
Meski pada awal pandemi COVID-19 usahanya sempat terdampak, namun Ghofur berkomitmen untuk terus berproduksi. Jaringan pemasaran yang terbentuk hingga beberapa negara juga bergerak. Pesanan pun kembali mengalir.
Dia merasa beruntung, karena sempat mengikuti beberapa kali pameran yang difasilitasi oleh program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina. Banyaknya pengunjung hingga lintas negara, menjadikan karya seni patung akar jati mendapat perhatian khusus.
“Tentunya produk sampai ke luar negeri selain link pemasaran kami sendiri ke luar negeri, melalui kenalan-kenalan kami, akan tetapi ada juga beberapa buyer (pembeli) yang mengenal kami melalui pameran pameran yang diselenggarakan di-booking oleh PT Pertamina. CSR Pertamina ini sangat membantu,” kata dia.
Pria berpenampilan kalem itu menceritakan awal bergabung dengan CSR PT Pertamina setelah mendapatkan informasi dari rekan UMKM. Dia pun bergegas melengkapi beberapa persyaratan, hingga usaha miliknya Duta Craftindo resmi menjadi mitra binaan BUMN pelat merah tersebut.